Meskipun dia mengalami kejadian yang mengejutkan dan menghilangkan penilaian akal sehatnya, tapi kekuatan batinnya ternyata secara otomatis memberikan perlawanan.
"Dari tanah kembali ke tanah. Tuhan menggenggam jiwaku," gumamnya sebagai perlawanan terakhir.
Senopati Banyu Biru meraup tanah yang ada di samping kanannya, ketika dirinya sudah tidak berdaya. Lalu, dengan kekuatan batinnya dia meloncat ke atas menyongsong sergapan Bleduk Maut dengan menebar tanah yang digenggamnya sambil mematrikan mantra.
Akibatnya sungguh dahsyat dan tidak pernah dikiranya?
Kepala dengan mulut lebar yang mengeluarkan hawa panas bergulung yang sebentar lagi melahapnya, tiba-tiba terpental ke belakang dengan keadaan hancur berderai kembali menjadi pecahan awan hitam dan merah sambil melontarkan jerit kesakitan yang seumur-umur baru Senopati Banyu Biru mendengarnya.
"AAAAAAAAAHHHEERWOOOOHH!"
Jeritan yang mendirikan seluruh bulu romanya.
Untuk mengantisipasi serangan susulan yang tidak terduga lagi, buru-buru Senopati Banyu Biru mengeluarkan serangan balasan yang yang dilambari hawa dingin, sedingin es. Jurus Pukulan Inti Es.
"HIAAAATTTT"
"WROOSSHHH."
"BLAAARRRR!"