"Mereka seperti ini karena raja Sletch. Ia memerintah dengan kejam. Ia memeras pajak yang tinggi dari rakyatnya. Ia juga melarang semua bentuk seni dan hiburan. Ia hanya mengizinkan hal-hal yang berkaitan dengan kekuasaan dan kekayaan." ucap wanita peri itu sambil berbisik.
Aku berkata lirih, "Aku tidak percaya aku bisa menulis hal-hal seperti itu. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiranku saat itu." gumamku.
Wanita peri itu menepuk bahuku, "Jangan salahkan dirimu sendiri. Kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan. Kamu tidak ingat siapa dirimu yang sebenarnya." Ia berusaha menghiburku saat ini.
Aku tersenyum padanya, "Terima kasih ... Kamu sangat baik padaku."
Pipi wanita peri itu memerah, "Sama-sama. Kamu juga baik padaku." Ia menatapku tajam, aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya saat ia menatapku tajam.
***
Kami berdua melanjutkan perjalanan kami di kota Dankie. Mereka mencari-cari tanda-tanda keberadaan Raka di sana. Kami berharap bisa menemukan petunjuk atau bantuan dari novel yang aku buat.
Aku menghentikan langkahku, "Hei, lihat dia! ... Nayla kan, salah satu tokoh dari novelku?" ujarku ketika melihat seorang wanita. Aku ingat pernah menulis tentangnya.
Wanita peri itu menoleh ke arah yang aku tunjuk, "Di mana? ... Oh, itu! Ya, kamu benar! Itu adalah salah satu tokoh dari novelmu!" teriak wanita peri.
"Ayo, kita ke sana! Mungkin dia bisa membantu kita!" kataku bersemangat.
Kami berdua berlari menghampirinya. Tokoh itu adalah seorang wanita cantik yang mengenakan gaun merah mewah, ia seorang petarung yang handal. Ia sedang berdiri di depan sebuah toko perhiasan yang mewah.