Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Eksplorasi Konsep Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

4 November 2023   18:00 Diperbarui: 4 November 2023   18:17 28354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran sosial emosionalhttps://www.pexels.com/photo/boy-and-girl-doing-painting-8612993/

Dalam artikel ini, kita akan mengadakan penjelajahan secara mendalam ke dalam konsep modul 2.2 pembelajaran sosial emosional. Ini adalah catatan saya tentang  berbagai aspek krusial terkait modul ini dan bagaimana penerapannya berkontribusi pada perkembangan keterampilan sosial dan emosional siswa.

A.Latar Belakang
Penelitian menunjukkan guru dengan kompetensi sosial dan emosional yang kuat lebih efektif dan berdampak positif pada hasil pendidikan dan kesejahteraan murid. Konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) berfokus pada menciptakan pengalaman belajar bermakna dan mendukung pertumbuhan holistik murid, dengan dampak positif seperti peningkatan kompetensi sosial dan emosional, prestasi akademik yang lebih baik, serta kesejahteraan psikologis yang optimal.


B. Definisi Pembelajaran Sosial dan Emosional
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pendekatan kolaboratif di sekolah yang mengajarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap terkait aspek sosial dan emosional. Ini termasuk kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Kerangka PSE CASEL menekankan menciptakan lingkungan belajar yang koheren, kerjasama dengan keluarga dan komunitas, serta kurikulum yang bermakna.


B.2. Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE)
Kerangka Kompetensi Sosial Emosional (CASEL) adalah panduan penting dalam pengembangan lima kompetensi sosial dan emosional (KSE). Ini termasuk kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Penerapan KSE ini berkaitan dengan profil pelajar Pancasila dan mendukung Standar Nasional Pendidikan dengan membentuk karakter, etika, dan rasa ingin tahu siswa.


Tugas 2b.1


Kasus 1: Memberikan kesempatan pada murid untuk membaca buku pilihannya dalam suasana yang kondusif


Kesadaran diri: Murid dapat menyadari minat dan kemampuannya dalam membaca.
Kesadaran sosial: Murid dapat menghargai pendapat orang lain tentang buku yang dibacanya.
Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab: Murid dapat memilih buku yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Penjelasan:
Kegiatan ini memberikan kesempatan pada murid untuk memilih buku yang ingin dibacanya. Hal ini dapat membantu murid untuk menyadari minat dan kemampuannya dalam membaca. Selain itu, kegiatan ini juga dapat membantu murid untuk menghargai pendapat orang lain tentang buku yang dibacanya.


Kasus 2: Memberikan kesempatan pada murid untuk merefleksikan proses pembelajaran yang sudah diikuti

Kesadaran diri: Murid dapat menyadari kekuatan dan kelemahannya dalam belajar.
Kesadaran sosial: Murid dapat memahami perspektif orang lain tentang proses pembelajarannya.
Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab: Murid dapat menentukan langkah selanjutnya untuk meningkatkan kemampuan belajarnya.
Penjelasan:
Kegiatan ini memberikan kesempatan pada murid untuk merenungkan proses pembelajaran yang sudah diikutinya. Hal ini dapat membantu murid untuk menyadari kekuatan dan kelemahannya dalam belajar. Selain itu, kegiatan ini juga dapat membantu murid untuk memahami perspektif orang lain tentang proses pembelajarannya.


Kasus 3: Mengadakan dialog interaktif tentang bagaimana membangun tanggung jawab/etika dalam penggunaan media sosial


Kesadaran diri: Murid dapat menyadari dampak penggunaan media sosial terhadap dirinya dan orang lain.
Kesadaran sosial: Murid dapat memahami perspektif orang lain tentang penggunaan media sosial.
Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab: Murid dapat membuat keputusan yang bijak dalam menggunakan media sosial.
Penjelasan:
Kegiatan ini memberikan kesempatan pada murid untuk berdiskusi tentang tanggung jawab dan etika dalam penggunaan media sosial. Hal ini dapat membantu murid untuk menyadari dampak penggunaan media sosial terhadap dirinya dan orang lain. Selain itu, kegiatan ini juga dapat membantu murid untuk memahami perspektif orang lain tentang penggunaan media sosial.


Kasus 4: Memberikan fleksibilitas pada murid untuk mengerjakan tugas yang pilihannya terlebih dahulu


Kesadaran diri: Murid dapat mengenali gaya belajarnya.
Kesadaran sosial: Murid dapat menghargai pendapat orang lain tentang cara belajarnya.
Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab: Murid dapat memilih cara belajar yang sesuai dengan gaya belajarnya.
Penjelasan:
Kegiatan ini memberikan kesempatan pada murid untuk memilih tugas yang ingin dikerjakannya terlebih dahulu. Hal ini dapat membantu murid untuk mengenali gaya belajarnya. Selain itu, kegiatan ini juga dapat membantu murid untuk menghargai pendapat orang lain tentang cara belajarnya.

Kasus 5: Memberikan kesempatan pada murid untuk mengelola sebuah kegiatan (literasi, seni dan olahraga, dll.)


Kesadaran diri: Murid dapat menyadari kemampuan dan keterampilannya.
Kesadaran sosial: Murid dapat bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab: Murid dapat membuat keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan bersama.


Penjelasan:
Kegiatan ini memberikan kesempatan pada murid untuk memimpin dan mengelola sebuah kegiatan. Hal ini dapat membantu murid untuk menyadari kemampuan dan keterampilannya. Selain itu, kegiatan ini juga dapat membantu murid untuk bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.


Secara umum, kegiatan-kegiatan tersebut dapat mengembangkan kompetensi sosial emosional murid, yaitu:
Kesadaran diri: Kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi, pikiran, nilai, dan kekuatan diri sendiri.
Kesadaran sosial: Kemampuan untuk memahami dan menghargai perspektif orang lain.
Keterampilan berelasi: Kemampuan untuk membangun dan memelihara hubungan yang positif dengan orang lain.
Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab: Kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dan bijaksana, serta bertanggung jawab atas konsekuensinya.


C. Kesadaran Penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional
7 Hal Penting dalam Materi Tentang Kemampuan Memperhatikan dan Kesadaran Penuh
Kemampuan memperhatikan adalah keterampilan fundamental yang memengaruhi semua aspek pembelajaran dan pembinaan diri. Materi ini mengupas betapa pentingnya perhatian dalam konteks Pembelajaran Sosial dan Emosional (SEL). Inilah 7 hal penting yang bisa Anda pahami dari materi ini:


Perhatian, Keterampilan Utama dalam Pembelajaran: Materi ini membuka dengan menjelaskan bahwa perhatian adalah dasar penting yang memengaruhi seluruh aspek pembelajaran. Sayangnya, perhatian ini sering diabaikan dalam pendidikan.
Goleman dan Kebutuhan Anak-Anak: Daniel Goleman, seorang pakar dalam SEL, menyadari kebutuhan dasar anak-anak untuk mengelola diri mereka dan meningkatkan pembelajaran. Ia memandang pelatihan perhatian sebagai langkah penting dalam SEL.

Mengelola Emosi dengan Kesadaran Penuh: Mengelola emosi adalah kunci dalam menghadapi tekanan sehari-hari. Materi ini menggambarkan bagaimana perasaan tidak nyaman, seperti frustasi dan marah, dapat memengaruhi kita, dan kesadaran penuh membantu kita memahaminya.


Pikiran yang Sibuk: Sebuah data mengejutkan mengungkap bahwa seorang dewasa memiliki 6000 pikiran setiap hari! Ini menunjukkan seberapa sibuk pikiran kita. Pikiran yang melayang ke masa depan atau masa lalu seringkali menimbulkan kekhawatiran dan penyesalan.


Peran Kesadaran Penuh: Materi ini menjelaskan bahwa praktik kesadaran penuh membantu kita tetap fokus pada saat sekarang dan merespons masalah yang dihadapi dengan baik. Ini membantu kita berhenti memikirkan masa depan yang belum terjadi atau masa lalu yang sudah berlalu.


Mengenal Kesadaran Penuh: Kesadaran penuh adalah kesadaran yang muncul saat kita dengan sengaja memberikan perhatian pada saat ini. Ini menghilangkan penilaian dan penghakiman dan memungkinkan kita melihat hal-hal dengan rasa ingin tahu dan kebaikan alami.


Bagaimana Berlatih Kesadaran Penuh: Materi ini menjelaskan bahwa praktik kesadaran penuh dapat membantu mengelola emosi, memahami orang lain, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. Hal ini juga bisa digunakan sebagai dasar untuk memperkuat kompetensi sosial emosional.


Jadi, kemampuan memperhatikan dan kesadaran penuh bukan hanya keterampilan sepele, melainkan kunci untuk meningkatkan pembelajaran dan mengelola emosi. Dengan latihan, kita dapat menjadi lebih baik dalam merespons dunia di sekitar kita dan menjalani hidup dengan lebih baik.


D. Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional: Kolaborasi untuk Kesejahteraan Murid
Dalam upaya menerapkan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE), kolaborasi antara kelas, sekolah, keluarga, dan komunitas menjadi kunci. Berikut indikator penting dalam implementasi PSE:


Di Kelas:


Pengajaran Eksplisit: Murid diberikan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi sosial dan emosional sesuai dengan budaya.
Integrasi dalam Pembelajaran Akademik: Tujuan PSE diintegrasikan dalam materi akademik dan aktivitas lainnya.
Pelibatan Murid: Semua warga sekolah menghormati perspektif murid, melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan.


Di Sekolah:


Iklim KSE yang Mendukung: Lingkungan belajar mendukung pengembangan kompetensi sosial dan emosional, bersifat responsif budaya dan fokus pada membangun hubungan dan komunitas.

Penguatan PSE untuk Pendidik: Pendidik berkembang dalam kompetensi sosial, emosional, dan budaya, berkolaborasi, dan memelihara komunitas yang kuat.

Kebijakan Pendisiplinan yang Jelas: Kebijakan disiplin adil, sesuai perkembangan anak, dan mendukung pendekatan restoratif.
Dukungan Terintegrasi Berkelanjutan: PSE terintegrasi dengan dukungan akademik dan perilaku, memastikan semua kebutuhan murid terpenuhi.


Keluarga & Komunitas:
Pelibatan Keluarga: Keluarga dan sekolah bekerja sama untuk mendukung perkembangan sosial, emosional, dan akademik murid.
Kemitraan dengan Komunitas: Pendidik, tenaga kependidikan, dan mitra masyarakat bersinergi dalam upaya PSE, termasuk kegiatan di luar sekolah.


Sistem Peningkatan Berkelanjutan: Data dan artefak digunakan untuk memantau kemajuan, memperbaiki praktik, dan kebijakan terkait PSE.
Penerapan PSE melibatkan kerja sama dalam tiga lingkungan: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan kolaborasi, pendidikan berkualitas dan kesejahteraan murid dapat terwujud, mengikuti prinsip pendidikan Tri Sentra oleh Ki Hajar Dewantara.


D.1. Pengajaran Eksplisit


Penerapan PSE melalui pengajaran eksplisit memastikan konsistensi dalam pengembangan kompetensi sosial dan emosional murid dengan menghargai keragaman budaya. Pengajaran eksplisit KSE dapat dilakukan melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler serta proyek sekolah rutin. Pendidik dapat mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara langsung melalui berbagai cara.


Refleksi D.1a. Kesadaran diri


Dulu, saya berpikir bahwa mengajar kesadaran diri dalam pembelajaran sosial dan emosional (KSE) akan rumit dan memakan banyak waktu dalam perencanaan. Tapi, setelah memeriksa RPP ini, saya menyadari bahwa pengajaran eksplisit KSE dapat diintegrasikan dengan mudah dalam aktivitas sehari-hari di kelas. Saya sangat terkesan dengan bagaimana RPP ini menggabungkan kesadaran diri ke dalam mata pelajaran yang ada, seperti bahasa Indonesia, sehingga siswa dapat memahami dan mengembangkan kompetensi kesadaran diri sejalan dengan kurikulum yang ada.


Saya memiliki ide baru untuk mengajar: saya akan mengintegrasikan konsep kesadaran diri ke dalam mata pelajaran saya, memungkinkan siswa untuk lebih memahami diri mereka sendiri, emosi, dan cara mereka merespons situasi sehari-hari. Saya akan merancang rencana pembelajaran yang lebih eksplisit dalam mengajarkan kesadaran diri, sebagaimana yang ditunjukkan dalam RPP ini, untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan mereka di bidang ini.


Refleksi D.1b - Manajemen Diri:


Pada awalnya, saya menganggap pengajaran manajemen diri dalam Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) akan menjadi tugas yang rumit. Namun, setelah memeriksa RPP ini, saya menyadari bahwa pengajaran eksplisit manajemen diri dapat dilakukan dengan pendekatan yang terstruktur dan dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran yang ada.


Saya sangat terkesan dengan cara RPP ini mengintegrasikan manajemen diri ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia, memberikan siswa peluang untuk memahami dan mengembangkan kemampuan mengatur diri mereka dalam situasi sehari-hari. Ini memungkinkan siswa belajar bagaimana mengelola waktu, emosi, dan tindakan mereka dengan lebih baik.


Sebagai ide pembelajaran baru yang akan saya terapkan, saya akan mencoba mengintegrasikan manajemen diri ke dalam mata pelajaran saya, sebagaimana yang ditunjukkan dalam RPP ini. Saya akan mencari cara kreatif untuk mengajarkan siswa tentang bagaimana mengatur diri mereka dalam konteks pembelajaran. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari dan mencapai tujuan akademik mereka.


Refleksi D.1c - Kesadaran Sosial:


Saya awalnya berpikir pengajaran kesadaran sosial dalam Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) mungkin akan rumit diintegrasikan dalam pembelajaran. Namun, setelah meninjau RPP ini, saya menyadari bahwa kesadaran sosial dapat diajarkan dengan cara eksplisit melalui pendekatan yang terstruktur.


Saya terkesan dengan bagaimana RPP ini mengintegrasikan kesadaran sosial dalam konteks pelajaran bahasa Indonesia, memberi siswa kesempatan untuk memahami dan mengembangkan kemampuan mereka dalam memahami perasaan dan sudut pandang orang lain.


Sebagai ide pembelajaran baru, saya akan mencoba mengintegrasikan kesadaran sosial ke dalam mata pelajaran saya, sebagaimana yang ditunjukkan dalam RPP ini. Saya akan mencari cara-cara untuk mengajarkan siswa bagaimana mereka dapat lebih peduli terhadap perasaan dan pengalaman orang lain dalam konteks pembelajaran. Ini akan membantu mereka menjadi individu yang lebih empati dan sosial.


Refleksi D.1d. Keterampilan Berelasi


Awalnya, saya berpikir bahwa keterampilan berelasi hanya berkaitan dengan kemampuan membangun hubungan positif dengan orang lain. Namun, setelah melihat RPP ini, saya menyadari bahwa keterampilan berelasi mencakup pemahaman dan penghargaan terhadap perspektif orang lain. Ini adalah kemampuan kompleks yang penting.


Sebagai ide pembelajaran baru, saya akan menerapkan permainan peran. Ini dapat membantu siswa memahami perspektif orang lain dengan lebih baik. Melalui permainan peran, siswa dapat belajar untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Contohnya, "Aku dan Dia" dan "Perspektif" adalah permainan peran yang dapat membantu siswa memahami perspektif dan berkomunikasi secara efektif.


Refleksi D.1e. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab:


Awalnya, saya berpikir pengambilan keputusan yang bertanggung jawab hanya tentang membuat keputusan yang tepat dan bijaksana. Namun, RPP ini mengungkapkan bahwa hal tersebut juga melibatkan pemahaman konsekuensi dari keputusan yang diambil. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah keterampilan kompleks yang penting.


Ide pembelajaran baru yang akan saya terapkan adalah menggunakan simulasi. Simulasi dapat membantu murid memahami konsekuensi dari keputusan yang mereka ambil. Dalam simulasi, murid akan membuat keputusan dalam situasi realistis dan melihat dampaknya. Contoh simulasi termasuk "Simulasi Bisnis" dan "Simulasi Hubungan."


Penting untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk berlatih membuat keputusan, memahami konsekuensinya, dan berpikir kritis serta kreatif dalam proses pengambilan keputusan. Ini akan membantu mereka mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.


D.2. Integrasi dalam Praktek Mengajar Guru dan Kurikulum Akademik


Dalam rangka mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, tujuan KSE harus diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, seni, musik, dan pendidikan jasmani. Contoh RPP untuk TK - SMP memberikan panduan untuk mengintegrasikan KSE dalam tiga fase pembelajaran: pembukaan hangat, kegiatan inti yang melibatkan, dan penutupan optimistik. Dengan metode ini, guru dapat memfasilitasi perkembangan KSE murid melalui pendekatan yang terstruktur dalam proses belajar-mengajar.


Refleksi D.2


Sebelumnya, saya berpikir bahwa pembelajaran sosial emosional hanya terbatas pada kelas khusus atau aktivitas ekstrakurikuler. Namun, RPP TK - SMP mengungkapkan bahwa pembelajaran sosial emosional dapat diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran dan kegiatan sekolah.


Ternyata, pembelajaran sosial emosional adalah elemen penting dalam pendidikan. Keterampilan ini mendukung kesuksesan dalam belajar, interaksi sosial, dan kehidupan sehari-hari.


Sebagai ide pembelajaran baru, saya akan menerapkan pembelajaran berbasis proyek. Metode ini membantu murid mengembangkan keterampilan sosial emosional dengan cara yang menyenangkan. Misalnya, proyek "Membangun Komunitas" memungkinkan kolaborasi tim dalam menetapkan aturan dan tujuan bersama.


Refleksi ini juga menyoroti pentingnya relevansi, umpan balik positif, dan keterlibatan orang tua dalam pembelajaran sosial emosional.


D.3. Menciptakan Iklim Kelas dan Budaya Sekolah


Sebelumnya, saya berpikir bahwa menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah yang positif adalah tanggung jawab utama guru. Namun, video tersebut mengingatkan bahwa semua pihak, termasuk guru, murid, orang tua, dan komunitas, bertanggung jawab untuk menciptakan iklim yang positif.


Ternyata, kolaborasi dari semua pihak adalah kunci dalam menciptakan iklim yang positif di sekolah. Guru harus menciptakan lingkungan kelas yang aman dan nyaman, sambil mengajarkan keterampilan sosial emosional. Murid perlu saling menghormati dan berpartisipasi aktif. Orang tua mendukung pembelajaran sosial emosional, dan komunitas mendukung sekolah.
Sebagai ide baru, saya akan menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan keterampilan sosial emosional. Proyek "Membangun Komunitas" dan "Menyelesaikan Konflik" adalah contohnya.


Saya ingin mempelajari lebih lanjut tentang membangun hubungan positif dengan murid, menciptakan lingkungan yang aman, dan mengajarkan keterampilan sosial emosional penting untuk menjadi guru yang efektif.


D.4. Penguatan Kompetensi Sosial dan Emosional Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) di Sekolah


Pentingnya penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah adalah tidak terbantahkan. Mereka adalah teladan dan berinteraksi dengan murid, keluarga, dan komunitas. Langkah-langkah yang dapat diambil termasuk memodelkan kompetensi sosial emosional, belajar dan merefleksikan diri, serta berkolaborasi dalam komunitas pembelajaran profesional. Hal ini selaras dengan Standar Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, dan Sosial Guru, membantu guru menjadi pribadi yang mantap dan arif.


Refleksi D.4a


Penguatan KSE diri dalam pembelajaran sosial emosional yang akan saya pilih adalah melibatkan diri untuk berpartisipasi dalam pelatihan atau workshop. Alasan saya memilih ini adalah untuk mendalami pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajaran sosial emosional. Langkah ini akan memungkinkan saya belajar dari ahli, berkolaborasi, dan menerapkan pembelajaran sosial emosional secara lebih efektif. Saya juga berencana membaca buku, menonton video, berdiskusi, dan mencoba berbagai metode pembelajaran sosial emosional untuk memperkuat KSE saya. Dengan ini, saya dapat menjadi guru yang lebih efektif dalam mengembangkan keterampilan sosial emosional murid.


Refleksi D.4b


Penguatan KSE rekan sejawat dalam pembelajaran sosial emosional melibatkan kegiatan berbagi praktik baik. Saya memilih ini karena itu adalah cara efektif untuk meningkatkan KSE rekan sejawat. Berbagi praktik baik memungkinkan rekan sejawat belajar dari pengalaman satu sama lain dan dapat membantu mereka menerapkan pembelajaran sosial emosional secara lebih komprehensif di kelas. Saya juga berencana untuk melakukan pelatihan bersama, membentuk komunitas belajar, dan menyediakan sumber daya pembelajaran sebagai langkah lain untuk memperkuat KSE rekan sejawat. Ini akan membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial emosional murid dengan lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun