Sebenarnya Ririn dan Andra itu satu kampus, hanya berbeda jurusan saja, Andra memimpin dua tim, para penjelajah gunung, sementara tim Ririn diketuai oleh Santi, itu sebabnya Andra dan Santi saling mengenal, mereka sering bertukar informasi yang diperlukankan untuk data KKN dan juga kebutuhan serta keperluan dari kelompok masing-masing.
Setelah beberapa minggu mereka semakin dekat, Ririn mengetahui banyak hal tentang gunung dari Andra, sementara Andra mengetahui banyak hal tentang pelajaran Bahasa Inggris dari Ririn, dia menjadi guru yang mengajarkan anak-anak di desa ini Bahasa Inggris. Andra sering sekali memperhatikan Ririn dari kejauhan ketika dia sedang mengajar di Balai Desa setiap sore.
sayangnya, kata menghilang harus ada di antara mereka berdua.
***
"Santi... Santi..." teriak Ririn dari kejauhan, semua penduduk desa sedang berhamburan karena aktifitas gempa, meskipun bencana seperti gempa serta letusan gunung merapi itu sering terjadi di desa ini. Namun, gempa kali ini memang sangat besar, menurut perhitungan sementara dari mahasiswa Geologi mencapai 7,7 skala richter.
"Gue enggak liat Andra dari kematen, kata yang laen dia naik ke gunung," teriak Ririn dari kejauhan sambil menunjuk gunung yang sedang memuntahkan segala kemarahannya.
"Rin, semua warga desa harus diungsiin sejauh 30 km," ucap Bagus, teman satu fakultas Andra. Anak-anak Geologi lebih mengerti tentang keamanan bagi manusia apa bila gunung sedang mengamuk.
"Andra mana?"Â
"Naik, dia mau nyelametin si mbah," teriak Bagus sambil menolong para warga untuk mengungsi. Si Mbah adalah seorang kuncen gunung yang selama turun temurun menjadi tugasnya untuk membuat gunung tenang, "Ririn... lo mau kemana?" tanyanya, karena melihat Ririn yang berjalan melawan arah, menuju gunung merapi.
"Jemput Andra..."
"Gila lo, Rin, enggak boleh... ini pesen Andra langsung ke gue, ga ada yang boleh naik, Andra itu udah ngerti gunung dari kecil, lo enggak ngerti gunung Rin." Bagus mengejar Ririn lalu menahan tangannya kuat-kuat.