Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Reinkarnasi

27 Juli 2023   10:21 Diperbarui: 28 Juli 2023   12:47 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reinkarnasi, perjalanan melintasi ruang dan waktu (Dokpri) 

"Istri tak berguna. Aku tidak butuh, istri yang tak patuh! "

Laksmi hanya terdiam. Ada nyeri yang berdenyut di bagian hati terdalam. 

Selalu begitu. Selalu salah. Sebagai orang yang sadar kesehatan jiwa, dia merasa hal seperti ini tak boleh dibiarkan. Tapi apa yang harus dilakukan? 

Padahal dirinya sudah melakukan persis apa yang dikatakan laki-laki itu. Suaminya. Marah-marah yang tak jelas.

 Sebagai orang terpelajar, harusnya lelaki itu sadar kesehatan jiwa. Bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk diri lelaki itu sendiri. 

"Prang!!! Tutup panci yang dilempar dengan kekuatan 100 mbps. Eh.. Bukan. Memangnya internet. 

Meluncur dengan kecepatan 250 km/jam, seperti pukulan smash Taufik Hidayat. 

 Menghunjam keras di lantai yang penuh keropeng. 

Penyok dan penyet teronggok di samping tabung gas 12 kg yang tak pernah terisi.

 Mungkin sebentar lagi harus terpaksa diisi karena gas melon 3 kg sedang langka dan susah didapat. 

Kembali Laksmi tersentak dan terluka atas perlakuan kasar yang diterimanya. 

Dia merasa lebih hina dari budak yang diinjak-injak. 

Sakit!!! 

Luka yang tak kelihatan. 

Luka berdarah yang darahnya kembali membeku tanpa sempat mengalir. 

Meninggalkan gumpalan hitam yang setiap berdenyut sakitnya tak terkira, sampai tak terasa! 

Bahkan air matanya  sudah mampet. Tak ada lagi air mata. 

Air matanya sudah kering, seperti sumber mata air di musim kemarau. Kering kerontang. 

Kesakitan itu telah beku dan membatu. Tidak lagi mampu mengeluarkan aroma dan rasa. Hambar. Kebal. Dan mati rasa. 

"Masakan apa ini? Hambar! Kalau masak di kasih garam! Bisa masak nggak sih kamu? Perempuan macam apa, Kamu? Tidak bisa apa-apa! "

Kemudian sumpah serapah dan makian yang tak layak didengar, berhamburan dari mulut lelaki itu. 

Setiap katanya mengiris-iris gumpalan hati di dada Laksmi. 

Tapi hati yang telah membatu itu hanya luka seperti batu yang penuh goresan. Rojah-rajih, tapi tidak lagi terasa sakitnya. 

Laksmi memunguti piring kotor seperti memunguti serpihan hatinya yang berhamburan. 

Tiba-tiba dirasanya dunia berputar. Kunang-kunang berterbangan. 

Ingin berteriak minta tolong, ia hanya sendiri. Suaminya telah pergi ke kantor. 

Dadanya terasa sakit. Sakiiiittt.... Sekali. 

Laksmi limbung, dan terkapar di lantai dapur. Sendiri dan sepi. Semua gelap, dan lenyap.... 

#####

Laksmi merasa tubuhnya ringan. Seringan kapas. Matanya mengerjap silau. Cahaya terang menyinari tubuhnya yang melayang. 

Di depannya ada 2 lobang besar, yang mempunyai daya hisap. Seolah siap menelannya tanpa ampun. 

Yang satu gelap dan pekat. Begitu gulita. Tak ada yang bisa dilihat, kecuali hanya hitam. Hitam sempurna. 

Tapi terdengar jeritan-jeritan yang memilukan. Bahkan mengerikan. Bersahut-sahutan dan keras seperti geledek. Membuat pekak telinga Laksmi. 

Setiap teriakan seperti palu godam yang menghantam dadanya. Apakah itu neraka? 

Di lobang satunya, seperti pintu kaca tembus pandang. Terlihat pemandangan indah. Sangat indah seperti potret alam yang sudah di filter dengan kamera beresolusi tinggi. 

Gunung yang biru, lembah menghijau.

Danau yang jernih penuh ikan warna warni, yang berenang gembira. 

Pohon buah yang semuanya sedang berbuah. Sungguh menakjubkan! 

Laksmi terkesima. Apakah itu sorga? 

" Keindahan dunia, hanya sebutir debu dari keindahan dan kenyamanan surga! "

Terdengar suara yang seperti datang dari jauh. Tapi terdengar jelas dan mendominasi setiap urat nadi dan aliran darah di tubuh Laksmi. 

Tubuh Laksmi bergetar, ada rasa dingin sekaligus panas yang meremas-remas tubuhnya. 

"Kesengsaraan dunia, hanya sebutir debu dari siksa neraka! "

Suara itu kembali bergema. 

Laksmi merasakan panas luar biasa membasuh tubuhnya. 

"Ya Allah! Apa yang harus kulakukan agar bisa terhindar dari siksaMu, dan mendapat rahmat ampunanMu? "

Laksmi merasa telah berteriak, tapi tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Suaranya seperti melayang di ruang hampa. 

"Nikmatilah takdirmu. Tersenyumlah! Jalani hidupmu, tanpa keluhan. Jangan merasa sedih dan susah. Ikhlaslah! Maka surga dunia telah kau dapatkan! "

Laksmi merasa tubuhnya bergetar. Seperti terhempas.  Dan tiba-tiba dia kembali bisa merasakan suara detak jantungnya. 

Tubuhnya menghangat dan dirasakan dirinya terbaring di lantai dapur.

 Pelan- pelan ia membuka mata. Merengkuh kesadaran yang sempat meninggalkan dirinya. 

Masih tetap sepi, dan sendiri. Tapi kini ia kembali mengenali. Bukan mimpi. 

#####

"Laksmi...! " Laki-laki itu berteriak memanggilnya. 

"Dalem...! " Laksmi menjawab kalem. 

"Mana minumku? " Suara yang mendominasi dan menuntut. Tapi Laksmi menanggapinya dengan ringan tanpa beban. 

"Mau minum apa, Mas? "

"Kopi! Cepat buatkan! Dari tadi ngapain saja? Istri tak tahu diri! "

"Oke! " Laksmi membuat kopi tanpa sakit hati. Semua dikerjakan dengan riang. 

"Manis sekali! " Kamu bisa buat kopi nggak sih? Sengaja biar diabetesku kumat? Lelaki itu melotot marah. Tapi Laksmi hanya meringis. 

"Tak perlu digubris! " Bisik hati Laksmi. 

"Ya, sudah! Itu kopinya buat aku. Ini kubuatkan lagi. Kopinya seberapa? "

"Satu sendok makan! "

"Gulanya? " 

"Satu sendok teh! "

"Sudah? "

"Ya! Ini baru kopi enak! "

Laksmi tersenyum. Ternyata menyelesaikan masalah begitu mudah. 

"Siapkan baju seragam ku! "

"Yang mana? "

"Masak kamu tidak hafal seragam hari ini? "

"Biar nggak salah, kan harus cek dan ricek! "

"Putih hitam! "

"Oke! "

"Apalagi? "

"Mana sarapanku? "

"Mau sarapan apa? "

"Nasgor! "

"Oke, kubuatin! "

Laksmi nyengir. Menuju ke dapur sambil tersenyum. Tidak ada lagi baper dan sakit hati. Hatinya telah tercuci. 

Hidup memang harus dinikmati. Santai saja. Tidak perlu memasukkan sampah-sampah yang tak berguna ke dalam hati. 

Tidak perlu takut menyuarakan hati. Apalagi yang perlu ditakuti, sedangkan  dirinya sudah pernah mati. 

Laksmi merasa telah bereinkarnasi. 

Terlahir kembali meski tetap menjadi diri sendiri. 

Menyaksikan sendiri, bagaimana takdirnya terhubung erat dengan perjalanan tak terduga melintasi ruang dan waktu saat kehilangan kesadaran. 

Sesuatu yang sangat istimewa. Pengalaman rohani yang hanya dimengerti olehnya. 

Yang terpenting, dirinya masih sadar kesehatan jiwa. Sadar pada apa yang dilakukannya. 

Laksmi tersenyum sambil memandang ke atas, pada sesuatu yang abstrak. Tapi bisa dirasakannya. 

Rasa yang hanya bisa dipahaminya.

Kini di hatinya hanya ada senyum.... 

#cerpenbebas

#pulpen

#sayembarapulpen

Reinkarnasi, terhubung erat dengan perjalanan tak terduga melintasi ruang dan waktu(dokpri) 
Reinkarnasi, terhubung erat dengan perjalanan tak terduga melintasi ruang dan waktu(dokpri) 

Isti Yogiswandani. 

Ibu rumah tangga yang hobi memasak dan travelling. Sesekali suka menjahit dan menulis cerpen. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun