Mohon tunggu...
Irfan Hamonangan Tarihoran
Irfan Hamonangan Tarihoran Mohon Tunggu... Penulis - Dosen

Menulis karya fiksi dan mengkaji fenomena bahasa memunculkan kenikmatan tersendiri apalagi jika tulisan itu mampu berkontribusi pada peningkatan literasi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan si Gila di Negeri (Katanya) Waras - Bagian 1

15 April 2024   14:33 Diperbarui: 15 April 2024   14:47 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Merah putih ini sudah mengalir dalam darahku, Man," tandas pak Leo saat pernah kutanya kenapa dia selalu membawa bendera kecil kemanapun dia pergi.  

Cintanya pada dunia pendidikan sangat tinggi. Pernah kudapati beberapa kali anak-anak yang mencari buku pelajaran sekolah namun kekurangan uang untuk membayar buku bekas. Tak jarang pak Leo pun memberinya gratis.

"Kalo bukan kita siapa lagi yang bisa bantu anak-anak ini untuk mengenyam pendidikan, Man," sambungnya.

"Saat minat baca anak-anak di Indonesia masih rendah, aku ikhlaskan buku-buku ini untuk orang-orang yang masih mau membaca."  

Seperti biasa, aku tak bersuara. Walaupun demikian, aku kagum dengan rasa cintanya pada tanah air. Pantas saja beliau kupanggil 'Rektor' di kampus tak bernama ini. Nilai-nilai luhur pendidikan terpatri di ruangan sempit itu. Yang lebih mengagumkan lagi, pak Rektor Leo telah memberikanku beasiswa seumur hidup dengan menggratiskanku belajar tentang wawasan, pengetahuan dan pengalaman yang sangat berarti.

Tidak seperti kampus tujuanku dulu. Usahaku untuk mendapatkan beasiswa sia-sia padahal sudah 3 kali aku datang melamar dengan mempersiapkan persyaratan yang diminta. Namun, alasannya tetap sama. Kuota sudah penuh. Entah sampai kapan kuota itu kosong dan bisa kutempati. Begitu susahnya diriku untuk bisa belajar tanpa biaya pendidikan. 

Rasa ambisi  yang berlebihan menyurutkan keinginanku untuk pindah tujuan kampus. Aku tetap ingin belajar di tempat impian seperti cita-cita orang lain. Namun sayang, sia-sia.

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun