Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Suherman, Petani Keren Membina 100 Petani

19 Desember 2021   09:24 Diperbarui: 19 Desember 2021   09:37 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kangkung, sayuran tak kenal musim. Tiap hari dibutuhkan, tiap hari dipasok Suherman ke pasar. Foto: Didik Wiratno

Kangkung, sayuran tak kenal musim. Tiap hari dibutuhkan, tiap hari dipasok Suherman ke pasar. Foto: Didik Wiratno
Kangkung, sayuran tak kenal musim. Tiap hari dibutuhkan, tiap hari dipasok Suherman ke pasar. Foto: Didik Wiratno

Modal tersebut sudah termasuk biaya operasional untuk menanam sayuran, mulai dari membeli bibit, pupuk kandang, dan biaya buruh tani. Artinya, modal itu sudah bergulir sebagai modal kerja, dalam konteks petani sayur-mayur.

"Jika bertaninya dengan hati, ya sudah bisalah dapat penghasilan 5 juta rupiah per bulan, sebagai petani sayur," ungkap Suherman dengan penuh senyum.

Sayur SD, Melon Sarjana

Lokasi bertani Suherman, sekitar 40 kilometer dari Istana Negara, Jakarta Pusat. Persisnya di Desa Gempol Sari, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Jika dengan mobil dari Istana Negara, ya sekitar 1 jam 30 menit perjalanan.

Bertani, bagi Suherman, adalah proses edukasi, proses pembelajaran hidup. Nah, Suherman mengorelasikan bertani sayur setara dengan tingkatan Sekolah Dasar (SD). Maksudnya, petani pemula, sebaiknya mulai dengan menanam sayuran daun, seperti kangkung, bayam, dan sawi.

Ini armada kelompok tani binaan Suherman. Penuh semangat merawat kebersamaan dalam bertani. Foto: Budi Tanjung
Ini armada kelompok tani binaan Suherman. Penuh semangat merawat kebersamaan dalam bertani. Foto: Budi Tanjung

Setelah lulus menanam sayur daun, boleh deh naik ke jenjang setara Sekolah Menengah Pertama (SMP) ala Suherman, yaitu menanam sayuran buah seperti timun, pare, dan terong. Selanjutnya, jika sudah lulus menanam sayuran buah, bisa naik ke jenjang berikutnya, dengan menanam bawang dan atau cabe.

Itu disebut Suherman sebagai jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Jika ingin lanjut ke tingkat Sarjana ala Suherman alias Perguruan Tinggi, petani yang bersangkutan bisa menanam buah eksotis, seperti melon. Secara durasi waktu, proses dari SD hingga Sarjana ala Suherman, bisa ditempuh selama 1 tahun.

Analogi SD-Sarjana tersebut, tentulah gambaran menarik dari Suherman tentang proses pembelajaran seorang petani. "Saya bisa memetakan demikian, karena saya terus belajar. Bertani itu sesungguhnya ya belajar. Bukan hanya tentang tanaman, tapi juga tentang tanah, cuaca, dan fluktuasi harga di pasar," papar Suherman, yang sekaligus menunjukkan rekam jejaknya yang intens sebagai petani.

Semangat untuk bertani, sekaligus semangat untuk senantiasa belajar, itulah yang ditularkan Suherman kepada para petani binaannya. "Kami saling berbagi pengalaman dan pengetahuan, sebagai proses belajar. Ini menjadi perekat silaturahmi sesama petani," lanjut Suherman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun