Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Ilmy
Muhammad Irfan Ilmy Mohon Tunggu... -

saya adalah seorang mahasiswa di jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam FPIPS UPI Bandung. Suka nulis, ngeblog, ngaji qur'an, bertemu dengan orang-orang hebat. Impian saya pengen jadi dosen, pengusaha, penulis, punya pesantren tahfidz qur'an, punya anak soleh/solehah dan istri soleh. amin Irfan memposting tulisan-tulisannya di: Irfanilmy.tumblr.com, Irfanilmy.upi.edu, dan Ilmyirfan.wordpress.com Twitter, Ask.fm dan IG: @Irfanilmyah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Memantaskan Diri

21 Juli 2013   06:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:15 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hidup ini terus bergulir seiring angka-angka di almanak yang kian  menua. Tak pernah sedikitpun terlintas dipikirannya akan menjadi seperti ini. Menjadi dosen di fakultas Psikologi UI. Dulu, ia hanya membayangkan bahwa hidupnya haruslah menginspirasi. Hanya itu. Tidak lebih.

Buku lusuh itu menjadi saksi bisu bahwa dia pernah curhat kepadanya. Warnanya biru tua. Tertulis di depannya “Buku Ajaib”. Ditulisnya tentang masa depannya. Tentang apa yang diinginkannya suatu hati nanti. Dia bukanlah orang yang beruntung seperti kebanyakan orang. Ardi layaknya buah yang jatuh dari pohon dan tak punya siapa- siapa lagi. Hanya kepada Allah lah ia mengadu dan curhat tentang kesepiannya.

Kedua orang tuanya telah bahagia disana. Di alam yang pernah dikunjungi. Mereka dipanggil kehadirat-Nya 8 tahun lalu. Setelahnya, pemuda malang itu harus bertahan untuk membuktikan bahwa mereka berdua telah mendidiknya dengan benar. Suatu saat nanti, dia ingin nama kedua orang tuanya harum karena anaknya telah jadi orang. Meski terbatas . Walau sekilas terasa mustahil.

***

Detak jarum jam terasa begitu nyaring ditelinganya. Angin semilir mengantarkannya kepada masa lalu yang telah dilaluinya. Hari Sabtu tanggal 20 November 2011. Di tempat santai rumah Ardi. Ia melamun sambil melihat- lihat bunga- bunga yang mekar di kebun kesayangannya

“Eh,,,Akang, kenapa bengong ?” Sarah datang dan membuatnya kaget.

“Tak ada apa-apa sayang, aku hanya teringat masa- masa sulit dulu. Saat dimana aku berjuang agar bisa terbebas dari kehinaan. Terbebas dari kesedihan dan kebodohan.” ungkap Ardi.

“Aku belum pernah mendengar cerita itu sebelumnya. Cerita tentang perjalanmu sehingga kau jadi seperti sekarang ini. Kita kan tidak pernah pacaran Kang. Jadi, aku tak pernah tahu segala hal tentangmu. Aku penasaran Kang,,,,,.” Rona wajahnya menyiratkan bahwa isterinya itu sangat penasaran.

***

Ardi pun bercerita dengan penuh penghayatan pada isterinya, Sarah.

“Kuliah adalah keinginan yang sempat jadi mustahil di benak Akang, dulu. Tidak ada keluarga atau seseorang yang akan membiayai kuliah. Akang hanya tinggal dengan kakek dan nenek. Mereka sudah sepuh. Mungkin tak akan sanggup mengirimi uang tiap bulan. Tapi, Akang ingin sekali berkuliah. Membuktikan pada orang lain bahwaAkang bisa bersaing dengan mereka. Itu keputusan berat. Dengan hanya modal nekat, pergi ke rantau hanya dengan bekal Rp. 100 rb. Namun, kalau tidak saat itu, mau kapan lagi. Menunggu tua, baru ngambil resiko ? jelas tidak. Akang mu ini pun akhirnya berangkat ke kota yang mempunyai julukan kota kembang. “Bandung”.

“Sebelumnya, Akang dinyatakan lulus seleksi masuk ke Perguruan Tinggi. UNPAD nama kampusnya. Salah satu kampus yang bergengsi di kota Bandung, bahkan Indonesia.  Akang dinyatakan diterima di jurusan Psikologi. Meski sehari- hari hanya makan nasi dengan krupuk atau paling mewah ikan asin, tapi kemampuan Akangdalam berpikir cukup brillian. Berani deh kalau di tandingkan sama anak orang kaya, tapi malas mah. “

“Hari itu, Jum’at tanggal 4 Agustus 2004 adalah hari terakhir daftar ulang mahasiswa baru. Ketika itu, Akang bingung bagaimana caranya agar bisa membayar uang masuk kuliah. Akang benar- benar tak punya uang. Hanya selembar uang Rp.100 ribu itu, dan itupun buat biaya hidup. Padahal uang masuk waktu itu sekitar 6 jutaan. Jumlah uang yang sangat besar bagi Akang”

“Tiba- tiba…” Permisi de, dari tadi saya lihat ade kebingungan dan sepertinya sedang menghadapi masalah yang besar. Kalau boleh saya tahu, ada apa ya de ? ” Sosok laki-laki 50 tahunan tiba-tiba menyapa Akang.”

“ “Ah, begini Pak…saya sebenarnya malu ngomongin ini, yang jelas saya butuh uang untuk bayar biaya masuk kuliah saya disini” Akang mencoba berterus terang.

“Hmmm. Kebetulan sekali. Saya sedang cari orang untuk saya beri bantuan. “

“Maksudnya, pak ? ” Tanya Akang dengan nada penasaran.

“Jadi, begini ceritanya. Saya ini sudah tua, mungkin sebentar lagi akan pulang. Diakhir hidup saya ini saya ingin bermanfaat bagi orang lain. Kebetulan saya punya kelebihan uang. Kemarin saya dengar ceramah salah seorang ustadz katanya salah satu amal yang tidak ada putus- putusnya dan terus ngalir meskipun udag meninggal adalah melakukan sodaqoh jariyah. Setelah mendengar itu saya jadi ingin melakukan hal tersebut. Ter…..”

“Maaf pak, saya motong pembicaraan Bapak, tadi Bapak menyebutkan mungkin sebentar lagi akan pulang, maksudnya ? ” Akang jadi makin penasaran.

“Jadi, saya itu kata dokter divonis hanya akan bertahan sekitar 3 bulan lagi. Saya mengidap penyakit Ginjal. Sudah sering saya menjalani perawatan di rumah sakit. Operasi pun pernah. Dan, terakhir sampai cuci darah. Capek rasanya. Dari dulu yang saya lakukan hanya bagaimana saya nyari uang buat keluarga. Shalat, zakat, puasa rasa-rasanya asing bagi saya. Bagi saya, perbuatan itu hanya mengambat kerja saya. Sekarang saya baru sadar kalau uang dan harta tidak akan bisa di bawa mati.” “

Akang pun mengangguk, Akang paham apa yang dikatakan oleh Bapak tua itu, namanya pak Jamal. Setelah Pak Jamal berdiskusi dan mendengarkan cerita tentang hidup Akang, ia semakin yakin kalau Akang mu ini adalah orang yang tepat untuk diberikan bantuan olehnya. Sebenarnya sempat Akang tolak tawarannya itu dengan halus. Namun, Pak Jamal meyakinkan kalau ia tulus ikhlas memberikannya. Akhirnya, Hati Akang pun luluh. Akang tak bisa berkutik, dan diterimalah niat baik Pak Jamal untuk membantu Akang.

“Ini, mungkin pertolongan Allah bagi hamba-Nya yang sungguh-sungguh. Terima kasih Ya Robb. Ini janji yang tak pernah diingkari-Nya.” Pikir Akang saat itu.

“Terima kasih Pak, semoga amal baik bapak diterima sebagai Amal shaleh di sisi Allah.Akang pun mencium tangan pak Jamal.”

“Pak Jamal pun terlihat senang telah memberikan uang nya pada Akang. Dia bilang bahwa mungkin ini jalan dari Allah mempertemukan Akang dengannya.”

“Beliau bertanya nama ke Akang dan Akang perkenalkan bahwa nama Akang adalah Ardi Mahardika padanya.”

“Pertemuan yang telah dirancang oleh-Nya. Sebuah pertemuan yang menjawab kegalauan di hati pada saat itu. Setelah pertemuan dengan pak Jamal, akhirnya Akang bisa bernafas lega. Hanya tinggal memikirkan uang semesteran saja. Akang pun yakin kalau rejeki untuk itu sudah di atur oleh Allah.” Tutur Ardi. Ia sedikit menghela nafas sambil menerawang mengingat kembali masa lalunya.

“Terus gimana lanjutannya Kang ? “ Tanya Sarah nggak sabar.

“Bentar atuhAkang mau minum dulu. Haus banget nih.” Ardi mengambil gelas berisi kopi di atas meja.

“Ah,,,nikmatnya kopi buatan isteriku ini.“

“Udah ah,,,,,Kang, lanjutin ceritanya !” pinta Sarah pada Ardi.

“Lanjutin nih ya……?”

Ardi kembali melanjutkan ceritanya.

Akang ini bisa digolongkan sebagai sosok muslim yang taat, yang (baca : sayang).Punten ya bukan maksud Akang sombong,, he he. Itu adalah salah satu keberhasilan orang tua Akang dalam mendidik Akang. Bapak, dulunya adalah guru ngaji, sehinggaAkang tumbuh dalam lingkungan Agama yang kental. Keyakinan pada Allah sudah dipelajari teorinya sejak dulu. Dan, saat beliau sudah tiada adalah saat untuk membuktikan teori itu. Dulu, keyakinan kepada-Nya diuji dengan kenyataan-kenyataan pahit dan tentunya kurang menyenangkan jika hanya dilihat dari mata lahir yang kotor. Padahal, itu adalah cara Allah untuk menjadikan seseorang semakin tinggi derajatnya di sisi-Nya. “

“Dalam keseharian di Bandung itu, Akang mu ini hidup disiplin. Dalam hal apa saja. Ibadah, belajar, kerja, semuanya dibingkai dalam manajemen waktu yang tepat. Karena dengan disiplin maka seseorang akan sukses. Akang yakin kalau esensi shalat selain mencegah perbuatan keji dan munkar juga melatih seseorang untuk disiplin menjalani hidup. Kalau hidupnya tanpa aturan dan disiplin, maka patut dipertanyakan shalatnya itu. Mungkin saja shalat nya hanya sebatas gerak-gerak yang tanpa makna. “ Ardi bercerita dengan penuh makna.

***

“Bandung adalah kota yang asing bagi Akang. Maklum saja Akang kan hanya orang kampung. Jauh dari kota. Akang asli orang Tasikmalaya, tapi berada di ujung selatan sana. Sangat jauh. Ke Bandung aja hanya sekali, ya, waktu berumur sekitar 10 tahunan. Hanya ke kebun binatang itu juga. Ditambah lagi lalu lintasnya rentan macet. Apa- apa mahal. Pergaulan, ngga usah ditanya. Kalau kita tidak punya basic agama yang kuat pastinya akan mudah terjerumus ke hal- hal yang negatif. Ah, lengkap sudah semuanya. Ditambah lagi Akang harus berjuang untuk tidak dikeluarkan dari kampus karena kesulitan biaya. Yang jelas Akang akan tinggal di Bandung kurang lebih 4 tahun. Atau kalau Akang bisa gigih berjuang, perkiraan Akang akan lulus 3,5 tahun saja. “

“Dulu Akang tinggal di sebuah mushola yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kampus. Mushola Al-Furqan namanya. Ketika itu, ada pengurus mushola yang berbaik hati menawari untuk tinggal disana. Asalkan Akang sanggup mengurus mushola itu dengan baik, sekaligus jadi muadzin disana. Akang senang sekali karena bisa menghemat uang kost dan menggunakannya untuk keperluan lain. Hari-hari dilalui dengan optimisme tinggi. Kesungguhan yang membara dan tentunya disertai dengan doa kepada-Nya.”

“Yang namanya hidup pada hakikatnya adalah perjuangan. Ada kalanya senang, sedih, semuanya itu yang akan membuat hidup terasa lebih manis. Begitu pun halnya denganAkang. Tidak mudah menjalani hidup di sana. Terkadang Akang harus bermental baja untuk mendengar ocehan dari tetangga dekat mushola yang tidak suka pada kehadiran Akang disana. Pernah suatu hari,,,,“Wei,, orang kampung, kira- kira dong kalau pupujian[1] tēh jangan sampai ganggu orang. Ini waktu enak-enaknya buat tidur. “ ucap Kang Deni sambil mengepalkan tinju. Untungnya itu hanya sebagai peringatan saja.”

Akang hanya tersenyum dan menghadapinya dengan penuh ketenangan. lalu bilang ke kang Deni. “Punten, Kang. Bukannya ini sudah jam 4 pagi. Saya hanya berusaha membangunkan warga saja biar tidak kesiangan shalat subuh. Ditambah lagi siapa tahu ada yang mau shalat tahajud atau sekedar persiapan shalat. Ini tugas saya. Sekali lagi bukan maksud saya mengganggu Akang” Akang membela diri. Akang lalu menjulurkan kedua tangan sebagai tanda minta maaf. Tapi, ……Ia malah bilang “Ah,,,,halik maneh tong loba bacot[2].”. Kang Deni sewot sambil berlalu begitu saja.”

Ardi melanjutkan kembali ceritanya dengan antusias. “Tidak sekali itu saja. SeringAkang di ejek karena jarang beli buku ketika ada tugas dari dosen. Bukannya Akangtidak mau. Tapi, Akang harus berpikir berulang kali untuk sekedar membeli buku. Uangnya terbatas. Ketika orang lain tinggal minta ke orang tuanya untuk segala keperluan kuliah. Akang harus menunggu sekitar seminggu lamanya untuk ngumpulin uang sekitar Rp. 200 ribu saja. Akang dapat upah mengajar TK memang seminggu sekali. Ditambah Akang pun buka jasa penerjemahan bahasa asing. Baik itu bahasa inggris atau bahasa jepang. Namun, tak hanya itu. Ketika awal-awal tinggal di BandungAkang pun sempat pula jualan es cendol yang resepnya didapat dari Almarhum Bapak. Tapi, itu terlalu berat bagi Akang sekaligus menyita banyak waktu. Akang berhenti karena tidak ingin kuliah jadi terganggu. Akang yakin kalau ada pekerjaan yang lebih baik dan bisa dijalani bersamaan dengan kuliah. Dan, salah satunya menjual jasa sebagai seorang translator.”

***

20 September 2008

Ardi pun melanjutkan cerita tentang kehilangan barang yang sangat penting baginya. Ia mencoba menirukan gayanya ketika dulu kejadian itu terjadi.

“Ya Allah gimana ini ? data skripsiku hilang. Mana data cadangannya belum sempat saya kopi ke laptop. Ya Robb, maafkan atas kecerobohanku. “

Akang keluarkan semua barang- barang yang ada di tas eiger yang sudah belel milikAkang. Tak ada. Nihil. Akang mencoba meraba- raba semua pakaian yang tergantung di kapstock di kamarnya. Sama. Tak ada juga. Akang sangat panik waktu itu. Akang tertunduk di teras mushola.

“Kang Ardi,,,,aya naon[3] nih ? keliaatannya antum sedang ada masalah. Tak biasanya antum seperti ini.” Tanya Diki yang tak diketahui kedatangannya olehAkang.

“Hmmmm…kasih tahu nggak ya ?. nggak apa-apa kok Dik. Tapi…..”

“Tapi apa Akang ? “ Diki langsung saja menyerobot.

“Begini Akhi, Flask disk Ane hilang kemarin. Dan, gawatnya data skripsi dan proyek buku Ane ada disana semua. Cerobohnya, belum sempat dikopikan ke laptop.”

“Innalillahi Akh,,,,Sabar ya. Meski ini bukan cobaan yang bisa dibilang berat, tapi Antum harus minta ke Allah dengan sabar dan shalat.”

“Makasih sahabat,,,,,nasehatmu sungguh menentramkan. Wah,,,kemajuan pesat euy, sekarang mah omongannya udah pake dalil. Canggih. “

“Ah, ente ….kang ..kan Akang gurunya. ”

“He…he…” Akang tersenyum simpul.

Hayu ah Dik, saya duluan,  mau shalat duha dulu. Ngadu ke yang nyiptain orang yang buat flasdisk ”

***

Flash disk itu hilang. Semua data skripsinya ada disana. Sementara Akang belum sempat mengopikan filenya ke laptop. Terus….Akang dengan terpaksa harus mengulanginya dari awal. Dengan keyakinan kepada Allah bahwa hambanya-Nya yang sabar akan ditolongnya, Akang pun mencoba kembali menulis. Selembar, 2 lembar,,,sampai total 180 lembar. Untungnya waktu untuk sidang masih ada. JadiAkang tak mesti mengontrak lagi di semester depan.

“Alhamdulillah berkat pertolongan dari-Nya.”

“Perjuangan Akang selama ini berbuah hasil yang ranum. Suamimu dulu dinobatkan sebagai lulusan terbaik seangkatan 2004. Mimpi untuk bicara di depan teman- teman seangkatan akhirnya terwujud juga. IPK nya 4,00. Menakjubkan. Dengan usaha maksimal dan doa yang konsisten dilantunkan, akhirnya semua yang dianggap mustahil oleh teman- temannya bisa juga jadi nyata. Sempat teman- teman Akangmenertawakan. Tapi, itu dijadikanya sebagai motivasi. Ejekan itu Akang rubah jadi bahan bakar untuk membakar semangat supaya berprestasi.”

“Akan kubuktikan kalau aku bisa. Oke, kalian unggul dalam hal financial, tapi akan kubuktikan bahwa aku unggul dalam hal ini, sambil akang nunjuk ke arah kepala. Maksudnya akal dan keilmuan. Dan, memang itu ampuh menjadikan Akangberprestasi”

***.

“Ternyata kehilangan Flash Disk dulu adalah cara Allah untuk meningkatkan kualitas diri Akang, Yang. Dengan kehilangan itu, menjadikan saya lebih teliti dan tidak ceroboh. Buku yang sedang saya rancang pun nampakanya tidak akan seperti sekarang ini kalau ceritanya dulu flash disk ngga hilang…… ”

“Bentar Kang, tadi Akang bilang kalau dulu sempat kehilangan flash disk. Kingston warna putih. Ada gantungan bertuliskan huruf “A”. Terus ada ……”

“Ada tulisan tanggal lahir saya. 23 November di tengah-tengahnya.” potong Ardi.

“Jadi,,,itu milik Akang?….”

“Iya,,,itu ibaratnya harta karun saya, waktu dulu. Lantas kok Neng seakan- akan tahu flash disk itu ?”

“Bentar Kang,,,saya mau ke dalam dulu “ Kata Sarah sambil beralari menuju kamarnya.

Diambilnya flash disk yang dimaksud dari dalam kotak kecil di dalam lemari pakaiannya. Sudah diselimuti debu rupanya. Kusam. Wajar saja karena flask disk itu sudah disimpan selama sekitar 4 tahun.

“Ini bukan Kang, flash disk nya ?”

Ardi dengan penasaran,

“Subhanallah wal hamdulillah. Benar Neng ini flash disk Akang yang dulu hilang itu.”

“Saya minta maaf Kang,,,,dulu saya sempat buka isi flask disk itu. Tapi, bukan dengan maksud buat lancang melainkan hanya ingin tahu identitas pemiliknya saja. Tapi nihil. Saya tidak mendapatkan identitas pemiliknya. Eh, malah ada puisi romantis didalamnya. Dulu, saya sempat kagum sama orang yang punya flash disk itu. Sepertinya akan bahagia sekali orang yang bisa menjadi isterinya. Sebenarnya ada file dengan nama Skripsi. Tapi pas dibuka, eh malah dikunci dengan password. Ya, sudahdeh saya simpan saja. Dulu sempat juga saya titipin ke satpam mesjid. Tapi malah kelupaan. Sampai sekarang deh saya simpan. “

“Subhanallah, ini ternyata skenario Allah untuk mempertemukan kita. Sangat indah. Dulu saya sebenarnya sempat berdo’a semoga dipertemukan dan disatukan dengan wanita shalehah, penghafal Qur’an, cantik lagi ,,he he. Dan, ternyata Allah menjawab do’a Akang. Puisi yang ada di flash disk itu sebenarnya terinspirasi dari mimpi Akang.Akang sering sekali berimpi tentang seorang wanita yang kerudungnya panjang. Tapi, ia selalu menghadap ke belakang. Akang pun sangat penasaran bagaimana wajahnya. Ternyata eh ternyata, cantik banget. Ya, wanita impian saya itu ternyata isteri akangyang cantik ini. Alhamdulillah ”

“Ah, Akang bisa aja ngerayu nya. Saya jadi malu nih.” balas Sarah dengan muka yang memerah.

Tak terasa dua jam mereka berbincang dengan mesra. Maklumlah mereka masih pengantin baru. Ya, meskipun sudah setahun menikah. Tapi, dengan sebuah pernikahan yang dilandasi karena cinta kepada-Nya keluarga mereka terlihat begitu harmonis. Keluarga kecil itu jarang mengalami pertengkaran yang hebat. Kalaupun Ada,  itu hanya sesekali saja, tapi itu mampu mereka lewatinya.

“Udah ah Kang bicaranya. Tuh liat udah jam setengah 6. Bentar lagi Maghrib!. Kita persiapan buat shalat maghrib berjama’ah di Mesjid. “

“Ok, Sayangku, manisku, cintaku….” ucap Ardi sambil mencubit gemas pipi istrinya.

***

Sebuah perjalanan kehidupan yang terlihat mudah, namun perlu kerja ekstra keras untuk mewujudkannya. Janji Allah tak pernah diingkarinya. Orang yang baik untuk orang yang baik begitupun sebaliknya. Orang yang gigih memantaskan diri akan mendapatkan orang yang pantas untuk dirinya. Dengan kekuatan cinta kepada-Nya, apapun bisa dilalui, tentunya dengan perjuangan yang maksimal.

Catatan :

Akang = Panggilan buat lelaki yang agak diatas kita (sunda)

Neng = Panggilan buat perempuan

[1] Bisa shalawatan atau melagukan syair- syair yang mengajak kepada kebaikan. Biasanya dibacakan ketika menunggu waktu shalat.

[2] Maksudnya, “Awas kamu jangan banyak omong  !  (Sunda)

[3] Ada apa ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun