Dengan adanya aktifitas perdagangan di pinggiran sungai, maka masyarakat Majapahit membangun pelabuhan-pelabuhan yang digunakan sebagai tempat transaksi barang dagangan. Menurut Prasasti Canggu yang ditulis pada tahun 1280 Saka (1358 M), di Majapahit terdapat 34 pelabuhan di sepanjang Sungai Brantas. Pemanfaatan aliran sungai sebagai jalur perdagangan inilah yang membuat perekonomian Majapahit menjadi maju (Sanjoyo, 2019).
Ketika perang saudara meletus di tubuh internal kerajaan Majapahit, sepeninggal Raja Hayam Wuruk. Banyak ladang dan sawah milik warga, ditinggalkannya karena kebanyakan dari penduduk yang melarikan diri dari kejamnya pertempuran.Â
Selain itu, akibat dari perang saudara yang melanda Majapahit, mengakibatkan pelabuhan-pelabuhan sepi, karena para pedagang takut menjadi korban ketika perang meletus. Hal ini menyebabkan, banyaknya dari masyarakat yang mengalami kelaparan, wabah penyakit, kelaparan, dan kematian masal. Lontar Calon Arang (11b), menggambar- kan dengan jelas, kondisi masyarakat pada saat itu. Mayat bertumpuk di dalam kuburan.Â
Sangking banyaknya mayat yang bergelimpangan, tidak ada selanya di kuburan dengan batas parit. Mayat-mayat banyak bergelimpangan di jalan, ladang, dan bahkan ada yang membusuk di rumahnya. Banyak mayat-mayat itu, kemudian dimakan oleh hewan-hewan liar.
Walaupun Lontar Calon Arang menceritakan kisah berlatar belakang di Kerajaan Daha yang dipimpin Raja Airlangga. Namun si penulis kitab Lontar Calon Arang, sebenarnya menggambarkan kondisi masyarakat Majapahit, dimasa-masa akhirnya.Â
Perlu diketahui juga, Lontar Calon Arang ini ditulis sekitar abad ke-16, yang mana pada abad tersebut, kekuasaan Majapahit berada di ujung jurang kehancuran. Kondisi alam yang rusak akibat konflik dan politik Kerajaan Majapahit, mengakibatkan semakin lemahnya kekuasaan Majapahit pada masa itu, mau itu dalam segi sosial dan juga ekonomi.
2. Pengaruh Alam
Menurut Jared Diamond, pengaruh alam terhadap kelangsungan suatu peradaban sangat berpengaruh. Suatu peradaban bisa saja hancur, karena kondisi alam yang tidak memungkinkan untuk peradaban itu hidup. Sejarah Jawa telah membuktikan, bagaimana banyak dari peradaban Jawa yang runtuh karena pengaruh alam yang tidaklah bersahabat.
Jika melihat kondisi alam pulau Jawa. Di pulau Jawa, terdapat banyak sekali pemicu terjadinya bencana alam yang bisa menghancurkan peradaban di atasnya. Bencana alam yang sering kali terjadi adalah banjir dan gunung berapi, karena kondisi geografis Jawa yang terdapat banyak sekali gunung dan sungai-sungai.Â
Untuk gunung berapi, di pulau Jawa terdapat 38 gunung yang membentang dari Timur ke Barat. Gunung merapi tertinggi di Jawa adalah Gunung Semeru (3,676 m) dan terdapat gunung berapi paling aktif di Jawa yaitu Gunung Merapi (2,968 m) serta Gunung Kelud.Â
Satu sisi gunung yang ada di Jawa, membawa berkah tersendiri untuk masyarakat Jawa. Karena dengan adanya gunung berapi, membuat tanah-tanah di Jawa menjadi subur. Namun disisi lain, gunung berapi ini akan mengakibatkan malapetaka untuk peradaban yang berdiri di atasnya. Sebelum kerajaan Majapahit berdiri, peradaban sebelumnya pernah merasakan dahsyatnya gunung berapi, peradaban itu dibangun oleh Kerajaan Mataram Kuno.