Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mulai dari Diri Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin Pembelajaran

2 Februari 2024   06:54 Diperbarui: 2 Februari 2024   07:35 24822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/photo/smiling-teacher-over-girls-working-on-project-7692643/

Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik.  Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu  itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan yang transformational, pasti ada kritik.  Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid? (Nadiem Makarim, 2020)

Modul 3.1 dengan judul "Mulai dari Diri" merupakan bagian integral dari serangkaian pembelajaran yang menekankan pada pengambilan keputusan berbasis pemimpin pembelajaran. 

Modul ini dibuka dengan kutipan dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Bapak Nadiem Makarim, yang menyoroti pentingnya kepemimpinan dalam mengimbangi prioritas utama dan melakukan yang terbaik untuk pendidikan. 

Beliau juga menekankan bahwa untuk membuat perubahan, terutama perubahan yang bersifat transformatif, tidak bisa terhindar dari kritik, dan setiap keputusan harus diarahkan pada peningkatan pembelajaran murid.

Wawancara dengan Bapak Nadiem Makarim

Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik.  Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu  itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan yang transformational, pasti ada kritik.  Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid? (Nadiem Makarim, 2020)

Pertanyaan Pemantik: 

Menurut Bapak dan Ibu, Kira-kira apa maksud dari kutipan Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi tersebut?

Jawab: 

Dalam pernyataannya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Bapak Nadiem Makarim, menyoroti urgensi melaksanakan tugas kepemimpinan dengan memperhatikan prioritas utama, terutama dalam konteks pendidikan. 

Ia menekankan bahwa memberikan yang terbaik dalam pendidikan tidak selalu sejalan dengan keinginan, dan bahwa perubahan, terutama yang bersifat transformatif, pasti akan mengundang kritik. 

Oleh karena itu, Nadiem menyarankan untuk selalu mengevaluasi dampak keputusan pada peningkatan pembelajaran murid sebelum mengambil langkah. 

Kutipan ini menggambarkan kepentingan menjalankan tugas kepemimpinan dengan memperhatikan prioritas utama dan dampaknya pada peningkatan pembelajaran murid.

Bapak Nadiem Makarim menyoroti beban dan amanah kepemimpinan, dengan fokus pada keseimbangan prioritas yang penting. 

Beliau menekankan bahwa keputusan yang diambil harus berdampak positif pada peningkatan pembelajaran murid. Kepala sekolah diharapkan untuk mempertimbangkan apakah tindakan yang diambil mendukung tujuan tersebut.

Survei Pengetahuan Awal

Pertanyaan

Sebagai pemimpin pembelajaran, bagaimana Anda mengelola pengambilan keputusan kompleks yang melibatkan pihak dengan kepentingan sejalan namun saling bertentangan? 

Bagaimana Anda memastikan keputusan Anda selaras dengan nilai kebajikan yang diyakini? Pernahkah Anda meragukan keputusan Anda, mempertanyakan konsistensi dengan peraturan atau nilai yang Anda anut? 

Bagaimana Anda mengevaluasi apakah tindakan Anda sesuai dengan prinsip dan nilai kebajikan yang Anda pegang, serta menghindari memberikan prioritas pada golongan tertentu tanpa alasan yang jelas?

Halaman kedua memperkenalkan survei pengetahuan awal kepada calon guru penggerak. Survei ini mengajukan pertanyaan reflektif mengenai pengalaman kepemimpinan, pengambilan keputusan, dan pemikiran dalam menghadapi situasi dilematis. 

Guru diajak untuk merenungkan nilai-nilai kebajikan yang menjadi dasar pengambilan keputusan dan mempertimbangkan pengalaman dilematis yang mungkin pernah dihadapi.

Jawaban: 

Sebagai seorang guru, saya dihadapkan pada keputusan apakah melaporkan seorang siswa yang terbukti menyontek selama ujian. Meskipun siswa tersebut memiliki prestasi baik, saya khawatir melaporkannya dapat merugikannya dalam hal beasiswa. 

Meski demikian, saya sadar bahwa menyontek melanggar prinsip kejujuran, dan saya tidak ingin mengabaikan hal tersebut.

Dalam mengambil keputusan, saya mempertimbangkan faktor-faktor seperti kejujuran, keadilan, serta dampaknya pada siswa dan sekolah. 

Akhirnya, saya memutuskan untuk melaporkan siswa tersebut, mengedepankan nilai kejujuran dan mengajarkan bahwa menyontek adalah perilaku yang tidak diterima.

Kesimpulannya, dalam menghadapi dilema, seorang pemimpin pembelajaran harus mempertimbangkan berbagai faktor dan prinsip kebajikan untuk membuat keputusan yang sesuai dengan keyakinannya.


Tugas dan Survei Pengetahuan Awal Lanjutan

Pertanyaan

Sebagai Kepala Sekolah baru di SMP X, bagaimana Anda menanggapi saran Wakil Kepala Sekolah Kurikulum untuk mendistribusikan buku pelajaran baru dari penerbit Y? 

Ketika penerbit Y menawarkan "komisi" atas pembelian, bagaimana pendekatan Anda terhadap etika dan integritas kepemimpinan? Saat dihadapkan pada pihak Yayasan/Manajemen Sekolah, bagaimana Anda menjelaskan prosedur dan praktik pemesanan buku pelajaran baru di sekolah?

Jawaban: 

Sebagai Kepala Sekolah baru, langkah-langkah yang akan saya ambil melibatkan:

1. Mengumpulkan informasi dan data relevan dari Wakasek Kurikulum mengenai prosedur pemesanan buku-buku dan informasi penerbit Y.


2. Mendiskusikan masalah dengan Wakasek Kurikulum, guru-guru, dan orang tua murid untuk mendapatkan masukan yang beragam.


3. Menimbang alternatif solusi dengan mempertimbangkan kualitas buku, harga, reputasi penerbit, dan dampaknya.


4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip-prinsip kebajikan seperti kejujuran, keadilan, dan integritas.


4. Penjelasan kepada pihak Yayasan/Manajemen Sekolah melibatkan penjelasan perubahan prosedur pemesanan yang transparan, penolakan tawaran komisi demi etika, dan komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan. 

Saya yakin penjelasan ini dapat diterima oleh pihak terkait.


Studi Kasus

Pertanyaan 1

Bagaimana nilai-nilai kebajikan diterapkan di lingkungan kerja atau tempat tinggal Anda? Bisakah Anda berbagi pengalaman bagaimana nilai-nilai kebajikan tersebut memengaruhi proses pengambilan keputusan Anda? 

Bagaimana nilai-nilai ini membentuk karakter dan tindakan Anda?

Jawaban: 

Saya berada dalam sebuah lingkungan kerja yang sangat menekankan pada penerapan nilai-nilai kebajikan, terutama integritas, keadilan, dan kerja sama tim. 

Sebagai ilustrasi, ketika saya dihadapkan pada situasi di mana saya harus membuat keputusan sulit, prinsip integritas memandu saya untuk selalu berlaku jujur dan konsisten dalam tindakan saya. 

Di samping itu, nilai keadilan mendorong saya untuk mempertimbangkan dampak keputusan tersebut terhadap semua pihak yang terlibat. 

Oleh karena itu, nilai-nilai ini tidak hanya menjadi dasar moral saya, tetapi juga membentuk pola pikir saya, menjadi panduan yang konsisten dalam setiap pengambilan keputusan sehari-hari di lingkungan kerja.

Pertanyaan 2


Apakah Anda pernah mengalami atau menyaksikan situasi pengambilan keputusan serupa seperti studi kasus yang diajukan sebelumnya, di mana terdapat konflik antara dua kepentingan yang saling bertentangan? 

Ceritakan pengalaman Anda di sekolah asal Anda. Bagaimana Anda menanggapi situasi tersebut dan mengapa Anda membuat keputusan tertentu pada saat itu?

Jawaban

Sebagai seorang guru dengan pengalaman hampir 13 tahun di sebuah sekolah menengah pertama di kota Sumedang, saya telah menghadapi berbagai situasi pengambilan keputusan, termasuk konflik antara dua kepentingan. 

Salah satu pengalaman yang signifikan adalah ketika saya harus menentukan apakah memberikan nilai baik kepada seorang siswa yang tidak mengerjakan tugasnya, disebabkan oleh kesulitan keluarga.

Dalam situasi dilematis ini, saya mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan seperti keadilan, kejujuran, dan integritas. Siswa tersebut mendapatkan nilai baik karena saya ingin memberikan dukungan pada masa kesulitan keluarganya. 

Meskipun demikian, saya memberikan penjelasan bahwa tugas harus dikerjakan di masa depan.

Nilai-nilai kebajikan, terutama kejujuran dan integritas, menjadi landasan pengambilan keputusan saya. Saya percaya bahwa transparansi dan dukungan terhadap siswa yang menghadapi kesulitan adalah esensi dari keberhasilan pendidikan. 

Pengalaman ini mengajarkan bahwa mengambil keputusan dalam dilema memerlukan pertimbangan teliti terhadap nilai-nilai yang diyakini, guna mencapai keseimbangan antara keadilan dan dukungan bagi siswa.

Pertanyaan 3

Setelah mengambil suatu keputusan, apakah pernah terlintas dalam pikiran Anda pertanyaan seperti "Apakah keputusan yang telah diambil merupakan pilihan yang benar?" atau "Apakah seharusnya saya memilih opsi lain?" 

Apa yang biasanya memicu pemikiran semacam itu setelah Anda mengambil keputusan?

Jawaban

Bagi seorang guru, merenungkan apakah keputusan yang diambil merupakan pilihan terbaik atau apakah ada alternatif yang lebih baik sangatlah wajar. 

Tindakan refleksi diri dan keraguan ini mencerminkan tingkat kepedulian dan dedikasi guru terhadap perkembangan muridnya. Alasan umum untuk mempertanyakan keputusan melibatkan:

Dampak Keputusan pada Siswa: Kesadaran akan dampak keputusan guru pada kehidupan siswa mendorong refleksi untuk memastikan dampak positif dan bermanfaat.

Kompleksitas Situasi Pendidikan: Situasi kompleks tanpa solusi hitam-putih memicu evaluasi dampak dan konsekuensi positif serta negatif.

Keterbatasan Informasi: Kesadaran akan keterbatasan informasi saat pengambilan keputusan memotivasi refleksi tentang bagaimana informasi tambahan dapat memengaruhi pilihan.

Pengalaman dan Perspektif Berkembang: Pengalaman baru memberikan perspektif baru terhadap keputusan masa lalu, dipertanyakan berdasarkan kedewasaan dan pengetahuan baru.

Kepentingan Nilai Pribadi: Guru mempertahankan nilai-nilai pribadi, sehingga ketidaksesuaian dengan nilai tersebut memunculkan keraguan.

Masukan dari Pihak Lain: Feedback dari orang tua, rekan kerja, atau siswa memicu refleksi dan pandangan baru terhadap keputusan.

Pertanyaan 4

Apa pertanyaan-pertanyaan yang ingin Anda ajukan dalam sesi Pengambilan Keputusan berbasis Pemimpin Pembelajaran? Bagaimana Anda mengatasi tantangan dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran selama ini?

Jawaban 

saya telah merumuskan beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan dalam sesi Pengambilan Keputusan berbasis Pemimpin Pembelajaran. 

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mencakup sejumlah aspek, seperti strategi dalam mengambil keputusan saat menghadapi masalah, tantangan yang sering dihadapi dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, dan cara mengelola keputusan kontroversial di lingkungan kerja.

Beberapa pertanyaan spesifik yang ingin saya tanyakan melibatkan strategi dalam mengatasi masalah, tantangan pribadi dalam mengambil keputusan, dan pendekatan mengelola kontroversi. 

Saya ingin mengetahui cara mengambil keputusan yang tepat ketika dihadapkan pada masalah, serta mengatasi tantangan seperti menyeimbangkan kepentingan yang bertentangan dan memastikan keadilan dalam keputusan.

Selain itu, saya tertarik untuk memahami bagaimana cara menjaga keputusan agar tidak hanya menguntungkan satu pihak, melainkan juga adil bagi semua pihak yang terlibat. 

Serta, bagaimana mengelola rasa ragu dan kekhawatiran setelah mengambil keputusan kontroversial.

Dalam pengalaman saya sebagai pemimpin pembelajaran, tantangan yang sering dihadapi melibatkan menyeimbangkan kepentingan yang saling bertentangan, memastikan keputusan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan, dan mengelola kontroversi dengan berkomunikasi efektif serta membuka ruang diskusi. 

Selalu berusaha agar semua pihak terlibat memahami alasan di balik keputusan menjadi kunci dalam upaya menjaga keadilan dan keseimbangan dalam pengambilan keputusan.

Pertanyaan 5

Harapan-harapan apa saja yang Anda inginkan dengan mengikuti modul 3.1 - Pengambilan Keputusan berbasis Pemimpin Pembelajaran? Apa yang ingin Anda capai setelah belajar tentang modul 3.1 ini?

Jawaban

Dengan mengikuti Modul 3.1 - Pengambilan Keputusan berbasis Pemimpin Pembelajaran, saya memiliki beberapa harapan yang ingin dicapai. 

Pertama, saya berharap untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana mengambil keputusan yang tepat, khususnya dalam konteks kepemimpinan pendidikan. 

Saya ingin mempelajari strategi dan metode efektif dalam mengelola situasi di mana terdapat dua kepentingan yang saling bertentangan.

Selanjutnya, harapan saya adalah memahami bagaimana nilai-nilai kebajikan dapat menjadi landasan yang kokoh dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. 

Saya berharap modul ini memberikan wawasan tentang pengelolaan keputusan yang menimbulkan kontroversi, serta memastikan keadilan bagi semua pihak terlibat.

Selain itu, saya berharap dapat mengembangkan keterampilan dalam mengelola rasa ragu dan kekhawatiran setelah mengambil keputusan yang kontroversial. 

Dengan demikian, melalui modul ini, saya berharap dapat menjadi pemimpin pembelajaran yang mampu mengambil keputusan yang tepat, adil, dan memberikan dampak positif bagi semua pihak yang terlibat.

Dengan mengutip pengalaman Bapak Nadiem Makarim dan menyajikan studi kasus yang relevan, modul ini membantu guru untuk merenungkan nilai-nilai kebajikan yang mendasari tindakan mereka, menghadapi situasi dilematis, dan meningkatkan kemampuan mereka dalam pengambilan keputusan yang bermakna.

Pentingnya kolaborasi dan komentar pada pekerjaan sesama guru melalui LMS juga memperkaya pengalaman pembelajaran, memungkinkan pertukaran gagasan dan sudut pandang yang beragam. 

Modul ini membawa guru ke dalam proses refleksi yang mendalam, mengajak mereka untuk menggali pengalaman dan nilai-nilai kebajikan yang akan membentuk kepemimpinan mereka dalam konteks pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun