Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ancaman Serius Resistensi Antimikroba sebagai Silence Pandemic

2 September 2024   07:00 Diperbarui: 24 September 2024   06:22 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: The Burden of AMR in Indonesia by GRAM via healthdata.org

"Kok nggak dihabiskan antibiotiknya? Ini masih ada sisa loh."

"Ah, aku udah nggak sakit kok. Batuk dan flu sudah hilang. Badanku rasanya udah fit lagi."

***

"Duh, batukmu tambah parah ya kedengarannya. Lebih baik kamu ke dokter deh."

"Iya nih. Tapi kalau ke dokter pasti aku disuruh istirahat. Tiga hari lagi mau rapat koordinasi. Aku harus nyiapin bahan presentasi. Nanti aku ke apotek aja deh beli antibiotik biar cepet sembuh."

Pembaca sekalian pernah bertemu dengan situasi di atas? Atau jangan-jangan punya pengalaman pribadi sebagai pasien seperti kondisi di atas? Hati-hati lho, bayang-bayang resistensi antimikroba akan menghantui kita.

Apa Itu Resistensi Antimikroba

Resistensi Antimikroba (Antimicrobial Resistance) sebetulnya bukan hal baru. Namun semakin hari isu AMR semakin meningkat dan pastinya semakin mengkhawatirkan.

Menurut WHO, Resistensi Antimikroba digambarkan sebagai suatu kondisi dimana bakteri, virus, jamur, dan parasit mengalami perubahan dan tidak lagi merespon terhadap obat-obatan.

Hal ini menyebabkan obat-obatan atau antimikroba (antibiotik/antivirus/antifungi/antiparasit) yang ada tidak lagi efektif melawan mikroba tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun