Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Patah Hati Jangan Gelap Mata, nDro!

20 Mei 2024   06:09 Diperbarui: 20 Mei 2024   06:25 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Wuk, dicari tuh!" Gepeng, anak seni rupa yang berambut gondrong dan berkaca mata minus memanggil Retna. Di lokasi KKN ini Gepeng memang memanggil Retna, Si Wuk. Sementara Gepeng sendiri nama aslinya Indro.

Retna, gadis manis anak ekonomi yang berasal dari Ngayogyakarta Hadiningrat ini bergegas menemui tamunya.

"Hai, sudah lama Mas?"  Tanya Retna dengan suaranya yang lembut.

"Baru saja,kok!" Kata Mas Adam sambil tersenyum simpatik.

"Kubuatin minum dulu, ya Mas!" 

"Enggak usah, Dek! Nanti kita minum di luar saja. Sekalian nanti kita Kebaktian sama-sama!"

"Baiklah, Aku ganti baju dulu ya, Mas!" Si Wuk bergegas ke kamar.

Brak!!!

Aku, Vonny dan Erna terhentak kaget,  terantuk pintu saat Retna tergesa-gesa membuka pintu kamar kami, karena asyik mengintip. Eh, hihihi...norak ya!

Kami sedang melaksanakan KKN bertujuh. Empat perempuan dan tiga laki-laki. Kamar kami berada di ruang tamu yang luas. Untuk perempuan di sebelah timur, kamar laki-laki di sebelah barat. Di tengahnya ruang tamu yang luas. Rumah Pak Lurah terbuat dari kayu jati dan sangat luas.

Meski satu rumah, dan kamar kami laki-laki dan perempuan hanya dipisahkan oleh ruang tamu, kami berkomitmen untuk tidak saling memasuki kamar yang bukan haknya. Jika ingin bertemu, kita tinggal teriak dari luar kamar, dan yang dipanggil akan datang.

Koordinasi dan menyusun program kerja kami lakukan di ruang tamu.

Kami keluar kamar saat Si Wuk berganti baju dan berdandan rapi. Maklum, di samping kencan juga mau kebaktian. Di antara kami bertujuh, hanya Si Wuk yang merupakan umat kristiani, jadi kami ijinkan Si Wuk dijemput teman laki-lakinya untuk kebaktian.

Tak lama, Si Wuk dan Mas Adam pergi bersama setelah berpamitan pada kami. Sebagai tim KKN kita tidak bisa meninggalkan desa seenaknya tanpa alasan yang diperbolehkan.

"Itu tadi pacar Si Wuk?" Tanya Kaka, Koordinator KKN desa Kami. Anak FKIP Bahasa Indonesia ini memang sudah sejak awal pembekalan KKN, naksir Si Wuk.

 Cinlok saat KKN itu sudah jadi cerita lumrah. Jadi kami tidak memandang aneh saat di antara teman satu tim ada yang terjebak cinlok. Sayangnya ini cinlok yang bertepuk sebelah tangan.

Kami berpandangan. Sebenarnya, di antara kami bertujuh, Kaka lah yang paling luwes bergaul dengan orang tua termasuk yang paling paham unggah unggah. Sebagai anak asli Solo, dan tinggal di desa, tentunya dia lebih paham dibanding kami yang datang  dari luar daerah. Maka kita pilih jadi koordinator Desa.

 Biar lancar saat berembug atau bahkan sekedar bincang-bincang dengan para perangkat dan  sesepuh desa menggunakan basa krama. Tapi soal asmara, sepertinya dia agak naif dan kekanak-kanakan.

"Sepertinya bukan. Cuma kakak tingkat dan teman di persekutuan gereja!" Vonny menjawab.

"Mungkin salah satu fans saja," kataku ikut menjawab. Si Wuk memang punya banyak fans yang bergantian menjenguk saat KKN. 

"Sainganmu tuh, Ka!" Gepeng manas-manasin. Kaka hanya tersenyum kecut, tapi terlihat kalau tak bisa menahan cemburu.

"Nanti kalau terjadi apa-apa sama Si Wuk, gimana?" Kaka terlihat tak nyaman. 

"Enggak lah!" Kalau sama-sama suka kan nggak bakalan dijahatin!" Nonot yang biasa diam malah semakin ngomporin Kaka.

Kaka terlihat semakin meradang dan mengkhawatirkan. Anak itu memang naif. Seringkali malah jadi bulan-bulanan meski jadi koordinator Desa.

#####

"Ka!...Kaka!" Gepeng berteriak memanggil Kaka, tapi tak ada sahutan.

Aku, Erna dan Vonny keluar kamar.

"Ada, apa, Peng?" Ngagetin orang tidur siang saja.

"Kaka nggak ada. Tadi kami bertiga tidur siang, tapi bangun-bangun Kaka nggak ada!"

"Gawat!" Jangan-jangan Kaka membuntuti Si Wuk."

"Bagaimana kalau Kaka patah hati terus nyebur kali?" Tanyaku khawatir. Di sekitar lokasi kami KKN memang banyak Sungai besar beraliran deras. Eh, kok malah aku jadi ikutan naif ya. Apa mungkin Kaka sekonyol itu. Bisa jadi kasus, nanti.

Kami berlima bingung mau mencari Kaka ke mana. Apakah perlu melaporkan hal ini pada Pak Lurah? Atau justru harus dirahasiakan sebelum kami bisa menyelesaikan masalah ini.

Tiba-tiba azan asar terdengar, sehingga kami memutuskan untuk menjalankan shalat dulu. Semoga ada jalan keluar setelah nya.

Tak lama Si Wuk pulang bersama Mas Adam. Tapi kami berusaha bersikap biasa saja, biar Si Wuk tidak panik. Berarti aman, paling tidak apa yang kami khawatirkan tidak terjadi, seperti Kaka membuntuti Si Wuk dan mengajak Mas Adam duel atau hal-hal lain yang tak wajar.  Eh...

Tak lama Mas Adam pamit. Dia membelikan oleh-oleh buat kami sebuah semangka berukuran besar buat kami semua. Tapi untuk membukanya, kami menunggu Kaka dulu.

Sampai Maghrib hampir habis waktunya, Kaka belum juga pulang. Kami berkumpul di ruang tamu untuk mencari solusi. Apakah kita cari dulu, atau lapor Pak Lurah. Atau lapor polisi sekalian.

"Assalamualaikum..!"

Tiba-tiba Kaka muncul dengan wajah kusut.

"Kaka, kamu ke mana saja. Kok tidak pamit? Kami semua sampai bingung mencarimu."

" Ngapain, pulang?" Gepeng yang suka usil malah mengeluarkan kata tak simpatik karena berang, Kaka pergi tanpa pamit.

"Maaf, tadi semua sedang tidur nyenyak. Aku ditelepon Pak Carik, diajak diskusi acara safari ramadan," jawab Kaka yang terlihat capek.

"Si Wuk sudah pulang?" Tanya Kaka menyelidik karena Si Wuk tidak dilihat nya.

"Sudah, lagi mandi. Keramas mungkin dari tadi nggak keluar - keluar kamar mandi.

Kaka langsung menuju kamar mandi melewati meja dapur. Matanya menangkap onggokan semangka di meja dapur.

"Siapa yang beli semangka?" Tanya Kaka.

"Anu.... oleh-oleh Mas Adam," jawab Erna polos. Tak sadar itu memancing emosi dan amarah Kaka, yang kembali dikuasai rasa cemburu yang hebat. Anak ini bahaya kalau sudah mata gelap. Bisa bertindak apa saja tanpa memperhitungkan keselamatan diri dan teman-temannya.

"Brakkk!!!! Kaka menggebrak meja dapur.

"Kamu gila, ya!" Gepeng langsung merangkul Kaka. Takut bertindak yang lebih berbahaya. Tapi kekuatan seseorang saat marah sungguh besar. Kaka melepaskan diri dan mendengus marah sambil pergi.

#####

"Mbak, Mas Kaka pinjam belati buat apa?"

Mbak Nur, putri sulung Pak Lurah bertanya padaku dengan nada was-was.

"Maksud Mbak Nur?" Tanyaku kaget.

"Itu barusan Mas Kaka pinjam belati. Malah pinjam wungkal juga. Itu lagi diasah, belatinya. Surup-surup kok mainan belati!" Mbak Nur terlihat ngeri.

"Peng, itu Kaka kenapa. Kata Mbak Nur barusan pinjam belati!" Aku panggil Gepeng. Meski semau gue, anak seni rupa itu sebenarnya paling dewasa dan berpengalaman untuk hal-hal yang tak biasa.

"Gila, lu nDro. Eh, Ka!" Di mana sekarang anak itu?" Gepeng ikut panik. Pertanda ini sudah masuk kategori gawat.

Tepat saat itu Kaka masuk dari pintu dapur sambil membawa belati terhunus, berkilat-kilat tajam ditimpa cahaya senja.

Kami semua terdiam. Kaka masuk dengan wajah tegang. Sorot matanya tajam. Gepeng berusaha menghalangi jalan, tapi Si Wuk yang sudah selesai mandi menarik tangan Gepeng agar tidak menghalangi Kaka.

"Jangan gegabah, bisiknya lembut. Sementara aku melapor ke Pak Lurah, takut terjadi hal yang tidak diinginkan.

Kaka terus melangkah sambil memandang teman-temannya yang juga menatapnya penuh was-was.

Erna yang terduduk di meja dapur hanya terpaku. Tak sempat beranjak. Kakinya gemetar, sementara Kaka mendatanginya sambil membawa belati yang siap diayun.

"Crassss!!!

"Awww....!!!

Kami semua menjerit tertahan, sementara Pak Lurah datang terlambat. Di meja, cairan merah mengotori meja dapur.

"Crasss!!! Crasss!!! Crasss!!!

Dan semangka itu sudah menjadi potongan kecil-kecil. Sementara airnya yang berwarna merah membasahi meja.....

PS:

Vonny,Si Wuk, Erna, Indro, Kasino, Rasno how are you? Semoga kalian sudah jadi orang sukses semua. Sweet, bitter, sour, salty, memory KKN UNS @desa Pondok, Nguter, Sukoharjo 1995.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun