Mohon tunggu...
Jahar Haiba ID
Jahar Haiba ID Mohon Tunggu... -

saya bercita-cita ingin jadi novelis dan penulis skenario film

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Bilik Raudhah

14 Agustus 2010   09:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:02 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arini tiba-tiba merindukan Nur. Bagaimanakah kabar dia sekarang? Bagaimanakah dengan pernikahannya? Apakah mereka berdua sudah dikaruniai putra? Ah ... ingin sekali aku bertemu denganmu, Nur.

Terakhir bertemu dengan Nur adalah pada saat resepsi pernikahannya. Nur tampak sangat bahagia. Dia sangat lega karena akhirnya tidak mempermasalahkan soal strata pendidikan calon suaminya. Saat itu Nur memeluk Arini dengan Erat.

Nur berbisik ke telinga Arini, ”Rin, tinggal giliran kamu. Kapan kamu menikah?”

Arini tidak menjawab. Hanya tersenyum.

”Aku tidak butuh senyumanmu. Yang aku harapkan adalah jawabanmu bahwa kamu akan menikah secepatnya,” ucap Nur sambil melepaskan pelukannya.

”Aku belum menemukan calon pendamping yang tepat, Nur.”

Jangan berpikir terlalu lama, Rin. Banyak ikhwan yang sebetulnya sangat berharap padamu. Tidak hanya ikhwan, siapa aku lupa lagi namanya ... si polisi muda itu masih mengejar-ngejar kamu? Terus Ziyad, yang dari sejak awal kuliah hingga kini masih menyukaimu gimana? Apa kamu belum juga membuka hati untuk dia?”

Arini tertawa lepas karena godaan Nur.

”Entahlah, Nur. Aku belum juga merasa ada yang klop. Aku ingin membangun rumah tangga atas dasar cinta.”

Oiya itu jelas harus. Rumah tangga tanpa cinta tidak akan menciptakan keluarga yang harmonis. Cuma pertimbangkan pula umur kita, Rin. Sekarang usia kamu berapa? Dua empat kan? Usia ini sangat produktif dan aman buat menikah. Jangan menunda-nunda. Jika usia kita terlalu lanjut kuatir bermasalah.”

Pikiran Arini tiba-tiba meloncat. Dia berpikir tentang masalah sosial kemasyarakatan. Arini berpandangan bahwa di sisi lain ada orang lain yang harus dipikirkan. Ada orang-orang lemah yang terus-menerus mendapatkan penindasan. Ada rakyat yang dianiaya oleh rezim tiran. Ada sumber daya alam anugerah Allah yang seharusnya dirasakan oleh seluruh rakyat malah dieksploitasi oleh segelintir orang, dan masih banyak lagi permasalahan lainnya. Semuanya itu merupakan objek pemikiran yang menuntut pemecahan yang tidak serampangan. Menurut Arini, solusi yang ditawarkan haruslah solusi yang cerdas dan sangat mendasar. Jika dianalogikan pada suatu penyakit, seorang dokter haruslah mendiagnosa penyakit pasiennya dengan tepat agar obat yang diberikan pun akan tepat. Begitupun halnya dengan problematika di masyarakat. Terlebih dahulu ditelusuri permasalahan mendasarnya itu apa, baru kemudian dirumuskan cara menyelesaikannya bagaimana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun