Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Petualangan Seru Seram Mencekam Menuju Lokasi Camper Van Jamus, Ngawi

4 September 2024   21:16 Diperbarui: 5 September 2024   15:19 1819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Palang batas yang justru membingungkan (dokpri)

"Nggak ada. Dekat kok,Pak. Setelah naik, itu belok sedikit, terus di turunan sudah sampai di masjid!"

Suamiku terdiam. Mengukur kekuatan mobil sampai ke atas dengan kemiringan di atas 45 derajad.

"Kalau tempat kemah masih jauh, Bu?"

"Itu naik, terus saja ikuti jalan. Sampai di palang, masih terus. Pokoknya paling atas sampai aspal terakhir!"

Wajah suamiku memucat, dan seperti biasanya menyalahkan aku.

"Ini gara-gara menuruti kamu!" Katanya marah setengah putus asa. Aku hanya melongo, dan nyaris ikut terbawa emosi. Menuruti apa dan yang mana? Bisikku dalam hati. 

Tapi aku diam saja, dan ikut masuk ke mobil untuk melanjutkan perjalanan meski sambil was-was. Sepertinya diam dan berdoa adalah langkah paling bijak bagiku.

Alhamdulillah tanjakan bisa dilalui dengan mulus, tapi masjid yang kami cari tidak kelihatan. Jalan mulai sepi dan gelap seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan, sementara kami sama sekali tidak paham medan dan tidak tahu tujuan yang tepat. Bulu kuduk mulai meremang.

Mobil melaju pelan. Akhirnya sampai di palang yang sepertinya portal masuk ke suatu wilayah. Karena cuma terbuka separuh, suamiku mengarahkan mobil berbelok ke tempat yang cukup lapang, tapi suasana sangat sepi. Sepi sekali tidak ada yang bisa ditanyai.

 Sementara suara panduan google maps yang menyuruh berbelok membuat kami semakin panik. Dalam gelap, susah membedakan antara jalan atau tanah kosong, bahkan jurang.

Di depan ada lampu-lampu hias mirip perkampungan. Tapi sepi sekali, nyaris tidak ada suara manusia. Seperti perkampungan mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun