Mohon tunggu...
Jagat Alit
Jagat Alit Mohon Tunggu... Novelis - Konten Kreator

Mantan Super Hero. Sekarang, Pangsiun. Semoga Berkah Amin

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

SB-15: Mestika Naga Kemala

12 Januari 2024   12:07 Diperbarui: 12 Januari 2024   12:15 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penduduk Desa Krasak bersuka cita atas keberhasilan Galih Sukma mengusir pagebluk yang dikirim oleh Dirgo Kundolo.

Rasa suka cita ditujukan dengan cara berterima kasih dan menjamu Galih Sukma.

"Ki Lurah Manggolo Krasak dan semua penduduk desa Krasak. Jangan terlalu berlebihan menyanjung Galih Sukma. Ini bukan karena kehebatanku, tapi kehebatan kalian semua." respon Galih Sukma ketika melihat semuanya berlaku seperti itu yang membuatnya jengah dan tidak enak hati.

"Yang utama, mari bersyukur kepada Tuhan, bahwa Tangan Tuhanlah turun tangan langsung menyelamatkan desa ini. Galih Sukma hanyalah tempelan saja," lanjut Galih Sukma lagi merendah.

"Untuk selanjutnya, semua harus bersatu dan percaya pada Kuasa Tuhan," tutup Galih Sukma sederhana.

"SETUJUUUU!"

Demikianlah, malam itu dilanjutkan dengan acara tasyakuran. Penduduk bergotong royong menyiapkan segala sesuatunya untuk jamuan makan.

Semua bergembira, semua bersuka cita.

Hanya satu orang yang merasa sedih yaitu Ni Sasi Manah. Ia merasa bahwa kebersamaannya dengan Galih Sukma tinggal sebentar lagi.

*

Pagi ranum penuh keceriaan

Ada kehangatan sinar matahari

Ada suara celoteh beburungan

Penuh harmoni

Galih Sukma duduk di bawah pokok pohon Nangka yang berada di kebun belakang rumah Ki Lurah Manggolo Krasak.

Mengenang semua yang dilakukan belakangan hari ini. Mempelajari Kitab Sujati Rogo Sukmo dan mengungkap rahasianya.

Mencari Cupu Pengikat Roh, berburu siluman, menangkap dan memenjarakan sementara di dalam Cupu Pengikat Roh. 

Tengah asyik memikirkan semua itu, tiba-tiba muncul tangan seputih pualam membawa sebuah gelang aneh berwarna hijau yang disorongkan ke depan wajahnya.

"Kakang Galih Sukma, terima kasih atas pertolongan, Kakang. Aku tidak bisa membalas dengan hadiah yang mewah. Ini hanya sebuah gelang sebagai tanda terima kasih dan kenangan buat Kakang. Semoga, diterima!" singkat ucapan Ni Sasi Manah dengan sedikit tersipu dan malu-malu.

Ia tidak pernah mengungkapkan rahasia apa di balik kenangan berupa gelang berbentuk naga itu.

Galih Sukma mengetahui ada seseorang yang datang mendekatinya tapi tidak menyangka bahwa orang itu adalah Ni Sasi Manah dan berucap seperti itu.

Galih Sukma tidak enak menolak ucapan terima kasih dan pemberian hadiah sebagai kenangan.

"Merepotkan saja Ni Sasi Manah, semua itu sudah menjadi kewajiban ku. Jangan dianggap ada budi kepadamu, sehingga kamu harus berusaha payah membalasnya." lembut Galih Sukma berucap.

"Yang utama kamu dan seluruh penduduk, sekarang sudah selamat. Aku sudah cukup gembira!"

Mendengar jawaban itu Ni Sasi Manah sedikit kehilangan senyum. Untung saja Galih Sukma melihat perubahan itu, dan dengan hati-hati mencoba gelang itu di tangannya. Dicoba terasa pas, kemudian dilepaskan lagi.

Bentuk gelang yang aneh, seekor naga hijau yang melingkar dan menggigit ekornya sendiri.

Ada getaran aneh ketika Galih Sukma menggenggam gelang itu. Jurus Radar Sukma miliknya bergetar, menandakan bahwa gelang itu bukan gelang sembarangan. Ada roh atau kekuatan khusus di dalamnya.

Galih Sukma menimang-nimang gelang itu, tanpa disengaja sepasang mata naga yang berwarna merah tersentuh bersamaan.

Akibatnya...

Gelang Naga bergetar dan mengeluarkan suara berdengung. Perlahan Gelang Naga itu berubah bentuk, yang semula berupa gelang tangan, berubah memanjang. Badan gelang menjadi gagang pedang berkepala naga dan ekornya memanjang menjadi badan pedang tumpul.

Kemudian bergerak dan mengapung naik, berputar seperti kincir angin.

Galih Sukma yang terkejut akan perubahan itu bergerak mundur, tapi pedang itu bergerak mengikuti ke mana dirinya bergerak.

Bergerak ke kanan, pedang itu ikut ke kanan. Bergerak ke kiri, pedang itu ikut ke kiri.

Membuat heran Galih Sukma dan Ni Sasi Manah yang berdiri terpaku karena pesona aneh itu.

Iseng-iseng Galih Sukma meloncat ke udara, pedang itu pun ikut meloncat naik mengejar Galih Sukma.

Setelah Galih Sukma mendarat ke tanah dengan lunak, telunjuknya segera mengarah ke barisan pohon Jati muda di kebun belakang rumah Ki Lurah Manggolo Krasak yang sangat luas, tanpa diduga, pedang itu langsung melesat ke arah barisan pohon Jati muda dan... menebas!!

"CRASSSS... BRAAAKKK!"

Pedang itu bergerak cepat dan berubah menjadi senjata yang mampu memotong salah satu batang Jati muda. Gerakannya cepat, presisi sehingga pohon jati itu terbelah rapi menjadi dua, dan jatuh ke rumput. Membuktikan bahwa gelang Naga bisa dipakai sebagai senjata, yang sangat tajamnya.

"Aahh!"

Terloncat rasa kejut yang sama antara Galih Sukma dan Ni Sasi Manah.

"Ni Sasi Manah, ini bukan gelang sembarangan. Ini senjata rahasia, senjata ini pas bernama Pedang Naga Kemala," seru Galih Sukma menduga.

"Be-be-benar Kakang Galih Sukma, gelang ini namanya Gelang Naga Kemala," jawab Ni Sasi Manah terbata-bata.

Menyadari kehebatan Gelang Naga Kemala, Galih Sukma tidak berlaku sembrono. Dengan hati-hati tangannya melambai memanggil kembali Pedang Naga Kemala yang masih berputar di dekat pohon Jati muda yang tumbang terpotong.

Sekali lagi, muncul keanehan. Pedang Naga Kemala sepertinya menurut dengan Galih Sukma. Apa yang diperintahkan Galih Sukma, baik secara lisan atau gerak batin, pedang itu memahaminya.

Pedang Naga Kemala kembali melesat cepat ke arah Galih Sukma. Ia sudah waspadai untuk mengantisipasi keadaan diluar hitungannya.

Tapi...

Pedang Naga Kemala yang semula melesat cepat, ketika sampai di depannya berubah melambat, dan berputar mengambang di depannya.

Maka, Galih Sukma segera mengulurkan tangan kanannya, secara ajaib Pedang Naga Kemala turun ke atas telapak tangan dan berubah kembali menjadi ujud aslinya. Sebuah gelang perhiasan.

"Ah, ini barang Mestika, harusnya Ni Sasi Manah menyimpannya baik-baik. Bukan diberikan kepadaku!" hati-hati Galih Sukma menyampaikan keberatannya dengan lembut.

"Tidak, Kakang Galih Sukma, gelang ini cocok buat Kakang. Bisa digunakan sebagai senjata di dalam perjalanan. Bahaya, kalau aku yang menyimpan, apalagi kalau ada yang tahu tentang kehebatannya dan kemudian mencurinya?" jawab Ni Sasi Manah cepat dan sangat tepat memberikan alasan.

"Benar juga," batin Galih Sukma setelah mendengar penjelasan Ni Sasi Manah.

Meskipun membatin seperti itu, tapi di luarnya, Galih Sukma masih berusaha membujuk Ni Sasi Manah untuk mengurungkan niat, memberikan gelang itu kepadanya.

Sayang, Ni Sasi Manah sudah bulat dengan keputusannya, meskipun sejatinya ia menyembunyikan alasan sesungguhnya, mengapa gelang itu harus diberikan kepada Galih Sukma. Menyadari pikirannya, membuat sepasang pipinya berubah warna menjadi merah dadu.

Untung, Galih Sukma tidak mengetahui apa yang ada di dalam pikiran Ni Sasi Manah.

Setelah ditimbang-timbang, Galih Sukma akhirnya mengalah dan menerima pemberian itu.

Ajaib sekali, setelah Galih Sukma setuju, Gelang Naga Hijau itu berputar sekali lagi dan mengawang naik, bergerak maju mundur di depan tangan kanan Galih Sukma seperti memberi isyarat, untuk memakai gelang itu.

Galih Sukma segera mengulurkan tangannya, dengan cepat Gelang Naga Kemala memasuki tangannya dan diam nyaman di pergelangannya.

"Nah. Gelang Naga Kemala itu juga setuju dan suka denganmu, Kakang Galih Sukma," ucap Ni Sasi Manah dengan gembira, segembira harapan hatinya bahwa Galih Sukmalah yang dipilih Gelang Naga Kemala menjadi jodohnya nanti.

Kembali semburat merah dadu, merambati sepasang pipi Ni Sasi Manah yang seputih pualam.

Mendengar ucapan itu, Galih Sukma hanya menyengir saja. Tanpa memahami niat di balik pemberian dan ucapan itu. 

Tapi kenyataannya, hati Galih Sukma juga berdebar karena menyadari betapa cantiknya Ni Sasi Manah saat itu.

*Eheemmm!"

Terdengar suara deheman dan muncullah Ki Lurah Manggolo Krasak dan istrinya di kebun belakang itu.

"Ayo, Nak Galih Sukma, makan siang dulu yang banyak. Nyai sudah menyiapkan bekal perjalananmu. Katanya nanti sore, kamu akan meneruskan perjalananmu ke ibukota Benua Lokananta," tawar ramah dari Nyi Lurah Manggolo Krasak. Sedang si Lurah Manggolo Krasak hanya tersenyum melihat kedekatan antara Galih Sukma dengan Ni Sasi Manah.

Matanya yang jeli melihat sebuah gelang aneh melingkar di tangan kanan Galih Sukma, padahal sebelumnya tangan kanan itu kosong tanpa aksesoris. Diam-diam ia melirik ke arah anaknya. 

"Hmmmm." batinnya senang melihat ekspresi penuh cinta Ni Sasi Manah ke Galih Sukma.

"Semoga keinginanku dikabulkan oleh Tuhan," doanya di dalam hati kemudian.

Sebelum berbalik mengikuti mereka masuk ke ruang makan. Mata tajam Ki Lurah Manggolo Krasak menangkap bahwa salah satu pohon Jatinya telah tumbang.

*

Sorenya...

Galih Sukma dilepas kepergiannya oleh semua penduduk desa Krasak.

Mereka sadar, tidak bisa menahan lebih lama, karena Galih Sukma mempunyai tugas yang lebih penting, berdarma bakti sebagai Pendekar.

Makin lengkap tugasnya, sebagai Pendekar, Pemburu Roh Iblis Siluman dan Penyelamat Negeri Benua Lokananta.

Mampukah beban berat itu ditunaikan oleh Galih Sukma?


Ikuti terus kisah Galih Sukma, Sang Penyelamat dalam Geger Benua Lokananta?


Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun