Kembali Laksmi tersentak dan terluka atas perlakuan kasar yang diterimanya.Â
Dia merasa lebih hina dari budak yang diinjak-injak.Â
Sakit!!!Â
Luka yang tak kelihatan.Â
Luka berdarah yang darahnya kembali membeku tanpa sempat mengalir.Â
Meninggalkan gumpalan hitam yang setiap berdenyut sakitnya tak terkira, sampai tak terasa!Â
Bahkan air matanya  sudah mampet. Tak ada lagi air mata.Â
Air matanya sudah kering, seperti sumber mata air di musim kemarau. Kering kerontang.Â
Kesakitan itu telah beku dan membatu. Tidak lagi mampu mengeluarkan aroma dan rasa. Hambar. Kebal. Dan mati rasa.Â
"Masakan apa ini? Hambar! Kalau masak di kasih garam! Bisa masak nggak sih kamu? Perempuan macam apa, Kamu? Tidak bisa apa-apa! "
Kemudian sumpah serapah dan makian yang tak layak didengar, berhamburan dari mulut lelaki itu.Â
Setiap katanya mengiris-iris gumpalan hati di dada Laksmi.Â