"Jujur? Tulus? Hah, itu lelucon. Anda tidak jujur dan tulus, Anda palsu dan licik. Anda tidak menghargai dan menghormati Radit, Anda menghina dan menyakiti dia." teriaknya.
Tiba-tiba sosok Radit muncul ditengah-tengah perdebatan hebat antara aku dan Raka. Aku lihat wajah Raka berubah tenang.
"Hei... ayolah, berhenti. Jangan bertengkar lagi, tidak ada gunanya. Kita semua di sini untuk saling membantu, bukan saling menyakiti." Radit berbicara dengan nada suara yang lembut dan menenangkan, sangat jauh berbeda dengan Raka, entah bagaimana mereka berdua bisa berada dalam satu tubuh yang sama.
"Membantu? kamu membantu siapa? kamu tidak membantu aku, kamu mengkhianati aku. kamu bersekongkol dengan bajingan itu, kamu melawanku." teriak Raka yang berubah dalam seketika.
"Tidak, aku tidak mengkhianati kamu, aku mencintai dan menyayangi kamu. Kamu adalah bagian dariku, Kamu adalah saudaraku. Aku tidak bersekongkol dengan siapa pun, aku bekerja sama dengan mereka untuk membantu kita." Aku lihat wajah Raka berubah menjadi wajah Radit dalam hitungan detik, Radit terlihat lebih tenang, sementara Raka wajahnya penuh emosi.
"Cinta? Saudara? Hah, itu semua omong kosong. Kamu tidak pernah mencintai dan menyayangiku, kamu membenciku. Memang kamu adalah bagian dariku, tapi kamu adalah musuhku. Kamu benar ... ya kamu tidak bekerja sama dengan mereka, tapi kamu tunduk pada mereka." Raka berteriak, ia menatap mataku dengan penuh kebencian.
"Tidak, aku tidak membenci kamu, aku mengerti perasaan kamu. Kamu bukan musuhu, kamu temanku, saudaraku, sahabatku sejak kita masih kecil, hanya aku dan kamu. Aku tidak tunduk pada mereka, aku menghormati mereka." Radit mengambil alih pikirannya, wajah mengerikan milik Raka berubah menjadi wajah Radit yang teduh dan menenangkan.
"Terima kasih, Radit. Terima kasih telah menenangkan Raka. Saya sangat menghargai usaha Anda." sahutku seketika melihat Radit yang berusaha menenangkan amukan Raka. Â
"Sama-sama, Nayla. Saya menghormati Anda juga. Saya minta maaf atas perilaku Raka. Dia sedang dalam kondisi yang buruk, dia membutuhkan bantuan." pinta Radit kepadaku, kulihat sorot mata yang tulus di ucapkan Radit. Â
"Saya mengerti, Radit. Saya minta maaf juga atas kesalahpahaman yang membuat kalian berdua bertengkar. Saya hanya ingin membantu Anda berdua, saya tidak bermaksud menyakiti Anda." jelasku. Â
"Saya tahu, Nayla. Saya tahu bahwa Anda peduli pada kami, dan kami juga peduli pada Anda." Aku melihat Radit nampak berusaha menahan Raka di dalam pikirannya, "Nayla ..." Ia terlihat kesakitan seperti sedang menahan sesuatu, "Nayla ... aku cinta kamu." Ia bersusah payah mengatakan kalimat itu keluar dari mulutnya, ia memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya.