Modal tersebut sudah termasuk biaya operasional untuk menanam sayuran, mulai dari membeli bibit, pupuk kandang, dan biaya buruh tani. Artinya, modal itu sudah bergulir sebagai modal kerja, dalam konteks petani sayur-mayur.
"Jika bertaninya dengan hati, ya sudah bisalah dapat penghasilan 5 juta rupiah per bulan, sebagai petani sayur," ungkap Suherman dengan penuh senyum.
Sayur SD, Melon Sarjana
Lokasi bertani Suherman, sekitar 40 kilometer dari Istana Negara, Jakarta Pusat. Persisnya di Desa Gempol Sari, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Jika dengan mobil dari Istana Negara, ya sekitar 1 jam 30 menit perjalanan.
Bertani, bagi Suherman, adalah proses edukasi, proses pembelajaran hidup. Nah, Suherman mengorelasikan bertani sayur setara dengan tingkatan Sekolah Dasar (SD). Maksudnya, petani pemula, sebaiknya mulai dengan menanam sayuran daun, seperti kangkung, bayam, dan sawi.
Setelah lulus menanam sayur daun, boleh deh naik ke jenjang setara Sekolah Menengah Pertama (SMP) ala Suherman, yaitu menanam sayuran buah seperti timun, pare, dan terong. Selanjutnya, jika sudah lulus menanam sayuran buah, bisa naik ke jenjang berikutnya, dengan menanam bawang dan atau cabe.
Itu disebut Suherman sebagai jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Jika ingin lanjut ke tingkat Sarjana ala Suherman alias Perguruan Tinggi, petani yang bersangkutan bisa menanam buah eksotis, seperti melon. Secara durasi waktu, proses dari SD hingga Sarjana ala Suherman, bisa ditempuh selama 1 tahun.
Analogi SD-Sarjana tersebut, tentulah gambaran menarik dari Suherman tentang proses pembelajaran seorang petani. "Saya bisa memetakan demikian, karena saya terus belajar. Bertani itu sesungguhnya ya belajar. Bukan hanya tentang tanaman, tapi juga tentang tanah, cuaca, dan fluktuasi harga di pasar," papar Suherman, yang sekaligus menunjukkan rekam jejaknya yang intens sebagai petani.
Semangat untuk bertani, sekaligus semangat untuk senantiasa belajar, itulah yang ditularkan Suherman kepada para petani binaannya. "Kami saling berbagi pengalaman dan pengetahuan, sebagai proses belajar. Ini menjadi perekat silaturahmi sesama petani," lanjut Suherman.