Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Job Requirement yang Suka Bikin Fresh Graduate Merasa Insecure

30 Mei 2022   07:00 Diperbarui: 30 Mei 2022   09:59 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: @magnetme via unsplash.com

Jadi ceritanya sambil menikmati waktu kegabutan di akhir minggu, saya scrolling media sosial lalu menemukan beberapa iklan lowongan pekerjaan.

 Iseng-iseng saya baca job requirement yang diminta, lalu tiba-tiba saya jadi senyum-senyum sendiri mengingat bagaimana polosnya saya sembilan tahun yang lalu saat baru saja lulus kuliah alias fresh graduate.

Setelah seseorang menempuh 12 tahun masa sekolah ditambah 4 tahun masa kuliah (jika dana dan kesempatan mendukung), tentunya dia ingin bisa segera bekerja untuk memperoleh penghasilan sendiri. 

Di samping supaya segera bisa balik modal karena biaya sekolah sekarang ini luar biasa menguras bak mandi, eh menguras kantong maksudnya, motivasi seorang fresh graduate ingin segera bisa bekerja tentunya macam-macam.

Ada yang ingin segera mandiri dan tidak lagi bergantung pada orangtua, ada yang ingin memperoleh penghasilan karena menjadi tulang punggung keluarga, ada yang ingin membantu membiayai sekolah adik-adiknya, dan seterusnya. Intinya BU deh, alias Butuh Uang.

Tapi sayangnya tidak dapat dipungkiri bahwa lapangan kerja yang ada, tidak sebanding dengan jumlah jobseeker alias para pencari kerja. 

Persaingan jobseeker ini tidak hanya antara mereka yang fresh graduate, tetapi juga mereka yang sudah berpengalaman. Tapi job requirement yang muncul di iklan lowongan kerja, seringnya suka bikin fresh graduate ini bingung dan meragukan diri sendiri.

Job Requirement yang Bikin Insecure Fresh Graduate

Para fresh graduate yang sedang berjuang mencari kerja, pasti paling tidak pernah kebingungan dan insecure saat membaca salah satu (atau salah dua) dari requirement lowongan pekerjaan di bawah ini:

1. Berpenampilan menarik atau good looking

Hal pertama yang ada di dalam pikiran saya saat membaca syarat ini adalah, seberapa jauh penampilan yang dapat disebut menarik oleh perusahaan? 

Apakah yang rambutnya lurus panjang kayak jalan tol atau keriting kayak jalan Kelok Sembilan di Padang itu? Apakah yang postur tubuhnya kutilang (kurus-tinggi-langsing) kayak tiang listrik atau yang curvy macam gitar Spanyol? Apakah yang warna kulitnya putih kayak bihun soun atau yang tanggung-tanggung kayak kulit sawo, atau sekalian yang hitam-manis kayak kecap? Jangan senyum doang dong, serius nanya nih.

Apakah penampilan menarik ada standarnya? Seseorang mungkin tampak menarik bagi saya, tapi belum tentu bagi Anda, betul? 

Requirement semacam ini setidaknya berpotensi membuat jobseeker merasa insecure dengan dirinya sendiri dan bertanya-tanya apakah mereka pantas untuk melamar (belum sampai memperoleh loh ya) untuk pekerjaan itu. Kasihan kan?

Hal kedua, bagaimana korelasi syarat good looking ini dengan posisi pekerjaan yang ditawarkan. Contoh kalau posisinya sebagai Sales Promotion Girl/Boy (SPG/SPB), pramugari/pramugara, model, presenter, atau trainee idol sih wajar-wajar saja ya. 

Penampilan menarik untuk posisi sales/marketing juga sebenarnya agak kurang nyambung, kecuali sales/marketing untuk produk-produk kecantikan dan sejenisnya. Hal yang terpenting justru kemampuan persuasifnya. Tapi kalau posisinya sebagai admin, programmer, atau posisi back office lainnya, masa iya perlu banget berpenampilan menarik?

2. Single/belum menikah

Pernah punya teman yang terpaksa harus menunda rencana pernikahannya yang sudah rampung demi bisa diterima bekerja karena perusahaannya mempersyaratkan pelamarnya single atau tidak menikah paling tidak selama tiga tahun sejak diterima bekerja. 

Alasannya karena jobdesc-nya memerlukan perhatian atau fokus yang tinggi dan terkesan tidak ingin 'dinomorduakan' dari apapun termasuk urusan keluarga.

Ada juga teman wanita yang secara tidak langsung dipaksa resign karena hendak melahirkan. Intinya perusahaan tersebut tidak menerapkan cuti melahirkan bagi karyawan wanitanya. 

Jadi karyawan yang hamil, sudah pasti harus resign menjelang waktu melahirkan. Alasannya tidak ingin posisi tersebut kosong dan harus mencari pegawai sementara. Bingung nggak sih?

Well, memang ada sih beberapa perusahaan yang menerapkan peraturan seperti itu dengan alasan-alasan tertentu. Tapi yah, single atau double, menikah atau jomlo kan hak masing-masing individu ya. Sepanjang si pelamar kerja ini bisa berkomitmen untuk mampu membagi waktu dan tidak melalaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, why not? 

3. Memiliki kendaraan pribadi

Syarat ini juga agak-agak aneh sih menurut saya. Lha wong fresh graduate melamar pekerjaan supaya bisa dapat penghasilan dan bisa membeli kendaraan sendiri, tapi ini malah mempersyaratkan punya kendaraan sendiri? 

Bagaimana kalau si pelamar itu qualified namun tidak memiliki kendaraan pribadi? Masa iya ditolak hanya karena tidak memiliki kendaraan pribadi? Yah mungkin memang pekerjaannya mengharuskan pegawai untuk pergi kesana-kemari. Tapi kalau memang demikian, at least perusahaan harus berani lebih dulu mempersiapkan fasilitas kantor yang memadai bukan?

4. Dapat bekerja di bawah tekanan

Syarat yang satu ini juga kadang membuat saya harus mijit-mijit kepala. Bagaimana tidak, hidup tanpa pekerjaan saja sudah penuh dengan tekanan. Harus banget menuliskan hal tersebut di iklan lowongan pekerjaan? 

Ya kita juga tahu setiap perusahaan punya tuntutan masing-masing. Tapi level menerima tekanan pada masing-masing orang kan berbeda-beda ya, jadi ya tinggal serahkan ke masing-masing pegawai nanti. 

Kalau memang hanya ingin memberi spoiler supaya si pelamar tidak kaget dan baperan serta meminimalisir turn over karyawan, ya bisa saja hal itu di-spill saat tahap wawancara awal. Jadi gak perlu nakut-nakutin gitu.

5. Dapat bekerja dengan waktu fleksibel

Sama seperti poin 1 di atas, fleksibel yang dimaksud perusahaan seperti apa? Apakah pegawai boleh bekerja dari mana saja dan kapan saja yang penting tanggung jawab dan target pekerjaan tercapai? Apakah pegawai harus siap jika diminta mengirim data atau laporan di hari sabtu tengah malam? Apakah pegawai harus standby dalam 24/7? Kecuali posisi yang dilamar adalah tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan yang beroperasi 24 jam, perlu diingat bahwa pegawai juga manusia yang punya kehidupan lain di luar pekerjaannya demi menjaga kesehatan mental dan fisik mereka.

6. Fresh Graduate are welcome to apply, pengalaman minimal 1 tahun

Kriteria yang terakhir ini sering banget saya temui saat menjadi fresh graduate yang sedang sibuk-sibuknya menyortir lowongan pekerjaan. Benar-benar bikin galau dan geleng-geleng kepala. Namanya juga fresh graduate, bagaimana bisa dia punya pengalaman? Tapi yah, begitulah kejamnya persaingan dunia kerja ya bestie. Suka bikin gemes. Au ah gelap!

Beratnya Persaingan Fresh Graduate di Dunia Kerja

Seperti yang sudah saya singgung di awal, persaingan para jobseeker di dunia kerja tidak hanya diisi oleh fresh graduate, tapi juga mereka yang terkena PHK, mereka yang resign karena tidak puas dengan pekerjaannya, mereka yang baru aktif kembali setelah masa istirahat lama, dan lainnya. 

Masing-masing punya kelebihan yang bisa ditawarkan ke perusahaan untuk memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan. Jadi para fresh graduate ini harus gimana dong?

1. Perbanyak kegiatan di luar akademik

Untuk bisa memenuhi kriteria macam 'Fresh graduate are welcome to apply, pengalaman minimal 1 tahun' tadi, ingat-ingat untuk memperbanyak kegiatan di luar akademik saat kalian kuliah. 

Terlibat aktif dalam kegiatan organisasi/kepanitiaan; ikut program pertukaran pelajar atau magang; hingga menjadi volunteer pada kegiatan sosial, adalah beberapa contoh pengalaman yang bisa kamu jual nanti saat melamar pekerjaan.

Ingat bahwa berprestasi dalam akademik itu penting, tapi berprestasi dalam akademik dan aktif dalam kegiatan-kegiatan non-akademik adalah nilai plus yang memperbesar peluang kita untuk dipertimbangkan (bahkan diutamakan) saat kita melamar pekerjaan. Dan untuk mencapai hal ini, kita harus pintar-pintar membagi waktu.

2. Tentukan prioritas dan jangan buru-buru ingin mendapat gaji tinggi

Ya tahu sih, modal yang kita keluarkan saat sekolah itu tinggi. Apalagi kalau kita lulusan luar negeri. Tapi ya, kalau posisi pekerjaan yang kita lamar adalah entry level, jangan terlalu idealis untuk mengharapkan gaji tinggi. Mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya adalah batu loncatan untuk memperluas akses kita ke posisi dan gaji yang lebih baik.

Lha terus kalau gaji di bawah UMR kita terima-terima aja gitu? Tahu sendiri biaya hidup sekarang tingginya ngalah-ngalahin tingginya Burj Khalifa. 

Belum lagi kalau tuntutan kita mencari kerja adalah untuk menyokong kelangsungan hidup keluarga. Omong kosong lah kalau fresh graduate gak BU dan cuma cari pengalaman.

Ya kalau ini balik lagi ke prioritas masing-masing. Dengan menentukan prioritas, fresh graduate jadi tahu mana yang harus didahulukan saat mencari kerja. Uang atau batu loncatan?

3. Jangan asal melamar

Ya saya tahu betul cari pekerjaan itu sulit. Tapi seringkali para fresh graduate ini suka asal menjatuhkan lamaran tanpa melihat kualifikasi yang diminta. Setiap perusahaan tentunya sudah menetapkan kualifikasi untuk posisi yang mereka cari. 

Jadi kalau kita asal melamar padahal kualifikasi tidak sesuai (atau paling tidak mendekati), yang ada kita hanya buang-buang uang untuk printing berkas plus gondok karena tak kunjung dipanggil.

Ingat, seleksi berkas adalah tahap awal yang penting. Tim HR jelas tidak ingin buang-buang waktu membaca berkas yang tidak sesuai kualifikasi sementara ada ratusan berkas yang masuk setiap harinya. Kecuali kamu punya koneksi di dalam perusahaan yang bisa diajak kongkalikong sih ya beda cerita.

4. Percaya pada Yang Kuasa

Ketiga hal di atas sudah kamu lakukan? Langkah selanjutnya ya just let God do the finishing touch. Saya masih meyakini bahwa jika kita sudah berusaha semaksimal mungkin dan memiliki niat yang baik, akan selalu ada jalan di waktu yang tepat dari Empunya Semesta.

Nah, pembaca sekalian ada yang punya pengalaman serupa? Cerita di kolom komentar ya. And for all fresh graduates out there, tetap semangat ya!

Cherio!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun