Sebagai seorang guru dengan pengalaman hampir 13 tahun di sebuah sekolah menengah pertama di kota Sumedang, saya telah menghadapi berbagai situasi pengambilan keputusan, termasuk konflik antara dua kepentingan.Â
Salah satu pengalaman yang signifikan adalah ketika saya harus menentukan apakah memberikan nilai baik kepada seorang siswa yang tidak mengerjakan tugasnya, disebabkan oleh kesulitan keluarga.
Dalam situasi dilematis ini, saya mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan seperti keadilan, kejujuran, dan integritas. Siswa tersebut mendapatkan nilai baik karena saya ingin memberikan dukungan pada masa kesulitan keluarganya.Â
Meskipun demikian, saya memberikan penjelasan bahwa tugas harus dikerjakan di masa depan.
Nilai-nilai kebajikan, terutama kejujuran dan integritas, menjadi landasan pengambilan keputusan saya. Saya percaya bahwa transparansi dan dukungan terhadap siswa yang menghadapi kesulitan adalah esensi dari keberhasilan pendidikan.Â
Pengalaman ini mengajarkan bahwa mengambil keputusan dalam dilema memerlukan pertimbangan teliti terhadap nilai-nilai yang diyakini, guna mencapai keseimbangan antara keadilan dan dukungan bagi siswa.
Pertanyaan 3
Setelah mengambil suatu keputusan, apakah pernah terlintas dalam pikiran Anda pertanyaan seperti "Apakah keputusan yang telah diambil merupakan pilihan yang benar?" atau "Apakah seharusnya saya memilih opsi lain?"Â
Apa yang biasanya memicu pemikiran semacam itu setelah Anda mengambil keputusan?
Jawaban
Bagi seorang guru, merenungkan apakah keputusan yang diambil merupakan pilihan terbaik atau apakah ada alternatif yang lebih baik sangatlah wajar.Â