Siang ini aku harus membuat laporan perkembangan pasienku. Aku menghampiri Radit.
"Selamat siang, Radit. Apa kabar hari ini?"
"Selamat siang, bajingan. Apa urusanmu dengan saya?" Ia menatapku dengan tatapan sadis, "Aku bukan Radit, aku Raka, dasar perawat bodoh." lanjutnya sambil berteriak.
Mendengar dan melihatnya menjadi Raka, aku tidak akan melepaskan ikatan tangannya, karena ia bisa saja merusak barang-barang atau mungkin saja membunuhku. Berbeda perlakuan apa bila aku menanyakan kabar ia membalasnya dengan sapaan lembut maka aku akan melepas ikatan itu, kami berbincang dan bertukar pikiran bersama.
"Saya tidak ada urusan dengan Anda, saya hanya ingin mengecek kondisi Anda." kataku.
"Kondisi saya? Kondisi saya baik-baik saja, tidak seperti Anda yang busuk dan munafik." balasnya dengan teriakan.
"Saya tidak mengerti, mengapa Anda berkata begitu? Saya tidak pernah berbuat jahat pada Anda."
"Oh, jangan pura-pura bodoh, Anda tahu persis apa yang Anda lakukan. Anda mencoba untuk merebut Radit dari saya, Anda mencoba untuk menghancurkan hubungan kami, Anda ingin memisahkan kami." bentaknya kasar.
"Tidak, tuduhan itu sama sekali tidak benar. Saya tidak pernah terfikir untuk merebut Radit dari Anda, saya hanya mencintainya. Saya hanya ingin dia bahagia menjalani kehidupannya." Aku berusaha menjelaskan semunya kepada Raka.
"Cinta? Bahagia? Hah, itu omong kosong. Anda tidak tahu apa-apa tentang cinta dan bahagia. Anda hanya tahu tentang egoism juga manipulatif. Anda hanya ingin memanfaatkan Radit untuk kepentingan Anda sendiri." Ia mengejekku, ia benar-benar sosok yang sangat menjengkelkan.
"Tidak, semua tuduhan Anda itu tidak benar. Saya tidak pernah egois dan manipulatif, saya jujur dan tulus. Saya tidak memanfaatkan Radit, saya menghargai dan menghormatinya." jelasku.