Mohon tunggu...
Izza Madani
Izza Madani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister PPKn Universitas Negeri Yogyakarta

Izza Madani menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Universitas Syiah Kuala, dengan gelar S1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan sekarang melanjutkan pendidikan S2 Pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan di Universitas Negeri Yogyakarta. Selama masa perkuliahan, Izza Madani aktif terlibat dalam berbagai kegiatan dan organisasi. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan pengalaman organisasional yang beragam, Izza Madani siap untuk menghadapi tantangan di masa depan, baik dalam karir profesional maupun dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Politik dan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Konflik

1 Januari 2025   17:17 Diperbarui: 1 Januari 2025   17:16 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Politik dan pendidikan kewarganegaraan dalam konteks konflik di Indonesia mencakup berbagai aspek yang saling terkait antara pendidikan, politik, dan dinamika sosial. Dalam konteks Indonesia, pendidikan kewarganegaraan tidak hanya berfungsi sebagai alat transfer pengetahuan, tetapi juga sebagai sarana untuk membentuk karakter dan moralitas warga negara. Menurut Monaki et al. (2023), pendidikan kewarganegaraan memiliki peran strategis dalam menanggulangi konflik sosial dengan membentuk pemahaman nilai-nilai demokrasi dan toleransi di kalangan peserta didik.

Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dihadapkan pada tantangan besar, terutama dalam mengatasi isu-isu politik yang kompleks, seperti korupsi dan diskriminasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Yuhana & Fathurrohman (2021), pendidikan ini harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai konstitusional dan hak asasi manusia ke dalam kurikulum untuk membangun kesadaran kritis di kalangan siswa. Namun, implementasi pendidikan kewarganegaraan sering kali terjebak dalam praktik yang dangkal, lebih fokus pada penguasaan pengetahuan daripada pengembangan keterampilan berpikir kritis.

Dalam konteks konflik, pendidikan kewarganegaraan berperan penting dalam menciptakan masyarakat yang harmonis. Harmanto (2013) menekankan bahwa pendidikan ini dapat membangun pola pikir yang damai dan toleran, yang sangat diperlukan untuk mengatasi potensi konflik di masyarakat multikultural Indonesia. Dengan demikian, pendidikan kewarganegaraan harus dirancang untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan di tengah keragaman etnis dan budaya.

Lebih lanjut, pendidikan kewarganegaraan juga berfungsi sebagai alat untuk memberdayakan generasi muda agar terlibat aktif dalam proses politik. Menurut penelitian oleh Saud et al. (2020), keterlibatan politik kaum muda melalui media sosial menunjukkan bahwa mereka memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Pendidikan yang efektif dapat membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi secara konstruktif dalam kehidupan politik.

Namun, tantangan yang dihadapi pendidikan kewarganegaraan tidak hanya datang dari dalam sistem pendidikan itu sendiri, tetapi juga dari lingkungan sosial-politik yang lebih luas. Sebagai contoh, praktik politik uang dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas sering kali menciptakan ketidakadilan yang merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi politik (Yuhana & Fathurrohman, 2024). Oleh karena itu, penting bagi pendidikan kewarganegaraan untuk mengajarkan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan agar siswa dapat memahami dan menanggapi isu-isu tersebut secara kritis.

Pendidikan kewarganegaraan juga harus beradaptasi dengan perkembangan zaman dan isu-isu global. Kalidjernih (2005) mencatat bahwa pembelajaran harus mampu menawarkan berbagai pilihan kepada peserta didik untuk memahami fenomena sosial yang kompleks. Dengan demikian, siswa tidak hanya dilatih untuk menjadi warga negara yang baik tetapi juga sebagai individu yang peka terhadap isu-isu global dan lokal.

Akhirnya, keberhasilan pendidikan kewarganegaraan dalam konteks konflik di Indonesia sangat bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan ini harus dipandang sebagai gerakan sosio-kultural yang bertujuan untuk membangun karakter bangsa melalui partisipasi aktif (Widiatmaka, 2016). Dengan pendekatan ini, diharapkan pendidikan kewarganegaraan dapat menjadi solusi efektif dalam meredakan konflik dan membangun masyarakat yang lebih damai dan sejahtera.

Secara keseluruhan, tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara politik dan pendidikan kewarganegaraan dalam konteks konflik di Indonesia, dengan mempertimbangkan berbagai perspektif akademis serta tantangan praktis yang ada. Melalui analisis mendalam ini, diharapkan dapat ditemukan rekomendasi strategis untuk meningkatkan efektivitas pendidikan kewarganegaraan sebagai alat pembentuk karakter dan partisipasi politik warga negara.

Peran Politik Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara  

Politik memiliki peran sentral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena ia mengatur bagaimana kekuasaan dikelola, sumber daya didistribusikan, dan kepentingan berbagai kelompok diakomodasi. Politik menjadi sarana untuk mewujudkan kepentingan kolektif melalui kebijakan publik yang dirumuskan secara demokratis. Sebagaimana dijelaskan oleh Budiardjo (2003), politik berkaitan dengan tujuan dari seluruh masyarakat, termasuk cara untuk mencapainya, dengan melibatkan proses perumusan dan pengambilan keputusan yang mencakup aspek kekuasaan dan legitimasi. Dalam konteks bernegara, politik berfungsi untuk menjaga stabilitas, mengatasi konflik, dan memastikan kesejahteraan bersama. 

Salah satu peran penting politik adalah sebagai alat untuk membangun demokrasi. Melalui sistem politik yang demokratis, rakyat dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan melalui pemilu, partisipasi dalam partai politik, atau gerakan sosial. Dalam konteks ini, partisipasi politik menjadi indikator penting dari budaya politik yang berkembang dalam masyarakat, yang kemudian mencerminkan tingkat kesadaran dan kematangan politik warga negara. Dengan demikian, politik juga menjadi instrumen untuk menciptakan keadilan sosial, memberikan ruang kepada kelompok marginal, dan memperjuangkan hak asasi manusia (Bendianto dkk, 2024).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun