Hal pertama yang ada di dalam pikiran saya saat membaca syarat ini adalah, seberapa jauh penampilan yang dapat disebut menarik oleh perusahaan?Â
Apakah yang rambutnya lurus panjang kayak jalan tol atau keriting kayak jalan Kelok Sembilan di Padang itu? Apakah yang postur tubuhnya kutilang (kurus-tinggi-langsing) kayak tiang listrik atau yang curvy macam gitar Spanyol? Apakah yang warna kulitnya putih kayak bihun soun atau yang tanggung-tanggung kayak kulit sawo, atau sekalian yang hitam-manis kayak kecap? Jangan senyum doang dong, serius nanya nih.
Apakah penampilan menarik ada standarnya? Seseorang mungkin tampak menarik bagi saya, tapi belum tentu bagi Anda, betul?Â
Requirement semacam ini setidaknya berpotensi membuat jobseeker merasa insecure dengan dirinya sendiri dan bertanya-tanya apakah mereka pantas untuk melamar (belum sampai memperoleh loh ya) untuk pekerjaan itu. Kasihan kan?
Hal kedua, bagaimana korelasi syarat good looking ini dengan posisi pekerjaan yang ditawarkan. Contoh kalau posisinya sebagai Sales Promotion Girl/Boy (SPG/SPB), pramugari/pramugara, model, presenter, atau trainee idol sih wajar-wajar saja ya.Â
Penampilan menarik untuk posisi sales/marketing juga sebenarnya agak kurang nyambung, kecuali sales/marketing untuk produk-produk kecantikan dan sejenisnya. Hal yang terpenting justru kemampuan persuasifnya. Tapi kalau posisinya sebagai admin, programmer, atau posisi back office lainnya, masa iya perlu banget berpenampilan menarik?
2. Single/belum menikah
Pernah punya teman yang terpaksa harus menunda rencana pernikahannya yang sudah rampung demi bisa diterima bekerja karena perusahaannya mempersyaratkan pelamarnya single atau tidak menikah paling tidak selama tiga tahun sejak diterima bekerja.Â
Alasannya karena jobdesc-nya memerlukan perhatian atau fokus yang tinggi dan terkesan tidak ingin 'dinomorduakan' dari apapun termasuk urusan keluarga.
Ada juga teman wanita yang secara tidak langsung dipaksa resign karena hendak melahirkan. Intinya perusahaan tersebut tidak menerapkan cuti melahirkan bagi karyawan wanitanya.Â
Jadi karyawan yang hamil, sudah pasti harus resign menjelang waktu melahirkan. Alasannya tidak ingin posisi tersebut kosong dan harus mencari pegawai sementara. Bingung nggak sih?