Di rapat ke dua, dua pekan sebelumnya, saya sempat menyimak di Griya Agung, Palembang. Sosok desainer sirkuit Hermann Tilke, dengan tim swasta akan membangun sirkuit, siap menggelar Moto GP pada 2018. Letak jalur sirkuitnya persis melewati tepian pantai di seberang Shooting Range nan asri.
“Saya siap merancangnya. Akan halnya pembangunan hasil rancangan saya itu akan saya supervisi. Saya percaya kontraktor lokal siap mewujudkan,’ ujar Tilke.
“Sejatinya sirkuit MotoGP itu kelak bisa kita kembangkan bagi penyelenggaraan Formula Satu, tinggal ditingkatkan saja nanti fasilitasnya. Moto GP sebagai tahap awal,” tutur Alex optimis.
Tiga bulan ini bulak-balik Palembang-Jakarta, saya simak waktu Alex padat. Tiada hari ia gunakan melakukan sesuatu bagi majunya Palembang, bagi bangkitnya Sumsel. Dalam sepekan ada saja rombongan calon investor datang. Seperti medio Juli lalu satu rombongan pengusaha Cina, dua hari kemudian rombongan pengusaha Korea. Mereka berminat akan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-Api; pelabuhan, terminal peti kemas, pabrik pengolahan karet dan rencana pembangunan kilang minyak di lahan seluas 217 hektar.
Di suatu siang terik, Alex Noerdin mengunjungi kawasan Zona Lima pembangunan Light Rail Train (LRT), orang Palembang menyebutnya Kereta di Pucuk (KdP), atau kereta ringan. Kereta di Pucuk itu menghubungkan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II hingga ke Jakabaring Sport City. Pembangunan Kereta di Pucuk itu menggunakan dana APBN, dan dilaksanakan oleh Waskita Karya, saat ini sudah mulai naik rangkaian dua rel di tiang-tiang saat ini terus bergerak dibangun. Pembangunannya akan dituntaskan lebih cepat dari jadual, menurut keterngan pihak Waskita Karya ke Media di Palembang pada awal 2018 sudah beroperasi penuh, sepanjang 24 km.
Langkah kepemimpinan Alex Noerdin mengambil kesempatan menyelenggarakan event olahraga tingkat dunia itu untuk mengembangkan dan menggerakkan ekonomi itu dipuji oleh Jusuf Kalla (JK), Wakil Presiden. “Jika saja ada sepuluh gubernur seperti Alex Noerdin cepat maju bangsa kita, “ ujar JK tahun lalu.
Karena itu saya simak, sulit menemukan waktu Alex lowong. Ia terus bergerak, bekerja tanpa lelah. Dan perhatiannya tidak hanya kepada pembangunan fisik.
JELANGpukul 09.00, Senin, 27 Juni 2016. Matahari malu-malu. Dingin pagi mengalirkan angin menyapa tepi telinga. Lalu lintas ramai. Memasuki kawasan Pasar Cinde, Palembang, sebuah tenda dengan deretan kursi tampak berisi. Beberapa pedagang pasar berbaur. Mereka duduk bersama karyawan Pemda Sumatera Selatan (Sumsel).
Di deretan kursi depan tampak Alex Noerdin, Gubernur Sumsel, Harnojoyo, Walikota Palembang, beserta dinas terkait. Mereka menyimak uraian Prof. Faisal Mahfud, salah satu Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, juga Pimpinan Al Khairat, Palu, Sulawesi Tengah.
Ustad Faisal sengaja datang ke Palembang diundang Alex Noerdin, agar turut bersama menyimak peluncuran gerakan Tertib Ukur Timbangan Akurat di Sumsel, Senin, 27 Juni 2016, itu.
“Mengakuratkan timbangan sama kewajibannya dengan shalat fardu.”