"Iya, Mbah... saya akan bawa besok," ucap Katmijo.
"SEKARANG!!!" jari telunjuk Mbah Surip menekan seonggok menyan yang mengepul memenuhi ruangan sempit dan remang-remang itu.
Katmijo segera berlari keluar, ia meninggalkan beberapa helai rambut yang ingin diberikannya pada Mbah Surip. Katmijo lari pontang-panting. Mbah Surip melihat helaian rambut itu, ia segera mengambilnya, mengendus-endus rambut itu.
"Jangan Ki Dasim," perintah Mbah Surip.
"Bau rambut ini enak!"
"Mau kau apakan perempuan ini?"
"Aku nikahi, lalu aku ajak dia tinggal di alam lain."
"Terserah kau saja Dasim, tugas kau masih banyak, jangan terlena dengan perempuan itu."Â
***
"Suminah" Suara Ki Dasim memanggilku. Aku segera menyiapkan diriku. "Aku akan membawamu pergi ke istanaku, kamu mau ikut, Suminah?"
"I-Iya, Ki," hanya itu kata yang aku tahu, entah mengapa lidahku kelu, aku tidak bisa menolak.