Aku membersihkan rumah ibu, dan membuat sarapan.
Tapi saat aku berusaha mengiris sayuran, tak sengaja pisau yang kugunakan mengiris jari telunjukku begitu dalam. Darah memancar deras.Â
Ya, Allah. Semoga ini bukan pertanda buruk. Aku berusaha mencari perban di kotak PPPK, tapi tak kutemukan. Sementara darah terus  mengucur.
"Assalamualaikum..!"Â
Beruntung adik dan kakakku menyusul pulang, sementara adik ipar menunggui Ibu di RS.
Kakakku memberikan tensoplast, sehingga jariku bisa kubungkus dan darahnya sedikit terhambat.
Siang, aku dan adikku kembali ke rumah sakit, dan langsung menuju ruang HCU tempat ibu terbaring. Kondisinya belum berubah. Terkadang rekaman di monitor normal dan bagus, terkadang mengkhawatirkan.
Tapi entah kenapa, saat itu aku terbatuk. Batuk yang parah dan tidak berkesudahan.Â
Aku keluar jauh ke lorong rumah sakit di depan taman yang sunyi. Tapi batukku semakin keras tak kunjung reda.
Aku sampai berkeringat dan terengah-engah. Kepalaku  menjadi pusing dan agak limbung.
Beberapa hari ini aku memang batuk. Bahkan saat tidur di lantai ruang tunggu, aku malam-malam tak bisa tidur dan terus batuk.