Mohon tunggu...
Irhamna Fauzulazhim R
Irhamna Fauzulazhim R Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Pendidikan Sejarah, Universitas Siliwangi

Pemburu Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

5 Faktor Kejatuhan Peradaban Jawa (Majapahit dan Padjajaran) menurut Teori Keruntuhan Jared Diamond

8 April 2022   15:50 Diperbarui: 8 April 2022   16:04 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jared Diamond / Sumber: worldwildlife.org

Mataram Kuno runtuh akibat letusan gunung berapi yang terjadi pada tahun 1006 Masehi, selain karena perebutan tahta yang terjadi di internal kerajaan. Karena letusan gunung berapi, Mpu Sindok memindahkan ibukota Mataram Kuno atau Medang dari Mataram menuju Tamwlang. 

Seorang ahli geologi Belanda, bernama Reinout Willen van Bemmelen, dengan berani mengatakan dalam bukunya yang berjudul The Geologi of Indonesia (1949 M), bahwa letusan dahsyat yang terjadi pada tahun 1006, tidak hanya meruntuhkan Kerajaan Mataram Kuno, tetapi juga mengubur Candi Borobudur yang terletak sekitar 30 kilometer dari Gunung Merapi.

Nasib yang sama terjadi dipenghujung masa kekuasaan Majapahit di tanah Jawa. Pada tahun 1980 Masehi, dilakukan sebuah penelitian geologis oleh pihak ITB (Institut Teknologi Bandung). Penelitian ini menghasilkan sebuah teori, bahwa runtuhnya Majapahit itu salah satunya disebutkan karena ledakan gunung api yang disertai banjir besar. 

Mereka menerka, kemungkinan besar gunung yang meletus pada saat itu adalah gunung Welirang atau Anjasmoro. Lahar yang dihasilkan meluncur kearah Utara dan Barat Laut, melalui kali Gembolo dan anak-anak Sungai Brantas lainnya yang ujungnya berasal dari gunung Welirang (Safitri, 2015). 

Selain lahar dari gunung Anjasmoro, material lainnya seperti batu-batu besar tumpas persis ke daerah pusat Kerajaan Majapahit, seperti yang terjadi dengan penduduk di sekitar gunung Phoveus yang ada di Italia.

Bencana alam yang terjadi masa Majapahit, emang sering terjadi, bahkan jauh sebelum Majapahit menghadapi keruntuhannya. Dalam kitab Negarakertagama pupuh I bait 4, mengabarkan pada saat raja Hayam Wuruk, tepatnya pada tahun 1256 Saka (1334 Masehi), terjadi ketika Gunung Kelud meletus.

 Bencana gunung meletus pada masa Majapahit, juga berada di dalam kitab Pararaton; bagian VII (1233 Saka/1310 Masehi), bagian IX (1298 Saka/ 1376 Masehi), bagian XVII (1378/ 1456 Masehi).

Selain karena gunung meletus, Majapahit runtuh karena pendangkalan aliran sungai Brantas, khususnya dibagian deltanya dan kali Porong. Bersamaan dengan itu, garis pantai menjadi maju dan menghambat lalulintas air sehingga hubungan Majapahit dengan dunia luar tersumbat, sedangkan pada masa itu jalur perdagangan berpusat pada pantai dan pinggir sungai (Safitri, 2015).

Teori diatas tidak sepenuhnya salah, namun jika mengatakan bahwa Majapahit runtuh karena bencana alam itu rasanya kurang tepat. Bencana alam memang bisa membuat kacau Majapahit, namun tidak cukup kuat untuk meruntuhkan Majapahit seketika itu juga. 

Bencana alam bisa termasuk kedalam salah satu faktor penyebab Majapahit menjadi melemah dan akhirnya runtuh. Dengan adanya bencana alam, membuat perekonomian dan kegiatan sosial masyarakat Majapahit menjadi terhenti dan bahkan mati. 

Dengan adanya penyendatan perekonomian dan kegiatan sosial, membuat pemasokan negara menipis, sehingga akan mengakibatkan kemiskinan dan kelaparan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun