Mohon tunggu...
Izatul Laela
Izatul Laela Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah di SDN Karangsono Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan

Hobi menulis, membaca, konten yang menarik tentang kisah yang inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dahsyatnya Doa Seorang Ibu

24 Agustus 2023   21:42 Diperbarui: 24 Agustus 2023   22:08 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah sebuah kisah nyata yang terjadi di Jawa Barat. Kejadian ini  terjadi sekitar tahun 2008.

Dikisahkan ada seorang laki-laki mendatangi sorang ustadz kemudain bertanya," Wahai Ustadz, bagaimana hukumnya seorang anak yang menyakiti hati orang tua?"

Dengan tegas sang ustadz menjawab,"Allah tidak akan ridho kepadamu, Nak."

"Sehebat apapun sujudmu di hadapan Allah, bahkan seandainya tempat sujudmu sampai cekung, tetapi engkau masih menyakiti hati ibumu, sujudmu menjadi sia-sia kepada Allah.

Sehebat apapun amalmu, tapi jika engkau pernah menyakiti hati orang tuamu melalui kata-kata atau sikapmu atau tindakanmu, maka sia-sialah semuanya."

Laki-laki ini pun melanjutkan ceritanya.

"Suatu ketika saya mengunjungi ibu saya yang rumahnya memang tidak jauh dari tempat tinggal saya. Saat itu saya tidak memiliki uang. Hanya ada Rp 22.000 saja di saku celana.

Saya pun menawari ibu saya,"Umi, Umi pingin dibelikan apa?"

Sang ibu yang paham betul kondisi anaknya mengatakan,"Ndak usah nak, Umi tahu kamu tidak punya uang karena kamu belum mendapatkan pekerjaan."

Laki-laki shalih itu pun membesarkan hati ibunya,"Umi, uangku banyak. Umi tenang saja." Katakan padaku, aku akan belikan." Sang ibu tetap tidak mau karena tahu kondisi anaknya.

Sang anak yang tahu makanan kesukaan ibunya, lantas pergi ke pasar untuk membelikan sate ayam. Ya, sate ayam adalah makanan kegemaran sang ibunda tercinta.

Berbekal uang Rp 22.000 di saku celana, berangkatlah laki-laki sederhana itu. Dikayuhnya sepeda dengan penuh semangat. Dia belum memiliki sepeda motor. Peluh pun bercucuran di tengah terik matahari.

Singkat cerita, sang anak pun membawa sate ayam kesukaan ibunya seharga Rp 20.000.

"Umi. Lihatlah apa yang kubawa. Ini makanan kesukaan Umi. Ayo, Mi, dimakan ya."begitu sang anak merayu ibunya.

Sang ibu masih kurang percaya dengan apa yang dilihatnya. Sang anak pun dengan sigap menyodorkan sate dan menyuapi ibunya. Masya Allah.

Sambil berkaca-kaca si ibu ini terharu dengan sikap anak laki-lakinya. Ibunya tahu persis kalau sang anak tak memiliki banyak uang. Dalam hati sang ibu pun berdoa kepada Allah,"Semoga Allah memberimu rizqi yang lebih."

Hati sang ibu bercampur aduk antara bahagia dan sedih, terharu. Bahagia karena melihat dan merasakan kasih sayang anaknya yang begitu besar. Sedih karena tahu bagaimana kondisi anak laki-lakinya yang tidak banyak memiliki harta.

Usai menyuapi sang ibu, si anak laki-laki mulia ini berpamitan pada ibunya.

"Umi, saya pamit. Kalau ada perlu apa-apa segera kabari ya. Umi baik-baik saja di rumah."

"Selepas sholat Dhuha, saya mau pergi, janjian ketemu sama orang."

Selepas sholat Dhuha, sang laki-laki shalih itu pun berangkat untuk bertemu dengan orang. Dengan uang tersisa Rp 2.000 saja di saku celananya.

Di sepanjang perjalanan, sang laki-laki shalih ini hanya berharap kepada Allah SWT.
"Ya Allah, ampuni dosa ibuku. Ibuku yang melahirkanku. Ibuku yang membesarkanku dan merawatku tanpa pamrih.Ibuku yang tak pernah tidur saat aku sakit. Ibuku yang selalu berbohong padahal perutnya lapar tapi mengatakan kenyang. Selamatkan ibuku Ya Rabb."

Doa itu terus diucapkannya dalam hati sepanjang perjalanan.

Ketika sampai di pertengahan perjalanan, dia mendapati seorang perempuan seusia ibunya melambaikan tangan ke arahnya.

Si ibu ini mengatakan akan menyeberang. Dalam hati sang laki-laki, ibu ini minta dibantu menyeberang jalan.

"Saya hendak ke kota sebelah, tapi tidak tahu."si ibu menceritakan keperluannya. Ternyata bukan menyeberang tapi hendak pergi ke luar kota.

Saat itu ongkos naik angkot adalah Rp 2.000. Uang itu tinggal satu-satunya yang tersisa di saku celananya. Tapi karena dia mencintai ibunya, setiap bertemu dengan perempuan tua, dia menganggap seperti ibunya.

Maka dibantulah si ibu ini naik angkutan.
"Ibu, silakan naik angkutan ini. Ibu sampaikan saja tujuannya mau ke mana. Ongkos sudah saya bayar."Laki-laki shalih itu memberikan penjelasan kepada ibu tersebut.

Maka habislah uang sang laki-laki shalih ini. Tapi dia bahagia, karena baginya membuat ibunya bahagia serta orang yang seusia ibunya adalah sebuah kenikmatan.

Qadarullah, tak perlu waktu lama Allah membalas kebaikan sang laki-laki shalih tersebut.

Rp 20.000 yang digunakan untuk membelikan makanan kesukaan sang ibu serta Rp 2.000 yang digunakan untuk menolong seorang perempuan seusia ibunya naik angkutan, Allah balas dalam hitungan 30 detik saja. Masya Allah.

Dari arah depan tetiba ada mobil mewah mengklaksonnya. Kemudian dari dalam mobil tersebut seorang laki-laki melambaikan tangan, memanggil laki-laki shalih itu.

Laki-laki dengan mobil mewah itu kemudian bertanya,"Mau ke mana, Mas?"

"Saya ada janji dengan teman saya, Pak." demikian jawab sang laki-laki shalih.

"Ada yang bisa saya bantu?" gantian laki-laki shalih bertanya pada bapak tersebut.

"O, tidak. Coba ke sini, Mas." ajak laki-laki kaya tersebut.

"Saya ada sedikit rizqi. Sejak dari rumah saya memang sudah berniat akan bersedekah atas nama ibu saya. Dan saya senang melihat anda."laki-laki kaya itu memberikan penjelasan.

Kedua orang ini tidak saling kenal. Maka bingunglah sang laki-laki shalih.

"Mohon maaf, Pak. Mungkin Bapak salah orang."laki-laki shalih ini mencoba memberikan argumen.

"Tidak, Mas. Hati kecil saya mengatakan. Andalah yang saya maksud. Tidak lama kemudian, laki-laki kaya itupun menyodorkan amplop yang berisi sejumlah uang.

Singkat cerita, laki-laki shalih ini pun akhirnya menerima amplop pemberian laki-laki kaya. Dia mengucapkan terima kasih yang tak terhingga.

Bergegas dia menemui ibunya tanpa melihat isi amplop tersebut. Sampai di rumah ibunya, dia menangis sejadi-jadinya atas keajaiban yang dirasakannya.

Sungguh, laki-laki shalih ini tak menyangka bahwa dengan sebuah bakti kecil yang dilakukan pada ibunya mendatangkan keajaiban. Allah membalas kebaikan itu dengan keajaiban yang datang dari arah yang tak disangka-sangka

Allah balas kontan. Rp 20.000 untuk ibunya dan Rp 2.000 untuk perempuan seusia ibunya dibayar Rp 22.000.000.

Bahwa bakti seorang anak kepada ibu tidak ternilai. Seperti apapun keadaan orang tua kita, apakah baik atau buruk di hadapan orang lain, mereka tetap orang tua kita yang patut kita hormati.

Semoga bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun