Tapi saat sampai lapangan, ternyata lapangan kosong, tidak ada tanda-tanda acara camper Van. Sedikit paranoid, jangan-jangan salah jadual atau tidak ada peserta yang datang.
Mobil terus melaju, sampai suara azan bergema, tapi tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan keramaian atau suasana perkemahan. Sedikit ragu untuk terus atau berbalik, sementara lapangan Jamus sudah terlewati.
Sampai di tikungan yang menanjak dan melingkar, suamiku menghentikan mobil, dan aku keluar. Hidungku yang sensitif mencium bau kamvas rem. Membuatku panik, sebab rute masih menikung dan menanjak.
Suamiku membuka kap mobil dan mendinginkan mesin. Sementara aku kembali membuka google maps. Kali ini kutemukan camping ground di dekat mata air sumber Lanang, di lokasi kebun teh. Tapi masih sekitar 8 km. Dan waktu tempuh 45 menit. Aku lupa kalau saat itu sedang berhenti, kemungkinan 45 menit adalah waktu tempuh dengan jalan kaki.Â
Nggak mungkin kan 8 km ditempuh dalam waktu 45 menit dengan mobil. Kecuali kecepatan nya sekitar 10 km/jam.
Tapi saat itu pikiran ku mulai terganggu dan kehilangan akal sehat, jadi menelan mentah-mentah informasi dari google. Malah sempat terpikir kalau medannya berat. Agak ngeri juga sebenarnya.
Melirik ke atas jalan naik cukup ekstrim, waktu tempuh masih sekitar 1 jam, hari mulai gelap, dan tidak terlihat ada masjid. Bau kamvas rem, tambah tidak paham Medan dan suasana sangat sepi. Tentunya karena waktu Maghrib tiba, jadi tidak ada orang atau kendaraan melintas.
"Kita shalat dulu saja sambil menunggu mesinnya dingin!" Kata suamiku.
"Bu, masjidnya sebelah mana?" Tanya suamiku pada seorang ibu yang kebetulan keluar dari sebuah rumah di tepi jalan tempat kita berhenti.
"Di atas, Pak!" Jawabnya.Â
"Kalau yang di bawah dekat-dekat sini nggak ada, Bu?"