01.
MbakMbak Utusan Ayah Menjemputku
Namaku Raia. Banyak orang bilang sih 90 persen aku plek ketiplek kayak Ayah. Dari wajah, tinggi, dan sifat. Hmmm. But, aku kali ini lagi KZL sama Ayah.
Pertama aku gak dijemput begitu tebluk di Stasiun Purwokerto, yang jemput malah mbak mbak yang kata Ayah itu adalah IBU BARUKU. Hei, itu orang lebih tepat disebut KAKAK BARUKU! Mbak-mbak itu yang WA aku dan begitu kubalas ciri-ciriku, yang spesifik, pakai jamper, nyangklek tas ransel, dan kaos EXO, dia nyamperin aku.Â
Sama aku juga kalah tinggi. Kurus. Mata sipit. Hitam Manis. Aku tau lah, dia tipe Ayah. Dan mbak mbak itu. Ah, lupa siapa namanya tadi, menyetir mobil dan nyoba sok akrab gitu deh.
Dia nanya sih, udah makan belum. Kalau belum mau diajak mampir makan dulu. Tapi aku menolak. Padahal, ASLI aku laper banggget! Dari Stasiun Tugu aku belum makan nasi!
Pokoknya aku mau cepet-cepet ketemu Ayah. Aku marah.
OK. Sebelumnya aku ceritain. Aku anak korban divors ortu. Setelah mereka pisah, aku dibawa Ibu ke Jogya. Gak lama kemudian ibu merid lagi.
Aku dibawa ke sebuah rumah sederhana di daerah Sokaraja. Tapi kata mbak-mbak itu Ayah masih meliput tanah longsor di Banjarnegara.
"Aku mau masak telor dadar, mau?" mbak-mbak itu menawariku begitu aku masuk kamar yang kata dia buat aku.
Aku mengangguk saja. Lalu mbak-mbak itu ngajak aku ke dapur. "Yuk, masak bareng!" ajaknya dengan riang. SOK AKRAB! OMG! Kok bisa Ayah milih istri ABG gini sih....