Sekali lagi, muncul keanehan. Pedang Naga Kemala sepertinya menurut dengan Galih Sukma. Apa yang diperintahkan Galih Sukma, baik secara lisan atau gerak batin, pedang itu memahaminya.
Pedang Naga Kemala kembali melesat cepat ke arah Galih Sukma. Ia sudah waspadai untuk mengantisipasi keadaan diluar hitungannya.
Tapi...
Pedang Naga Kemala yang semula melesat cepat, ketika sampai di depannya berubah melambat, dan berputar mengambang di depannya.
Maka, Galih Sukma segera mengulurkan tangan kanannya, secara ajaib Pedang Naga Kemala turun ke atas telapak tangan dan berubah kembali menjadi ujud aslinya. Sebuah gelang perhiasan.
"Ah, ini barang Mestika, harusnya Ni Sasi Manah menyimpannya baik-baik. Bukan diberikan kepadaku!" hati-hati Galih Sukma menyampaikan keberatannya dengan lembut.
"Tidak, Kakang Galih Sukma, gelang ini cocok buat Kakang. Bisa digunakan sebagai senjata di dalam perjalanan. Bahaya, kalau aku yang menyimpan, apalagi kalau ada yang tahu tentang kehebatannya dan kemudian mencurinya?" jawab Ni Sasi Manah cepat dan sangat tepat memberikan alasan.
"Benar juga," batin Galih Sukma setelah mendengar penjelasan Ni Sasi Manah.
Meskipun membatin seperti itu, tapi di luarnya, Galih Sukma masih berusaha membujuk Ni Sasi Manah untuk mengurungkan niat, memberikan gelang itu kepadanya.
Sayang, Ni Sasi Manah sudah bulat dengan keputusannya, meskipun sejatinya ia menyembunyikan alasan sesungguhnya, mengapa gelang itu harus diberikan kepada Galih Sukma. Menyadari pikirannya, membuat sepasang pipinya berubah warna menjadi merah dadu.
Untung, Galih Sukma tidak mengetahui apa yang ada di dalam pikiran Ni Sasi Manah.