“Yup’s…”
“Oke, Mari sudah, om dan tante naik!”
“Eits… mana bisa begitu”
“Maksud Om?”
“Kamu deng kawanmu, satu motor saja. Motor yang satu lagi, Biar Om dengan Tante”
“Okh, boleh Om. Mari sudah, pakai saja motornya” jawab tukang ojek, sambil memberikan motor pada Baso.
Dua motor ojek itu meluncur ke arah barat, menuju jalan Melati tempat Baso dan Ita bermalam selama di Ende. Tangan Itha, hangat melingkar di pinggang Baso.
Ita begitu bangga dengan kejadian barusan. Hanya untuk melepaskan Itha pada tukang Ojek saja, Baso merasa keberatan. Perlindungan dan cinta Baso yang begitulah, yang membuat Itha, hingga kini, tak pernah habis mencintai Baso.
*****
“Assalamu’alaikum warrah matullahi wabbarakatuh…” Itha menyudahi sholat malamnya. Dia menoleh pada Baso. Lelaki itu, dengan menopangkan pipinya yang kekar pada telapak tangan kanannya, terlihat nyenyak. Berbaring dengan menyamping, sisi tubuh kanan di sebelah bawah, menjadi kebiasaan Baso yang sangat Itha hafal.
Semalam, Baso telah mengimami shalat taraweh mereka berdua di hotel Flores Mandiri ini. Agaknya, kelelahan yang sangat, membuat Baso terlelap nyenyak. Sementara Itha, justru kebahagiaan luar biasa yang dia rasa, membuat dia jadi hilang kantuk. Badan terasa segar.