Mohon tunggu...
Ismael FerdinandoSesa
Ismael FerdinandoSesa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hutan Adat Gelek Malak Kalawilis Pasa

18 Juli 2024   19:30 Diperbarui: 18 Juli 2024   19:54 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

egiatan berburu (umsii) mencari dan menjerat hewan liar di hutan, dan mencari ikan di sungai masih menggunakan peralatan sederhana, parang dan jenis tombak, serta binatang anjing. Hewan buruan yang sering didapat masyarakat yakni babi, kasuari,

rusa, kangguru, tikus tanah, soa-soa, ikan, burung, ular, ulat kayu, ulat sagu, dan sebagainya. Tidak semua hewan bisa diburu, utamanya hewan yang berhubungan dengan sejarah asal muasal leluhur dan hewan beracun.

Sebelum pergi berburu, dilakukan ritual mengucapkan doa-doa meminta izin dan rezeki dari leluhur penghuni tanah, menyajikan sagu pada tempat keramat dan tempat hunian leluhur yang dilalui saat ke hutan.

6. Pemali Makan Sagu 

alek Malak memiliki konsep "ditanam oleh manusia" dan "ditanam oleh alam", konsep ini memberikan pengertian bahwa alam merupakan sebuah entitas yang memiliki kekuatan dalam menanamkan tumbuhan-tumbuhan yang mereka perlukan. Konsep "ditanam oleh alam" terlihat secara jelas dalam sagu, ada perbedaan penamaan sagu yang telah ditanam secara sengaja oleh manusia dan yang ditanam oleh alam. "Iwa Sabu" adalah penyebutan untuk sagu yang ditanam oleh manusia sedangkan "Iwa Loti" adalah penyebutan untuk sagu yang ditanam oleh alam. Berbeda halnya dengan jenis-jenis sagu yang dikenal oleh Gelek Malak. Gelek Malak mengenal beberapa jenis sagu seperti Iwa Gilik, Iwa Duo, Iwa Senan, Iwa Bilum, dan lainnya. Biasanya mereka membedakan jenis-jenis sagu tersebut berdasarkan warna pelepah, ukuran pelepah, jarak duri, ukuran duri dan ukuran pohon sagu.

7. Pengetahuan Sasi Larangan 

Gelek Malak Kalawilis Pasa memiliki kebiasaan jika hendak membuka kebun baru dan mendapatkan hasil baik, dilakukan ritual meminta restu atau permisi ke tuan-tuan tanah. Upacara adat ini disebut sebagai Saa Sebakok. Dalam acara ini anggota Gelek.

Malak biasanya akan membawakan pinang kapur sirih dan pinang serta kayu berukuran kecil yang diletakan di bandar kayu di dekat lahan yang akan dibuka.

Mereka juga mengenal pemali dan larangan disebut sasi, yakni larangan beraktifitas pada wilayah dan waktu tertentu yang disepakati. Sasi terdiri dari sasi dusun (egek ii) dan sasi kali (egek kala). Kedua sasi ini biasanya dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa salah satu orang tua dalam keluarga yang telah meninggal. Lokasi-lokasi Sasi dilaksanakan di dusun, disebuah pohon dan kali-kali kecil yang berada dalam wilayah adatnya. Nilai sasi ini berdimensi spritualitas, pengormatan terhadap kehidupan manusia dan perlindungan ekologi.

8. Arsistek Rumah Tradisi 

Gelek Malak Kalawilis Pasa, memiliki beberapa jenis rumah berdasarkan fungsinya yaitu Keik Aimbolom dan Keik Kisik. Keik Aimbolom adalah rumah yang dibuat secara sederhana, tidak besar, dan menggunakan kayu-kayu lombo (tidak keras). Keik Aimbolom biasanya terletak di sekitar dusun sagu, menjadi tempat beristirahat Ketika Masyarakat sedang menokok sagu, berburu atau mencari dan berlindung dari cuaca yang tidak menguntungkan. Keik Kisik adalah bentuk rumah semi permanen yang berada di kebun (Kisik), memiliki konstruksi lebih kompleks dan menggunakan bahan-bahan yang kuat. Selain itu, Suku Moi juga memiliki Rumah Adat yang peruntukan untuk sekolah adat atau Kambik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun