Mohon tunggu...
Irfan Hamonangan Tarihoran
Irfan Hamonangan Tarihoran Mohon Tunggu... Penulis - Dosen

Menulis karya fiksi dan mengkaji fenomena bahasa memunculkan kenikmatan tersendiri apalagi jika tulisan itu mampu berkontribusi pada peningkatan literasi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan si Gila di Negeri (Katanya) Waras - Bagian 1

15 April 2024   14:33 Diperbarui: 15 April 2024   14:47 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beramai-ramai mereka kemudian membopong si gadis yang terus saja menangis.

Aku mendengar jelas saat dibopong, dia baru saja diaborsi karena telah hamil 3 bulan oleh pria berumur yang meninggalkannya barusan. Wajar saja kalo dia meraung kesakitan. Yang lebih mengejutkanku, orang yang menghamilinya adalah gurunya sendiri di SMP dimana dia bersekolah.

"Aku bertemu orang yang benar-benar gila hari ini," gumamku.

"Kenapa malah aku yang dianggap gila oleh mereka?" masih kubertanya-tanya dalam hati.

Tak satu pun yang menghiraukan keadaanku di samping trotoar. Kuambil tongkatku untuk berjalan. Dengan tertatih, aku lanjut menuju tujuanku pagi ini. Aku tak peduli.

Kampus tujuanku tidak jauh dari tempat tinggal. Hanya butuh waktu 30 menit. Itupun karena kakiku yang pincang. Sirene palang kereta api menjadi patokanku. Getaran terasa saat kakiku menginjak salah satu bagian rel. 

Aku pun sudah tahu jika jarak kereta listrik tinggal 1 atau 1,5 km lagi untuk tiba di lokasiku berdiri. Namun begitu, penjaga palang pintu selalu berteriak waspada agar aku tetap berada di pinggiran rel.

"Awas minggir, mau mati?"

Ucapan itu sudah sering kudengar. Kadang diselingi dengan lemparan kerikil yang tak jarang mengenai bahu maupun jidatku.

Cemohan orang-orang yang sedang bermain kartu di pos ronda samping palang pintu rel sudah kuanggap biasa, "Ini orang gila mau mati ya?" 

Terdengar suara terbahak-bahak dengan nada bahagia karena salah satu dari mereka menang bermain kartu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun