Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Seharusnya Aku Jadi Pelindungmu

16 Mei 2024   15:08 Diperbarui: 16 Mei 2024   15:21 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar oleh cottonbro studio dari pexel.com

KAMU pernah bilang, akan selalu melindungiku, akan selalu menjagaku, tidak akan pergi meninggalkanku. Kamu bohong.

***

"Andra..." Tangan besar itu disodorkannya. Andra berharap gadis berparas manis yang berada di depannya itu dengan lapang hati menyebutkan satu kata yang akan selalu diingatnya sepanjang masa.

Gadis manis yang sedang bersungut-sungut itu hanya menatap Andra sinis. "Buat apa lo tau nama gue?"

"Supaya gue bisa minta maaf sekaligus nolongin lo balik ke kelompok KKN lo yang jaraknya jauuuuuh banget." Bujuk Andra, dia memang ingin tahu nama gadis manis yang baru saja dia buat marah.

"Minta maaf, ya... minta maaf aja, ngapain pake nama segala!" Bantah gadis manis itu menolak permintaan Andra. Gadis manis itu menolak karena gengsi, andai saja, sore itu Andra tidak membuatnya terjatuh ke sawah yang membuat tubuh gadis manis itu penuh dengan lumpur, mungkin, boleh jadi, dia mau diajak kenalan.

Bukan salah Andra juga, namanya juga hewan, mana bisa di salahkan! penyebab gadis manis itu mandi lumpur karena seekor Kerbau yang agak mengamuk, Kerbau itu menolak ditarik Andra, lalu lari keluar sawah menuju jalan setapak yang diapit oleh sawah, melintaslah gadis manis itu dengan mengayuh sepeda.

Melihat Kerbau yang berlari ke arah gadis manis itu, tentu saja membuatnya panik, setang sepedanya mulai bergoyang, tidak stabil, meluncurlah dia bersama sepedanya ke dalam sawah.

Satu kejadian yang membuat gadis manis itu kesal, karena Andra bukan segera berlari menolongnya, dia malah tertawa terbahak-bahak ketika menyaksikan kejadian itu.

Gadis itu memang berparas manis, meskipun lumpur hampir menutupi seluruh wajahnya, ketika sedang marah saja, dua lubang di pipinya memancarkan aura kecantikan, membuat mata Andra tidak berhenti menatapnya.

***

"Oh, cowok itu namanya Andra..." Tunjuk Santi. "Lo mau gw kenalin, Rin?" 

Pertanyaan itu belum dijawab Ririn, tapi Santi sudah berdiri menghampiri, bahkan, pertanyaan yang Ririn lontarkan juga bukan nama, tapi, apa tujuan cowok itu ke desa ini.

"Ririn, ini Andra... Andra, Ririn." Santi saling menyebutkan nama mereka, sambil menunjuk keduanya. Santi menatap mereka sejenak, lalu pergi dengan alasan harus membuat kuesioner untuk besok, Santi meninggalkan Ririn dan Andra berdua.

Santi membuat Ririn salah tingkah, "Santi, enggak lucu tau," bisik Ririn sambil menahan tangan Santi agar tidak pergi meninggalkannya berdua dengan laki-laki yang sudah membuatnya kesal semalaman.

Seharusnya, gadis manis yang jatuh ke sawah dan bernama Ririn itu tidak perlu kesal atau marah lagi, karena Andra telah menolongnya, setelah ditertawakan, Andra mengajak Ririn untuk pergi ke sungai untuk membersihkan diri, lalu mengantarnya kembali ke desa tempat Ririn KKN dengan motor, keesokkan harinya sepeda Ririn diantar Bagus, teman KKN Andra.

"Titip temen gue ya, Nda!" Santi melemparkan jempolnya pada Andra.

"Beres..." balas Andra.

"Eh, gue bukan barang, ngapain lo titip segala." Protes Ririn di telinga Santi. Namun, Santi tetap melenggang meninggalkan mereka berdua yang saling celingukkan.

"Hi..." ucap Andra berusaha mencairkan suasana, namun nampaknya usaha Andra tidak berhasil, Ririn, si gadis manis dengan dua lubang yang selalu muncul malu-malu tiap kali dia berbicara, dua lubang manis yang bergelayut di pipi Ririn itu akan menyeruak bagai mentari pagi yang bersinar indah ketika Ririn tersenyum.

"Ngapain lo ke desa ini?" tukas Ririn ketus. 

Mendengar kalimat ketus dari pemilik senyum terindah itu membuat Andra memutar otak, mencari akal agar Ririn si gadis manis itu mau menerima maafnya dan melanjutkan status kenalan jadi pacaran.

"Mau ketemu pak Kades," Andra tersenyum menatap Ririn yang masih saja menekuk wajahnya, "gue mau ngasih tau ada sesuatu penting, berkaitan dengan alam di sekitar desa dan juga gunung itu," tunjuk Andra ke arah gunung.

Mendengar Andra menyebut alam sekita, gunung membuat Ririn panik, karena Andra adalah mahasiswa Geologi yang KKN di desa ini, dia sangat mengerti tentang aktifitas gunung, dia pun sering sekali mencatat aktifitas gunung merapi yang ada di desa ini. "Ada apa?" tanya Ririn dengan wajah penasaran.

"Karena..." Andra menatap wajah Ririn serius, sorot mata Ririn pun membalas dengan sunguh-sunguh, "Karena... di desa ini... ada aktifitas bidadari," ucap Andra yang masih meghadirkan sorot mata seriusnya pada Ririn.

"Hah... Bidadari?" Ririn kaget dengan ucapan Andra, "Mana ada! ngaco lo..." ketus Ririn sambil menunjuk wajahnya.

"Ada," balas Andra tegas. Wajahnya terlihat seperti sedang ingin menunjukkan kebenaran.

"Mana? Mahasiswa ngaco kayak lo kok bisa jadi ketua sih?" ketus Ririn dengan nada sedikit marah, kedua tangannya langsung disilangkan di depan dada, wajahnya dibuang jauh-jauh.

"Tuh, bidadarinya lagi marah..." Andra menunjuk Ririn yang terlihat sedang bersungut-sungut.

Wajah Ririn perlahan tersipu, nampak agak kemerahan di kedua pipinya, karena baru kali ini ada laki-laki yang menyamakannya dengan bidadari, lalu, mengucapkannya dengan cara yang unik.

"Nah, gitu dong... klo senyumkan makin mirip bidadari."Andra berhasil mencairkan sebuah gunung es yang bertahun-tahun membeku, Andra pun berhasil melihat matahari pagi yang bersinar indah di wajah Ririn.

Sejak saat itu mereka semakin sering bertemu, mereka sering bertukar pikiran, Andra anak yang cerdas, hampir semua masalah dapat dicari solusinya, gaya bicaranya tegas, lugas namun ramah, dia juga dapat bergaul dengan semua kalangan usia, mungkin itu sebabnya dia terpilih menjadi ketua.

Sebenarnya Ririn dan Andra itu satu kampus, hanya berbeda jurusan saja, Andra memimpin dua tim, para penjelajah gunung, sementara tim Ririn diketuai oleh Santi, itu sebabnya Andra dan Santi saling mengenal, mereka sering bertukar informasi yang diperlukankan untuk data KKN dan juga kebutuhan serta keperluan dari kelompok masing-masing.

Setelah beberapa minggu mereka semakin dekat, Ririn mengetahui banyak hal tentang gunung dari Andra, sementara Andra mengetahui banyak hal tentang pelajaran Bahasa Inggris dari Ririn, dia menjadi guru yang mengajarkan anak-anak di desa ini Bahasa Inggris. Andra sering sekali memperhatikan Ririn dari kejauhan ketika dia sedang mengajar di Balai Desa setiap sore.

sayangnya, kata menghilang harus ada di antara mereka berdua.

***

"Santi... Santi..." teriak Ririn dari kejauhan, semua penduduk desa sedang berhamburan karena aktifitas gempa, meskipun bencana seperti gempa serta letusan gunung merapi itu sering terjadi di desa ini. Namun, gempa kali ini memang sangat besar, menurut perhitungan sementara dari mahasiswa Geologi mencapai 7,7 skala richter.

"Gue enggak liat Andra dari kematen, kata yang laen dia naik ke gunung," teriak Ririn dari kejauhan sambil menunjuk gunung yang sedang memuntahkan segala kemarahannya.

"Rin, semua warga desa harus diungsiin sejauh 30 km," ucap Bagus, teman satu fakultas Andra. Anak-anak Geologi lebih mengerti tentang keamanan bagi manusia apa bila gunung sedang mengamuk.

"Andra mana?" 

"Naik, dia mau nyelametin si mbah," teriak Bagus sambil menolong para warga untuk mengungsi. Si Mbah adalah seorang kuncen gunung yang selama turun temurun menjadi tugasnya untuk membuat gunung tenang, "Ririn... lo mau kemana?" tanyanya, karena melihat Ririn yang berjalan melawan arah, menuju gunung merapi.

"Jemput Andra..."

"Gila lo, Rin, enggak boleh... ini pesen Andra langsung ke gue, ga ada yang boleh naik, Andra itu udah ngerti gunung dari kecil, lo enggak ngerti gunung Rin." Bagus mengejar Ririn lalu menahan tangannya kuat-kuat.

"Lepas Gus, lepasin gue... gue harus selametin Andra , dia butuh gue..." teriaknya, untung saja Santi mendengar teriakan Ririn, dengan sigap Santi merangkul dan menarik Ririn untuk turun jauh ke bawah, menjauh dari desa sejauh-jauhnya.

"Gus, kita ketemu di titik kumpul," teriak Santi, sambil menyeret tubuh Ririn yang sedang dirangkulnya. 

Bagus mengangkat jempolnya dan melanjutkan pekerjaannya menolong warga untuk mengungsi.

ketika semua warga desa telah berhasil diselamatkan, mereka semua menyaksikan letupan gunung merapi yang marah untuk kedua kalinya, "Andra..." teriak Ririn histeris.

Ririn menitikkan air mata di sudut matanya, "Seharusnya aku jadi pelindungmu, Andra."

Ririn menyesali tindakkannya, setelah perkenalan dan pertemuan itu seharusnya Ririn membalas pesan cintanya.

-Tamat-

Iqbal Muchtar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun