Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Noktah Dosa di Ujung Senja

7 Februari 2024   08:41 Diperbarui: 8 Maret 2024   15:57 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Noktah dosa di  ujung  senja (dokpri)

Zahra masih berbaring bermalas-malasan, sementara ayah sedang asyik chat. Katanya sedang mengirim bukti transfer pada panitia lomba.

Wajah ayah terlihat serius. 

Suara adzan ashar bergema.

"Ayah, sudah adzan ashar tuh, nggak ke masjid?" Zahra mengingat kan ayah yang masih tak beranjak.

"Iya, sebentar!" Lagi ngirim bukti transfer buat panitia lomba" balas ayah.

"Lomba kok bayar?" 

"Eh, bukan lomba. Tapi webinar!" Balas ayah terbata.

Zahra segera gegas ke belakang untuk mengambil air wudhu.

####

Ayah, terlihat capek. Sepulang dari masjid langsung tidur.

Dengkurnya pelan. Mungkin pekerjaan membuat nya lelah.

Tiba-tiba telepon ayah berdering. Zahra tak tega membangunkan ayah di sampingnya.

Diangkatnya telpon dari aplikasi WA. Tertulis Ainy Batuk. Nama yang aneh. Apakah Ainy sedang sakit batuk? Apakah batuk terus sehingga dinamai begitu?

Zahra mengangkat telepon.

"Assalamualaikum...!" Terdengar suara perempuan.

"Wa'alaikumsalam...!" Zahra menjawab telepon. Tapi telepon langsung dimatikan.

Zahra melongo. Siapa ini? Salah satu perempuan yang sedang dirayu ayahkah?

Semoga tidak terjadi hubungan berbahaya di antara mereka.

Terlihat chat WA ayah dengan akun WA yang dinamai ayah Ainy Batuk.

Zahra bimbang. Antara membiarkan atau membaca pesannya.

Ingin membangunkan Ayah, kasihan tidurnya pulas dan terlihat capek.

Lansia seperti ayah, memang harus istirahat dan lebih banyak beribadah, mendekatkan diri pada Allah.

Ayah tidak bisa dicegah, kalau tidur sampai malam. Entah apa yang membuatnya betah berjam-jam di depan laptop dan memainkan gawai.

"Adik, Kakak kangen kamu, Dik!"

Zahra terkesiap membaca sekilas pesan WA ayah usai telepon  dimatikan.

Dengan siapa ayah kangen-kangenan? Apakah dengan temannya sesama lansia seperti biasanya? Mantan teman kuliah? Atau teman kerja?

Siapa Ainy Batuk, kekasih gelap ayah? Mantan murid pecinta alam yang biasa bergaul bebas saat naik gunung ?

" Hatiku hanya untukmu seorang, dari dulu sampai sekarang,Dik!"

"Iya Kakak, Adik kan adminnya hatimu!"

"Adik tenang kalau naik gunung sama kakak!"

Kemudian emoticon tertawa bersama.

Ya Allah. Zahra berasa membaca roman jadul yang berisi dialog cinta 2 orang anak manusia.

" Kamu ke mana sih Dik,  lama tidak ngechat. Aku sendirian nih. Kangen, cuma bisa memandang dan menciumi foto mu..!"

"Suamiku di rumah, Kak. Aku nggak berani!"

"Besok kalau suami tugas luar, Ana chat Kakak. Adik juga ingin selalu bersama kakak. Sampai kaya ngidam nih. Afwan ya,Kak!"

"HPku juga qadarullah tidak ada pulsa, Kak."

"Oke, nih kukirim paket buat sebulan biar tidak kehabisan. Ganti Nomor baru,ya.!"Balas ayah.

"Ku transfer buat jajan anak juga, ya!"

"Cium jauh dulu ya, Dik!" Nanti ku telepon. Aku lagi sibuk di lab nih!"

Astaghfirullah...Zahra mengelus dada. Jantungnya hampir copot.

Jadi bilangnya transfer biaya lomba ternyata mentransfer uang buat Ainy batuk, yang dibilangnya panitia lomba?

Jadi alasan ayah lama-lama di lab hanya agar bebas menelepon dan ngechat Ainy Batuk?

Tidur sampai jauh malam hanya untuk asyik-asyikan chat mesum ?

Padahal Ainy  perempuan bersuami yang suaminya bekerja keras mencari nafkah dan keluar di jalan Allah, tapi malah dimanfaatkan untuk chat dengan laki-laki lain yang bisa memenuhi syahwatnya?

Apakah Ayah sudah tidak punya hati?

Selama ini Zahra diam saat ayah merayu para perempuan single. Segala rasa tidak nyaman sudah dibuangnya jauh-jauh. Kata Ayah itu sekedar mengikuti pergaulan.

Mesra-mesraan dan genit-genitan dengan sesama teman lansia yang sama-sama keblinger.

Pergaulan macam apa yang diikuti ayah???

Dia tidak bisa memaksa ayah menjauhi perempuan -perempuan yang jumlahnya tak terhitung. Bahkan banyak mantan murid yang dichatnya, ingin mengulang kenangan saat muda, naksir muridnya belum kesampaian. Padahal kini muridnya juga sudah pada punya suami.

Ada yang tetap sopan dan teguh, menghargai mantan gurunya. Sekedar menjawab chat demi kesopanan, dan tetap jadi perempuan terhormat.

Tapi ternyata ada juga  yang tak kalah genit dan kini asyik masyuk dengan ayah. Kata ayah, mereka itu "Genggek", jadi hanya untuk mainan saja. Perempuan yang tidak menjaga kehormatan dan mau melayani laki-laki yang tidak halal baginya. Kalau di sini dinamai Genggek.

Tapi, kenapa chatnya begitu mesra, seolah sangat disayang dan berhubungan layaknya Abege yang lagi jatuh cinta?

Cinta tidak bisa dipaksa. Banyak perempuan kesepian, bahkan sudah bersuami yang masuk dalam pergaulan ayah dan menjadi perempuan gula-gula. Hanya sekedar untuk hiburan, tapi  sangat berbahaya dan mengancam keutuhan rumah tangga.

Apakah ayah puber kedua? Tapi kenapa puber kedua sejak dulu sampai hampir pensiun tidak berhenti? Apakah sebenarnya ayah memang lelaki hidung belang dan mata keranjang?

Atau ayah mengalami gangguan kejiwaan?

Psikopat?

Di mana akhlak ayah yang biasa berpakaian alim dan rajin beribadah? Hanya pencitraan?

Mengapa begitu lapar dan rakus merayu banyak perempuan?

Bahkan yang sudah bersuami. Ini sangat berbahaya. Dosa zina dan menggauli istri orang berlipat-lipat dosanya.

Bahkan kata pak Ustadz, selingkuh akan membawa pada dosa besar yang tak terampuni. Dusta itu pasti, sebab orang yang selingkuh pasti akan bersikeras  berdusta untuk menutupi perselingkuhan nya. 

Selingkuh juga mengingkari janji pernikahan. Dan pasti berkhianat pada pasangan halal nya.

"Aku cuma bisa memandang fotomu nih, Dik. Sendiri dalam sepi tanpa dirimu di sisiku".

"Alhamdulillah, suami ke luar kota sampai Minggu malam, Kak!"Adik mau puas-puasin sama kakak!"

Zahra geleng-geleng kepala.

Rupanya ayah sedang jatuh cinta.

Ah, ayah. Kenapa di usia senja ini tidak memperbanyak ibadah malah mengumbar syahwat?

"Ya, Allah. Sadarkanlah Ayah. Jangan biarkan dia berada dalam kesesatan dan kemaksiatan di usia senjanya. Jangan biarkan dia menghadapi ajal  dalam kesesatan dan su'ul khatimah.

"Bukakanlah hatinya, ya Allah!"

Zahra berlinang air mata. Ketegarannya sebagai perempuan runtuh. Dia benar-benar merasa  tidak mengenal ayah. Laki-laki yang selama ini dianggap nya alim dan taat beribadah ternyata begitu lemah dan mudah terjerumus dalam syahwat wanita yang tak halal baginya. Merayu wanita siapa saja yang mau dirayunya.

Bahkan berzina dengan perempuan bersuami sangat berat hukumannya.

Sungguh Allah sang pembolak balik hati.

Allah yang menaikkan derajat seseorang, dan Allah pula yang akan menghinakannya.

Ting!!!

Pesan WA pribadi masuk di HP Zahra.

Ditaruhnya HP ayah, dan diambil HPnya sendiri.

Prasojo. 

Salah satu temannya di dunia maya yang suka ngechat dan mengajak ngobrol. Tapi Zahra hanya menanggapi sekedarnya.

Terkadang ada yang merayu seperti ayah, tapi Zahra hanya tersenyum. Dia tak pernah menanggapi.

Terkadang memang banyak lelaki hidung belang dan mata keranjang di dunia Maya.

Kalau ada yang kurang ajar, Zahra langsung memblokirnya.

Kalau yang sopan dan mengajak ngobrol biasanya sesekali Zahra tanggapi. 

"Zahra, aku serius!"

Zahra mengerutkan kening. Apa maksudnya?

"Aku juga tidak ingin pacaran!"

"Maksudnya?"

Zahra tak mengerti dengan lelaki ini. Biasanya mereka juga cuma ngobrol biasa.

"Aku mau datang pada ayah untuk melamarmu!"

Zahra langsung melotot 

"Ayah siapa?"

"Ayahmu Zahra. Yang biasa kamu ceritakan!"

"Ayah itu suamiku!!!

Zahra membanting ponselnya ke kasur. Dunia ini betul-betul panggung sandiwara!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun