Mohon tunggu...
Narliswandi Piliang
Narliswandi Piliang Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveller, Content Director, Citizen Reporter, Bloger, Private Investigator

Business: Products; Coal Trading; Services: Money Changer, Spin Doctor, Content Director for PR, Private Investigator. Social Activities: Traveller, Bloger. email: iwan.piliang7@yahoo.com\r\nmobile +628128808108\r\nfacebook: Iwan Piliang Dua , Twitter @iwanpiliang7 Instagram @iwanpiliangofficial mobile: +628128808108

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alex Bekerja Berkelakar dan Berkibar

8 September 2016   15:07 Diperbarui: 8 September 2016   15:35 1382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Fardu ain,” tegas Ustad Faisal.

Faisal ketika minggu tenang jelang Pemilihan Presiden (Pelpres) pada 2014 lalu, turut Umroh bersama Presiden Jokowi. Ia penyelia. Ia memimpin berdoa di depan Multazam, Masjidil Haram, agar Jokowi menjadi presiden memuliakan keinsanan, memberi rahmat bagi semesta alam.

“Di bumi Sriwijaya bersejarah ini, di pasar bersejarah ini, melalui kepemimpinan peduli perintah diwajibkan Allah, mengakurat timbangan, tertib ukur, menjadikan Sumsel khususnya akan dirahmati Allah.”

Pasar Cinde menjadi pasar pertama dibangun di Palembang, 1958. Arsiteknya Herman Thomas Karsten. Bangunannya berlantai dua berpilar cendawan. Bagian atas pilar bagaikan akar pohon ditegakkan dipapas seakan memangku menahan atap dan bagunan lantai dua. Rancang arsitektur berlanggam ini dikenal paddestoel.

“Ribuan malaikat akan turun memohon keselamatan bagi semua warga,” ujar Faisal pula, “Semoga saja kebakaran hutan menimbulkan bencana asap seperti tahun-tahun lalu tiada muncul lagi.”

“Karena pemimpinnya telah berusaha menjalankan bagian perintah Tuhan paling mendasar.”

Menyelami kata-kata Ustad Faisal, saya tepat berdiri di bagian belakang tenda acara merinding. Entah mengapa air di mata ini  berlinang. Pernah saya menyimak ke beberapa pasar di Jakarta, saya perhatikan tera, tanda pengujian timbangan, dominan menyisakan tahun petilasan tera di 1997,1998. Rentang waktu kemudian seakan tiada lagi peneraan.

Entah mengapa?

Itu artinya di era Presiden Soeharto lalu, kontrol terhadap keakuratan timbangan lebih mendapatkan perhatian.

“Hingga kini delapan kabupaten di Sumatera Selatan telah mendapatkan penghargaan tertib ukur oleh pemerintah pusat,” kata Alex Noerdin.

Itu artinya sudah separuh propinsi kawasan kabupatennya akurat timbangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun