Selesai maghrib, kurebahkan badan di kasur. Suara cincin terpelanting ke lantai yang belum berkeramik membuatku cepat-cepat beranjak bangun dan mengambilnya.
Kupandangi cincin itu agak lama. Di bagian dalam lingkarnya tertulis nama Wiro & Misya. Aku baru ingat sepertinya itu adalah cincin yang dicari pemuda yang kutemui tadi pagi. Aku agak tersipu malu namaku tertulis di cincin itu. Ternyata perempuan yang mau dilamar tapi malah menolaknya sama dengan namaku.
Saat mencuci piring di kamar mandi, kusampaikan pada bapak niat untuk mengembalikan cincin itu besok namun dilarangnya.
"Kapan-kapan kau bisa kembalikan cincin itu, Nak, tapi bukan sekarang. Kau juga tidak tahu kan dimana alamatnya?"
Ucapan bapak ada benarnya juga. Aku mengurungkan niat untuk pergi besok.
"Pak, Bapak kok tahu kalau cincin itu tidak dibuang? Dan kenapa bisa ada di tas?"Â tanyaku dengan penuh penasaran.
"Menurut mata batin Bapak, ada seorang wanita yang menyelipkan cincin itu ke tasmu. Dia habis cekcok dan meninggalkan pasangannya."
"Tapi, kenapa bapak tidak memberitahu kalau cincin itu ada di dalam tas? Kan orangnya kasihan, Pak, terus-terusan mencari."
"Misya, ada hal yang tak bisa kita lampaui dari kerjanya Tuhan,"Â pungkasnya.
"Maksudnya, Pak?"
"Tuhan sudah merancang jalan takdir seseorang mengenai jodohnya. Bertengkarnya pasangan tadi adalah jalan yang harus mereka lalui. Â Semua ada jalannya masing-masing. Ditolaknya lelaki itu mungkin saat itu saja, tapi besok kita tak tahu, mereka bisa saja bersama kembali."