"Kok nggak dihabiskan antibiotiknya? Ini masih ada sisa loh."
"Ah, aku udah nggak sakit kok. Batuk dan flu sudah hilang. Badanku rasanya udah fit lagi."
***
"Duh, batukmu tambah parah ya kedengarannya. Lebih baik kamu ke dokter deh."
"Iya nih. Tapi kalau ke dokter pasti aku disuruh istirahat. Tiga hari lagi mau rapat koordinasi. Aku harus nyiapin bahan presentasi. Nanti aku ke apotek aja deh beli antibiotik biar cepet sembuh."
Pembaca sekalian pernah bertemu dengan situasi di atas? Atau jangan-jangan punya pengalaman pribadi sebagai pasien seperti kondisi di atas? Hati-hati lho, bayang-bayang resistensi antimikroba akan menghantui kita.
Apa Itu Resistensi Antimikroba
Resistensi Antimikroba (Antimicrobial Resistance) sebetulnya bukan hal baru. Namun semakin hari isu AMR semakin meningkat dan pastinya semakin mengkhawatirkan.
Menurut WHO, Resistensi Antimikroba digambarkan sebagai suatu kondisi dimana bakteri, virus, jamur, dan parasit mengalami perubahan dan tidak lagi merespon terhadap obat-obatan.
Hal ini menyebabkan obat-obatan atau antimikroba (antibiotik/antivirus/antifungi/antiparasit) yang ada tidak lagi efektif melawan mikroba tersebut.Â