"Sebentar!" tegur sang jenderal.
Semua berhenti tiba-tiba. Tak ada yang berani melangkah karena takut menyinggung perasaan pria yang masih memegang tongkat komando itu.
"Saya minta maaf. Finansial negara kami sedang bermasalah berat dan saya mendapat banyak tekanan," terangnya dengan tegas, "Ayolah kalian beli senjata ini. Kalian pasti membutuhkannya suatu saat."
"Bagaimana dengan har___har___harganya?" tanya salah satu pengunjung dengan suara terbata-bata.
"Harganya tertera di rudal. Silahkan dilihat," balasnya. Tanpa banyak pertanyaan, transaksi berlangsung dengan si penanya barusan. Sepertinya dia ketakutan untuk menolak.
Rakushi bertepuk tangan disusul pengunjung lainnya. Mereka bukan memuji sikap royal si pembeli melainkan senang karena rasa panik pun reda. Sang jenderal sudah meletakkan kembali tongkat komandonya di atas meja. Jika salah langkah, seisi pulau bisa meledak.
Semua pengunjung kemudian beralih ke stan lain. Tempat itu agak unik karena dihiasi oleh lampu-lampu hias berwarna-warni. Nuansa militer tidak terlalu menonjol. Sambutan hangat wanita penjaga stan memakai rok mini semakin menarik minat orang untuk datang.
Setiap pengunjung disediakan secangkir kopi oleh si wanita. Aroma wangi kopi membuat mereka semakin antusias. Decak kagum pun terdengar dari bisikan para lelaki di depan stan itu.
Rakushi tidak tertarik dengan kopi. Dia sibuk memperhatikan beberapa hamster yang dikurung dalam kandang kecil. Di samping hamster, ada balon yang terhubung dengan sebuah wadah besar penampung kopi. Sebilah pipa berukuran kecil juga tersambung dari balon ke tabung transparan.
"Apa fungsi kopi yang terhubung pada balon di atasnya?"Â tanya Rakushi.
Tak ada balasan. Wanita cantik penjaga stan mengambil beberapa ekor hamster dari kandangnya. Dia memindahkan binatang-binatang lucu berwarna putih itu ke dalam tabung transparan. Mereka berlari mengelilingi tabung.