Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ki Dasim

16 Agustus 2024   17:23 Diperbarui: 16 Agustus 2024   19:10 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu betah tinggal sama saya, Suminah?" Dasim menghampiriku, membelai rambutku lembut.

Aku merasa nyaman ketika tangan dengan kuku panjang itu menyentuh tengkorak kepalaku, tangannya dingin ketika telapaknya menyentuh ubun-ubunku, hawa dingin itu menyelusup keseluruh tubuhku.

***

Katmijo pergi menemui seorang dukun di desa sebelah, dia ingin menggagalkan pernikahan Suminah dengan Winarno. Berbekal sehelai rambut dengan sebuah foto berukuran 4x6. Dia mendapatkan foto itu dari Tugimin yang kebetulan satu kelas dengan Suminah ketika di SD dulu.

Tugimin diminta untuk mencuri foto Suminah yang terpajang di ruang guru. Saat itu Katmijo kelas enam SD. Suminah sudah membutakan matanya ketika Katmijo sedang dihukum oleh Pak Soleh, dia disuruh hormat pada bendera, saat itu lah Suminah lewat dihadapannya.

Murid-murid lain tertawa melihat Katmijo yang kepanasan melihat bendera, Suminah malah memberikan topinya agar Katmijo tidak kepanasan. Sejak saat itulah Katmijo menaruh hati pada Suminah. 

Segala macam upaya dilakukan Katmijo untuk mendapatkan hati Suminah, sayangnya Suminah tidak pernah menanggapinya, hingga mereka berdua beranjak dewasa Katmijo tidak pernah menyerah.

"Mbah... saya sakit hati mbah, wanita ini mau menikah dengan laki-laki lain," ucap Katmijo pada Mbah Surip, dia menyodorkan foto yang berukuran 4x6 itu. 

"Mau kamu apaain orang ini?" tanya Mbah Surip, suaranya sangat menyeramkan. Sorot matanya pun menakutkan.

"Jangan sampai mereka kawin, Mbah."

Mbah Surip manggut-manggut, dia menatap wajah Suminah dalam-dalam. Mbah Surip kemudian memindahkan tempat pembakaran menyan yang berada di sampingnya ke hadapannya, mulutnya kemudian komat-kamit. Foto lusuh dengan ukuran 4x6 itu diasapi menyan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun