Ada negara lain yang meluncurkan senjata kimia. Setiap yang menghirup gas mati mengering. Namun, negara yang diserang ternyata lebih sigap. Alat pelindung pernapasan dipasangkan di badan setiap warga. Jumlah korban keganasan senjata massal pun dapat ditekan.
Di negaranya, Rakushi ikut wajib militer. Pasukan militer negaranya sudah disiapkan untuk menyerang.
Dari liputan berita dunia, terpotret kemiskinan di negara Rakushi selama puluhan tahun. Ternyata, sumber dana pembelian senjata biologi yang telah digunakan oleh Rakushi adalah hutang negara kepada musuh. Ketidakmampuan membayar hutang membuat rakyat menderita dan menyebabkan negaranya hampir bangkrut. Tentara dan warga sipil di negara itu pun tampak kurus kurang gizi.
Negara-negara musuh tidak jadi menyerang negara Rakushi karena investasi mereka sudah ada di negara itu, yaitu hutang.
Namun demi harga diri di depan warganya, komandan perang negara Rakushi memerintahkan peluncuran senjata biologi yang sudah lama terpendam dalam gudang. Dengan dalih nasionalisme, mereka pun memutuskan menyerang terlebih dahulu.
Semburan api dari ekor rudal menuju target mendapat tepuk tangan meriah dari warga yang menonton lewat televisi. Sang komandan perang mendapat pujian dari warga. Tak henti-hentinya mereka gembira. Hal itu dikarenakan kehidupan yang sudah mereka korbankan demi hutang, akhirnya tak sia-sia dipakai sebagai alat pertahanan negara.
Dari pagi sampai sore semua menunggu berita akibat penyerangan itu. Memang santer terdengar ada sebuah rudal meledak di salah satu perbukitan di negara yang pasukan militer negara Rakushi targetkan. Namun tidak terjadi apa-apa kepada warga yang menjadi target.
Rakushi mondar-mandir di lokasi peluncuran rudal. Dia penasaran kenapa belum ada korban yang berjatuhan. Tanpa sengaja dia menginjak lempengan besi bagian rudal yang terlepas. Di lempengan itu tertempel sebuah stiker dengan aksara asing yang tak dia kenal.
Karena penasaran, dia membuka HP dan mencoba menggunakan aplikasi kecerdasan buatan untuk mencari terjemahan teks itu.
Tiba-tiba sang komandan perang memanggil Rakushi untuk segera menghadapnya memberikan penjelasan. Karena panik, HP Rakushi jatuh di lokasi. Walau demikian, dia tetap berlari menuju sumber suara.
Proses penterjemahan masih berjalan sampai selesai. Kalimat demi kalimat terpampang jelas di layar HP Rakushi: