Setelah ditimbang-timbang, Galih Sukma akhirnya mengalah dan menerima pemberian itu.
Ajaib sekali, setelah Galih Sukma setuju, Gelang Naga Hijau itu berputar sekali lagi dan mengawang naik, bergerak maju mundur di depan tangan kanan Galih Sukma seperti memberi isyarat, untuk memakai gelang itu.
Galih Sukma segera mengulurkan tangannya, dengan cepat Gelang Naga Kemala memasuki tangannya dan diam nyaman di pergelangannya.
"Nah. Gelang Naga Kemala itu juga setuju dan suka denganmu, Kakang Galih Sukma," ucap Ni Sasi Manah dengan gembira, segembira harapan hatinya bahwa Galih Sukmalah yang dipilih Gelang Naga Kemala menjadi jodohnya nanti.
Kembali semburat merah dadu, merambati sepasang pipi Ni Sasi Manah yang seputih pualam.
Mendengar ucapan itu, Galih Sukma hanya menyengir saja. Tanpa memahami niat di balik pemberian dan ucapan itu.Â
Tapi kenyataannya, hati Galih Sukma juga berdebar karena menyadari betapa cantiknya Ni Sasi Manah saat itu.
*Eheemmm!"
Terdengar suara deheman dan muncullah Ki Lurah Manggolo Krasak dan istrinya di kebun belakang itu.
"Ayo, Nak Galih Sukma, makan siang dulu yang banyak. Nyai sudah menyiapkan bekal perjalananmu. Katanya nanti sore, kamu akan meneruskan perjalananmu ke ibukota Benua Lokananta," tawar ramah dari Nyi Lurah Manggolo Krasak. Sedang si Lurah Manggolo Krasak hanya tersenyum melihat kedekatan antara Galih Sukma dengan Ni Sasi Manah.
Matanya yang jeli melihat sebuah gelang aneh melingkar di tangan kanan Galih Sukma, padahal sebelumnya tangan kanan itu kosong tanpa aksesoris. Diam-diam ia melirik ke arah anaknya.Â