Kami berdua terbeban dengan orang-orang di Bangladesh. Saya sudah ke sana dua kali, kata Gadis Siantar.
Sekarang jantung saya berdebar. Ingat obrolan dengan Thiru.
Anak perempuannya 12 tahun.Â
Saya tercenung. Sekarang bola ada di tangan saya.
Di dalam pesawat ke Chennai, saya tak tenang. Membayangkan Gadis Siantar yang super charming. Dan Thiru. Anak perempuannya berusia 12 tahun. Si alis bertaut. Apakah dia penipu?
Aduh, gimana nih? Si Gadis Siantar berbagi nomor kontak dengan saya. Sebelum kami berpisah.
Di bandara Chennai, saya duduk beberapa jam. Berpikir. Flu sedikit terabaikan. Di mana plastik ingus? Oh sudah saya buang sebelum naik pesawat tadi.Â
Saya masih meler. Saya beli chai, teh susu India. Saya gelisah sendiri. Saya harus beritahu Gadis Siantar. Soal Thiru. Ini demi peradaban. All girls are sisters.
Aduh. Gimana sih ini? Saya pandangi hape. Lalu melihat wajah profil Gadis Siantar di nomor WA. Dia sungguh bersinar.Â
Apakah saya tidak terlalu jauh mencampuri urusan orang?
Tapi saya sudah menyapanya di WA. Dia menjawab beberapa menit kemudian. Whats up, sudah balik Balige, tulisnya.