Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Ilmy
Muhammad Irfan Ilmy Mohon Tunggu... -

saya adalah seorang mahasiswa di jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam FPIPS UPI Bandung. Suka nulis, ngeblog, ngaji qur'an, bertemu dengan orang-orang hebat. Impian saya pengen jadi dosen, pengusaha, penulis, punya pesantren tahfidz qur'an, punya anak soleh/solehah dan istri soleh. amin Irfan memposting tulisan-tulisannya di: Irfanilmy.tumblr.com, Irfanilmy.upi.edu, dan Ilmyirfan.wordpress.com Twitter, Ask.fm dan IG: @Irfanilmyah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Memantaskan Diri

21 Juli 2013   06:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:15 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Dalam keseharian di Bandung itu, Akang mu ini hidup disiplin. Dalam hal apa saja. Ibadah, belajar, kerja, semuanya dibingkai dalam manajemen waktu yang tepat. Karena dengan disiplin maka seseorang akan sukses. Akang yakin kalau esensi shalat selain mencegah perbuatan keji dan munkar juga melatih seseorang untuk disiplin menjalani hidup. Kalau hidupnya tanpa aturan dan disiplin, maka patut dipertanyakan shalatnya itu. Mungkin saja shalat nya hanya sebatas gerak-gerak yang tanpa makna. “ Ardi bercerita dengan penuh makna.

***

“Bandung adalah kota yang asing bagi Akang. Maklum saja Akang kan hanya orang kampung. Jauh dari kota. Akang asli orang Tasikmalaya, tapi berada di ujung selatan sana. Sangat jauh. Ke Bandung aja hanya sekali, ya, waktu berumur sekitar 10 tahunan. Hanya ke kebun binatang itu juga. Ditambah lagi lalu lintasnya rentan macet. Apa- apa mahal. Pergaulan, ngga usah ditanya. Kalau kita tidak punya basic agama yang kuat pastinya akan mudah terjerumus ke hal- hal yang negatif. Ah, lengkap sudah semuanya. Ditambah lagi Akang harus berjuang untuk tidak dikeluarkan dari kampus karena kesulitan biaya. Yang jelas Akang akan tinggal di Bandung kurang lebih 4 tahun. Atau kalau Akang bisa gigih berjuang, perkiraan Akang akan lulus 3,5 tahun saja. “

“Dulu Akang tinggal di sebuah mushola yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kampus. Mushola Al-Furqan namanya. Ketika itu, ada pengurus mushola yang berbaik hati menawari untuk tinggal disana. Asalkan Akang sanggup mengurus mushola itu dengan baik, sekaligus jadi muadzin disana. Akang senang sekali karena bisa menghemat uang kost dan menggunakannya untuk keperluan lain. Hari-hari dilalui dengan optimisme tinggi. Kesungguhan yang membara dan tentunya disertai dengan doa kepada-Nya.”

“Yang namanya hidup pada hakikatnya adalah perjuangan. Ada kalanya senang, sedih, semuanya itu yang akan membuat hidup terasa lebih manis. Begitu pun halnya denganAkang. Tidak mudah menjalani hidup di sana. Terkadang Akang harus bermental baja untuk mendengar ocehan dari tetangga dekat mushola yang tidak suka pada kehadiran Akang disana. Pernah suatu hari,,,,“Wei,, orang kampung, kira- kira dong kalau pupujian[1] tēh jangan sampai ganggu orang. Ini waktu enak-enaknya buat tidur. “ ucap Kang Deni sambil mengepalkan tinju. Untungnya itu hanya sebagai peringatan saja.”

Akang hanya tersenyum dan menghadapinya dengan penuh ketenangan. lalu bilang ke kang Deni. “Punten, Kang. Bukannya ini sudah jam 4 pagi. Saya hanya berusaha membangunkan warga saja biar tidak kesiangan shalat subuh. Ditambah lagi siapa tahu ada yang mau shalat tahajud atau sekedar persiapan shalat. Ini tugas saya. Sekali lagi bukan maksud saya mengganggu Akang” Akang membela diri. Akang lalu menjulurkan kedua tangan sebagai tanda minta maaf. Tapi, ……Ia malah bilang “Ah,,,,halik maneh tong loba bacot[2].”. Kang Deni sewot sambil berlalu begitu saja.”

Ardi melanjutkan kembali ceritanya dengan antusias. “Tidak sekali itu saja. SeringAkang di ejek karena jarang beli buku ketika ada tugas dari dosen. Bukannya Akangtidak mau. Tapi, Akang harus berpikir berulang kali untuk sekedar membeli buku. Uangnya terbatas. Ketika orang lain tinggal minta ke orang tuanya untuk segala keperluan kuliah. Akang harus menunggu sekitar seminggu lamanya untuk ngumpulin uang sekitar Rp. 200 ribu saja. Akang dapat upah mengajar TK memang seminggu sekali. Ditambah Akang pun buka jasa penerjemahan bahasa asing. Baik itu bahasa inggris atau bahasa jepang. Namun, tak hanya itu. Ketika awal-awal tinggal di BandungAkang pun sempat pula jualan es cendol yang resepnya didapat dari Almarhum Bapak. Tapi, itu terlalu berat bagi Akang sekaligus menyita banyak waktu. Akang berhenti karena tidak ingin kuliah jadi terganggu. Akang yakin kalau ada pekerjaan yang lebih baik dan bisa dijalani bersamaan dengan kuliah. Dan, salah satunya menjual jasa sebagai seorang translator.”

***

20 September 2008

Ardi pun melanjutkan cerita tentang kehilangan barang yang sangat penting baginya. Ia mencoba menirukan gayanya ketika dulu kejadian itu terjadi.

“Ya Allah gimana ini ? data skripsiku hilang. Mana data cadangannya belum sempat saya kopi ke laptop. Ya Robb, maafkan atas kecerobohanku. “

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun