Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Radit baru saja mengatakan perasaan cintanya padaku, meskipun dalam situasi yang pelik seperti ini.
Aku merasa seperti di surga, aku merasa seperti di dalam mimpi. Aku merasa seperti aku telah menemukan jodohku, aku merasa seperti aku telah menemukan tujuan hidupku.
"Aku juga mencintaimu Radit." Aku memeluknya hangat. Kulihat Radit meneteskan air mata.
Tapi yang lebih mengejutkan adalah, Raka tidak muncul sama sekali setelah aku memeluknya. Dia tidak bisa mengambil alih pikiran Radit. Dia tidak lagi mengganggu kami, dia tidak lagi menghina kami, dia tidak menyakiti kami. Dia menghilang, dia lenyap.
"Radit, boleh aku tanya sesuatu?" tanyaku setelah aku melepas pelukanku. Aku juga melepaskan ikatan yang membelenggu tangannya.
"Tentu saja, ada apa?"
"Aku ingin tahu tentang Raka. Apa yang terjadi dengan dia?"
"Kenapa dia tidak muncul lagi?"
"Raka... itu nama yang sudah lama tidak kudengar. Dia adalah bagian dari diriku, bagian yang gelap dari hidupku. Tapi dia juga adalah musuhku, musuh yang selalu menghantuiku."
"Aku tidak mengerti, Radit. Apa maksudmu?"
"Raka itu hasil dari trauma masa laluku, yang membuatku membenci diriku sendiri dan orang lain. Dia adalah cara untuk melindungi diriku dari rasa sakit dan ketakutan."