FYI, pesta pernikahan adat Batak di Jakarta umumnya diadakan hari Sabtu karena hari libur, sehingga para tamu tidak merasa keberatan harus mengikuti acara yang memakan waktu hampir seharian itu. Dan dalam satu tahun, kurang lebih hanya ada 52 hari Sabtu.Â
Jadi terbayang kan bagaimana susahnya dan ketatnya para calon pengantin Batak itu dalam bersaing memperebutkan gedung pernikahan yang mampu menampung banyak orang dan menyediakan fasilitas pesta adat Batak?Â
Saking susahnya mem-booking gedung pesta, maka tidak heran persiapan pesta pernikahan adat Batak umumnya paling minimum satu tahun sebelum hari H. Belum lagi harus booking penjahit, kelompok musik, katering, make-up artist, dokumentasi dan raja parhatta (semacam MC adat).
Sejak pandemi merebak dan himbauan physical dan social distancing diterapkan, para pasangan yang telah merencanakan pesta pernikahan sejak jauh hari pun mulai kalang kabut. Pasalnya mereka pastilah sudah memesan dan membayarkan down payment (DP) kepada vendor-vendor pernikahan untuk di tanggal pilihan mereka.
Kini setelah PSBB dilonggarkan dan kegiatan yang melibatkan banyak orang mulai diperbolehkan digelar kembali, penyelenggara acara tetap harus menaati protokol kesehatan  sedemikian rupa. Mereka pun terjebak di antara dua pilihan.Â
Tetap lanjut tapi risikonya acara harus di-setting ulang dengan penyesuaian disana-sini sehingga mungkin suasananya akan terasa kurang afdol. Atau menunda acara dengan risiko kehilangan uang DP dan memulai persiapan dari awal lagi setelah pandemi selesai supaya bisa lebih bebas. Â Pastinya, ada kemungkinan juga biaya akan semakin besar di kemudian hari.
Demi memenuhi protokol kesehatan, gedung pesta harus dikurangi kapasitasnya hingga 50%. Dengan demikian, tamu yang diundang pun dibatasi sehingga kelompok marga yang diundang harus benar-benar menyeleksi siapa saja yang harus datang. Apalagi jika mereka memiliki peranan penting dalam acara adat.
Waktu pelaksanaan adat pun dibatasi. Sebagai contoh, salah satu gedung pesta menetapkan waktu acara dimulai pukul 9 pagi dan selesai pukul 2 siang. Tidak boleh lebih atau pemilik gedung bisa terkena sanksi. Tentu lumayan sulit melaksanakan acara adat yang biasanya memakan waktu lebih dari enam jam, kini harus dilaksanakan secepat mungkin.
Selain itu tidak ada lagi ada acara penyambutan tamu yang membawa Dengke dan Tandok, karena Dengke dan Tandok tersebut sudah lebih dulu ditata di satu tempat, dan penyambutan hanya dilakukan oleh perwakilan.
Dan yang namanya pesta adat Batak, belumlah lengkap kemeriahannya jika tidak ada Manortor dan saweran. Biasanya saat acara adat berlangsung, di sudut ruangan tertentu ada kelompok tamu yang asyik berjoget sambil diiringi suara musik Gondang yang membahana, tertawa-tawa sambil menunggu kerabat yang membawa segepok uang untuk disawer. Momen ini lumayan membuat suasana pesta selalu meriah. Tapi sayangnya, bisa jadi sekarang tidak nampak lagi kemeriahan itu.