Cara ini diharapkan dapat membantu agar usus unggas dalam kondisi sehat sehingga tidak mengganggu penyerapan nutrisi dan meningkatkan pertumbuhan unggas (growth promotor).
Namun penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol pada hewan ternak akan menyebabkan terbentuknya residu antimikroba pada daging hewan ternak dan akan berpotensi menyebabkan AMR pada manusia yang mengkonsumsi hewan ternak tersebut.
Penyebaran resistensi antimikroba ini dapat meluas ketika manusia memiliki akses yang terbatas pada WASH yaitu clean water (air bersih), sanitation (sanitasi) dan hygiene (higiene). Atau ketika antimikroba yang rusak atau kedaluwarsa dibuang secara sembarangan yang berpotensi mencemari tanah dan air.
Ancaman Serius Resistensi Antimikroba sebagai Silence Pandemic
Resistensi antimikroba adalah ancaman yang sangat serius dan tidak bisa kita sangkal. AMR dapat berpotensi besar menjadi silence pandemic (pandemi senyap) jika tidak dilakukan pengendalian distribusi maupun penggunaan secara lebih ketat dan tepat oleh seluruh lapisan stakeholder.
Beberapa ancaman serius yang dapat terjadi akibat AMR misalnya:
1. Memperlama waktu penyembuhan serta meningkatkan biaya pengobatan dan biaya perawatan.
2. Penyakit infeksi akan semakin sulit disembuhkan, sementara penemuan antimikroba baru yang lebih poten membutuhkan waktu yang lama karena membutuhkan uji pre-klinik dan uji klinik untuk membuktikan keamanan (safety), khasiat (efficacy), dan mutunya (quality).
3. Meningkatkan risiko kematian akibat sepsis (infeksi sistemik) pada proses prosedur medis seperti tindakan bedah, kemoterapi, hingga transplantasi organ.
Tahun 2024 WHO memperbaharui Daftar Prioritas Bakteri Patogen (Bacterial Pathogen Priority List) yang pertama kali ditetapkan pada tahun 2017.Â