3. Hubungan Sekutu Dengan Tetangga
Hubungan sekutu dengan tetangga, dapat mendukung peradaban itu sendiri. Dan apabila hubungan sekutu tersebut hilang, akan membuat peradaban tersebut rentan terhadap keruntuhan (Collapse).Â
Dalam kasus Majapahit sendiri, di akhir-akhir masa pemerintahannya, rupanya Majapahit memiliki sedikit gangguan dengan sekutu-sekutunya, mau itu di dalam pulau Jawa ataupun sekutu yang ada di luar Jawa seperti di Sumatra, Kalimantan, dan Malaya.
Pada masa awal pendiriannya, Majapahit masih berupa pemerintahan daerah dengan wilayah yang masih relatif kecil dan sempit. Pada masa Tribuwana, perlahan secara pasti, pemerintahan Majapahit yang asalnya berupa kerajaan kecil berubah menjadi kerajaan yang berbasis internasional, dengan wilayah kekuasaannya yang amat luas.Â
Kesuksesan Tribuwana, kemudian dilanjutkan dan bahkan semakin berkembang masa Hayam Wuruk, putra dari Tribuwana. Keberhasilan kedua penguasa Majapahit tersebut, tidak lepas dari jasa mahapatih yang memiliki misi politik skala internasional atau yang lebih dikenal dengan Sumpah Palapa.
Menurut catatan Negarakertagama, ada sekitar 79 negara yang ada di bawah pemerintahan Majapahit. Membentang dari hampir seluruh wilayah Indonesia Modern, hingga ke perbatasan Myanmar. Keberhasilan ini ditorehkan oleh Gajah Madha dalam waktu yang relatif singkat.Â
Efek dari perluasan wilayah, selain berpengaruh pada kekuasaan politik dan eksitensi negara, perluasan wilayah ini berpengaruh pada hubungan sekutu dengan tetangga, bisa dibilang tetangga ini adalah negara central dari sebuah persekutuan. Melihat Majapahit adalah negara dengan bentuk federasi, dimana beberapa wilayah taklukannya diberikan kewenangan mengatur diri mereka sendiri, dengan kepala pemerintahannya disebut raja wilayah.
Hubungan antara negara bawahan dengan pemerintahan pusat, bisa diikat dengan pengaruh Raja dan Mahapatih yang kuat. Para negara bawahan, memiliki kepercayaan bahwa pemerintahan di Trowulan bisa membawa keuntungan dan manfaat untuk daerahnya, mau itu ekonomi, politik, dan bahkan militer.Â
Setelah dua tokoh kunci kejayaan Majapahit mangkat, perlahan kekuatan politik perlahan menurun drastis. Lemahnya kekuasaan raja, bisa dilihat dari kondisi politik internal pemerintah Majapahit yang terus saja bertikai karena tidak adanya sosok pemeimpin yang benar-benar kuat.Â
Pengaruh Majapahit perlahan mulai hilang, disusul dengan kepercayaan negara bawahan Majapahit, yang tidak percaya lagi dengan pemerintah pusat di Trowulan.
Karena sosok raja yang diagungkan oleh pemerintah bawahannya, memiliki watak yang lemah. Banyak dari para pemimpin daerah, menuntut kebebasan kepada pemerintahan pusat, tanpa harus terikat dengan Majapahit lagi.Â