Nah, ada salah satu cara yang halus. Cara ini sangat berbahaya, yaitu mengirimkan hal tak kasat mata ke rumah kita. Akibatnya, kita akan mudah mengalami stres, pusing, dan cepat emosi. So, berbaik-baiklah dalam bersosialisasi.
d. Ulah datang ka Baduy Jero dina bulan Kawalu, bisi balikna gering. Artinya jangan berkunjung ke Baduy Dalam pada bulan Kawalu, akibatnya Anda akan sakit.Â
Kompasianer mungkin sudah tahu bahwa masyarakat Baduy memiliki tradisi yang bernama upacara Kawalu. Yakni upacara adat Suku Baduy yang dilangsungkan sebelum upacara seba.Â
Hal ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur masyarakat kepada Sang Maha Kuasa atas anugerah alam yang telah diberikan. Bulan Kawalu dalam tradisi masyarakat Baduy adalah waktunya melaksanakan penyucian diri.Â
Bulan Kawalu disebut juga bulan suci masyarakat Baduy. Dalam bulan Kawalu masyarakat Baduy akan melaksanakan puasa selama tiga bulan dalam satu tahun sesuai dengan penanggalan Suku Baduy. Tradisi ini selalu dilaksanakan pada bulan kasa, karo, dan katiga.Â
Menurut penanggalan Masehi, bulan Kawalu 2021 jatuh pada 13 Februari hingga 14 Mei. Nah, menurut kapamalian, dalam bulan-bulan tersebut Anda dilarang berkunjung ke Baduy Jero (Cibo, Cikertawana dan Cikeusik). Karena, mereka sedang melaksanakan puasa.Â
Masuk akal memang, jika Anda memaksakan diri berkunjung ke sana. Ketika pulang ke rumah, lalu jatuh sakit. Sebab, selama di sana Anda akan kesulitan mendapatkan asupan makanan. Alatan semua masyarakat Baduy sedang puasa. Kecuali, jika Anda juga ikut puasa seperti mereka.
Penerapan 'kapamalian' di masyarakat Sunda masa kini
Menurut pandangan saya, ada beberapa 'kapamalian' yang masih relevan dengan kondisi masyarakat Sunda masa kini. Kapamalian tersebut bisa diterapkan dalam kehidupan kita saat sekarang. Karena, ternyata mengandung manfaat yang besar bagi kelanjutan hidup generasi di masa yang akan datang.Â
Ungkapan kapamalian tersebut logis dan dapat dijelaskan secara ilmiah. Terbukti, beberapa kapamalian di atas dapat diterima secara akal sehat. Serta sesuai dengan keilmuan, artinya tidak ngawang-ngawang. Ada keterhubungan antara fakta-fakta medis dan agama serta budaya.
Tentu saja, sebagai masyarakat Sunda, Kompasianer harus memilih dan memilah. Mana kapamalian yang masih dapat dipakai dan disosialisasikan. Mana yang tidak lagi sesuai dengan kodrat jaman.Â
Tugas saya sebagai orang Sunda adalah mewariskan kearifan lokal peninggalan 'karuhun' tersebut kepada generasi masyarakat Sunda masa kini. Hurip Sunda! Tanjeur Jaya di Buana.(*)